25 - stay

1.4K 229 75
                                    

"HUAH! RENJUN BODOH! SAKIT!!!" teriakan tidak ada akhlak milik Ryujin menyapa gendang telinga Renjun setelah sekian lama. Renjun jadi teringat, baru saja tadi pagi ia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia rindu dengan suara Ryujin, tapi setelah ini rasanya Renjun mau menarik kata-katanya.

"RENJUN BAJINGAN! PERIH SEKALI RASANYA!" lagi Ryujin berteriak saat lukanya di kakinya sedang diberi alkohol oleh perawat.

"A-AH! RENJUN BRENGKSEK!!"

"SHIN RYUJIN, tanganku bisa remuk jika kau cengkeram seperti itu dan bisakah kau tidak melampiaskan rasa sakitmu dengan menghinaku? Orang-orang akan berpikir kalau aku yang menyebabkanmu begini," cerocos Renjun setelah bersabar dari tadi.

Air mata dan wajah memerah dengan baju kotor, tidak lupa goresan-goresan kecil pada sikut tangan, begitulah gambaran kacaunya keadaan Ryujin sekarang. Memang ia berhasil menyelamatkan bocah kecil yang hampir tertabrak. Renjun, salah satu saksi mata juga terkejut dengan aksi heroic Ryujin. Pemuda itu sempat khawatir setengah mati, takut jika ternyata Ryujin yang berakhir menjadi korban tabrakn.

Syukurnya, Ryujin dengan sang bocah tidak tertabrak karena mobil sudah sempat mengerem dan Ryujin justru menyeret tubuhnya sendiri dengan mendekap bocah kecil tadi untuk menghindar dari hantaman keras mobil tersebut.

Jadi disinilah mereka sekarang, di klinik terdekat dengan lokasi kejadian. Lagi-lagi Renjun yang harus menemani Ryujin dan berakhir menjadi objek pelampiasan gadis itu untuk meredam rasa sakitnya.

"Luka nya sudah beres ditangani, pergelangan kaki nona ini juga terkilir, jadi tolong pulanglah dengan hati-hati karena ia akan sulit berjalan," tutur perawat yang menangani Ryujin barusan.

"Tsk, sekarang bagaimana caranya kau pulang?" decih Renjun memandang Ryujin dengan tatapan seakan gadis itu adalah manusia paling merepotkan yang pernah ada.

"Apa? Kenapa menatapku begitu hah?!" decak Ryujin tidak terima dengan tatapan merendahkan Renjun.

"Gendong saja kekasihmu," saran perawat tadi dengan senyuman gemas melihat keributan dua pasang anak muda ini.

"Apa dosaku pada Jeno sampai-sampai aku harus terjebak mengurusi adiknya begini sih?" gerutu Renjun namun sudah berjongkok di hadapan Ryujin.

"Sudah, cepat naik. Aku antar pulang," pada akhirnya Renjun memang tidak bisa meninggalkan Ryujin.

"Ih! Apa-apaan!? Kau benar-benar mau menggendongku!? Yang benar saja! Aku tidak mau!"

Bohong, karena sebenarnya jantung Ryujin mendadak berdebar-debar lagi. Renjun itu, mau sekasar apapub tetap selalu berhasil membuat Ryujin deg-degan.

"Kau menyusahkanku, sungguh," decih Renjun bangkit dari posisinya.

Ryujin pikir Renjun sudah mengurungkan niat untuk menggendongnya, tapi Ryujin salah. Nyatanya, Renjun memang tidak jadi menggendong Ryujin di punggungnya melainkan mengangkat Ryujin ala Bridal Style.

"Y-yah! Apa-apaan ini?!" pekik Ryujin terkejut, degup jantungnya semakin tidak karuan akibat perlakuan Renjun. Dengan posisi seperti ini, jarak wajah mereka begitu dekat. Ryujin bahkan bisa dengan jelas menghirup aroma harum parfum yang Renjun pakai serta hangat tubuh pemuda itu.

Ryujin akan semakin gila kalau begini.

"Terima kasih atas penanganannya, kami pamit dulu," pamit Renjun pada perawat tadi tanpa menggubris ocehan Ryujin.

Mau tidak mau Ryujin mengalungkan tangannya ke leher Renjun, takut terjatuh meski di saat bersamaan hati Ryujin semakin tidak jelas situasinya. Wajah Ryujin merah padam. Dalam hatinya ia merutuki Renjun, "kalau begini, bagaimana aku tidak jatuh cinta padamu!?"

LET'S NOT FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang