Bagian 16 : örameld;

1.3K 151 13
                                    

Omne tulit punctum, qui miscuit utile dulci;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Omne tulit punctum, qui miscuit utile dulci;

Dia telah mendapatkan setiap titik yang berguna dan menyenangkan;

Semelir angin malam menerpa wajah Yoona, yang sekarang tengah berjalan menuju kediamannya.

Tidak. Bukan apartemen nya yang sekarang, tapi kediamannya yang dulu. Tempat yang pernah ia tinggali bersama Donghan, mantan suaminya.

Ada degupan kencang yang terus berirama di dada wanita itu, entah apa yang membuatnya terlihat gugup untuk menemui Donghan.

Wanita itu menghentikan langkahnya, menatap dalam pada sebuah rumah sederhana dihadapannya saat ini.

Lalu selanjutnya, ia memilih untuk berdiri terdiam memandang rumah di hadapannya tanpa mengatakan apa-apa.
Tiba-tiba bunyi decit membangunkan lamunan wanita itu, ia segera menoleh kearah pagar dan disana seorang pria bertubuh tinggi sedang ikut memandang nya. Mereka saling menatap.

Yoona merasakan atmosfer disekitarnya menghilang, bahkan ia pikir sedang menahan napas sekarang. Air wajahnya berubah, matanya terasa panas.

Begitu juga dengan pria di pagar sana, Donghan, ia tertegun bahkan tubuhnya terasa kaku untuk melangkah kearah Yoona.

Tidak, Yoona tidak akan menangis. Wanita itu segera mengalihkan pandangannya ingin pergi dari tempat itu sebelum tangisannya benar-benar keluar.

"Tunggu." itu Donghan, ia segera bersuara saat Yoona akan membalikkan tubuhnya pergi.

Wanita itu kembali ke posisi awalnya, namun tak berniat menatap Donghan lagi. Ia memilih untuk diam.

"Kau—sedang apa disini? " Donghan masih setia pada posisinya, berbicara dengan seorang wanita yang berdiri kurang lebih sepuluh meter darinya.

Yoona merasakan lidahnya kelu untuk menjawab, bahkan otaknya tak dapat menetralisir pertanyaan sederhana Donghan. Ia memilih untuk diam lagi.

Donghan menghela napas, "Masuklah" pria itu lalu membalikkan tubuhnya masuk kedalam rumah.

"A—aku—pulang" itu Yoona, wanita itu segera pergi dari tempatnya dan tidak kembali berbalik seperti sebelumnya, setelah Donghan memanggil namanya beberapa kali.

"Sial, aku merindukannya. " gumam Donghan saat Yoona sudah menghilang dari pandangannya.

Eunbi menatap seorang pria dihadapannya dalam diam. Pria itu bahkan tidak menjawab pertanyaannya yang terakhir.

"Jadi, apa tujuan kita kesini, Jungkook? " Eunbi sedikit meninggikan nadanya, agak kesal karena Jungkook hanya diam saja dari awal mereka datang ke kafe itu.

Jungkook hanya menoleh sekilas, lalu diam. Bagaimana Eunbi tak kesal?

Gadis itu mengerang kesal, lalu menyandarkan punggungnya pada kursi. "Terserah kau saja, "

Beberapa menit terdiam, akhirnya pria itu buka suara. "Ehem, " hanya itu, yang membuat Eunbi langsung menoleh kearahnya.

"Apa? " Kesal Eunbi, gadis itu memutar kedua bola matanya malas lalu memilih menatap objek lain dari pada pria tak jelas dihadapannya ini.

"Sepertinya tidak ada cara lain, " ujar Jungkook kemudian, yang sukses membuat Eunbi menautkan alis.

"Apa? " Eunbi mengulang pertanyaannya, lagi.

"Kau ingin ibumu bebas? " Jungkook menatap gadis didepannya dengan intens, yang langsung membuat air wajah gadis itu berubah.

"I-iya, " ucap Eunbi gelagapan, ia nampak salah tingkah dan langsung membuang pandangannya asal.

"Tuan Lee adalah orang besar di Seoul, dan sudah pasti dia memiliki banyak teman dan orang-orang yang berpihak padanya jika kita menggunakan cara licik, " penuturan Jungkook membuat Eunbi memfokuskan diri ke Jungkook, ia menatap pria itu bingung. "Maksudmu? "

"Kau tahu cara licik kan? Menculik ibumu lalu akhirnya aku menghilang begitu saja, "

"lalu apa yang harus kita lakukan? " gadis itu menatap sayu Jungkook, rasanya ia ingin menangis lagi.

Jungkook menunduk, memastikan ini cara terbaik yang ia punya. "Kau—harus menjadi istriku"

Deg.

"Apa-apaan, dia menyuruhku menikah dengannya? " gadis bersurai pendek itu nampak frustasi sekarang, ia terus mondar-mandir di depan Yoona yang ikut bingung dengan tingkahnya.

"Tidak ada cara lain kan? Kurasa ia juga sudah membaik, " itu Yoona, wanita itu sendiri sudah sangat percaya dengan sikap Jungkook yang mulai bersahabat dengannya dan Eunbi. Tak heran, saat Jungkook menginginkan gadis itu menikah dengannya Yoona tak protes ataupun marah.

"Yoona! Kau yakin aku akan bersuami dengan—argh" Eunbi membuang tubuhnya diatas sofa, menenggelamkan wajahnya diantara bantalan sofa.

"ak-tab-ssh-bnii" ujar Eunbi yang masih menenggelamkan wajahnya didalam sana, sampai-sampai apa yang dikatakannya tak jelas ditelinga Yoona.

"Apa yang kau katakan? Hey! Jangan gila seperti ini, " Yoona bangkit berdiri dan menarik gadis yang memang nampak gila itu.

"Aigoo, crying, eoh? " Yoona mengejek Eunbi yang terlihat menyedihkan sekali saat ini.

"Bagaimana ini? Huaa (╥﹏╥)" Eunbi memeluk tubuh Yoona erat.

"Tidak ada jalan lain, kan? Kau harus menikahinya. " ucapan Yoona membuat gadis itu kembali menangis lalu kemudian terdiam cukup lama. Bahkan Yoona sendiri tak habis pikir Eunbi bisa se-frustasi itu, wanita itu terkekeh.

Eunbi dengan wajah lesu, mata bengkak dan tatapan sayu menatap Yoona dalam. "Haruskah? " suaranya sangatlah parau, bahkan Yoona ingin sekali memeluk gadis itu karena kasihan.

Yoona mengangguk pelan, "Demi ibumu" Eunbi tersenyum kecut lalu kembali menoleh kearah Yoona.

"Baiklah, demi ibu! " ujarnya menyemangati diri sendiri.

[TO BE CONTINUED]
PSHYC•JUNGKOOK

"Sesungguhnya barang siapa yang memberikan vote, akan dinikahi member nct dan diperistri member BTS, sekian dan Amin. "

Ehe (っ´▽')っ

See u when i see u.

PSHYC - JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang