Bagian 44 : revenge

169 17 2
                                    

Pria dengan setelan serba hitam yang berdiri pada pintu keluar gedung pengadilan segera membalikkan tubuhnya pergi darisana, setelah melihat orang yang ia tembak telah dibawa.

Senyuman jahat yang khas dibibirnya tidak pudar, sampai ia memasuki mobilnya.

Didalam sana, nampak ia membersihkan pistol kesayangannya dengan tisu dan kembali memasukkannya pada saku jaket kulitnya.

"Kau pikir sudah menang? " gumamnya lalu melajukan kendaraan beroda empat itu.

--

Seorang pria dengan proporsi tubuh ideal, mengenakan kemeja berwarna biru muda nampak menggendong seorang wanita berjas.

Ia berlari kecil memasuki rumah sakit dan langsung membawa wanita itu pada sebuah ruangan setelah dituntun seorang perawat.

Brankar itu di dorong menuju IGD. Kim Taehyung menunggu di luar setelah mendapat instruksi bahwa pasien akan di operasi.

Pria itu nampak menangis karena efek keterkejutannya, namun ia segera menyeka air matanya.

Namun sebelum kedua tangannya mendarat pada wajahnya, matanya kembali terpaku. Dilihatnya kedua tangan itu penuh dengan darah sang kakak.

Hatinya kembali teriris. Emosinya meluap namun ia bingung dengan perasaannya saat ini. Tujuannya hanya satu, menangis dalam diam.

Beberapa menit kemudian ponselnya berdering. Disana tertera nama Eunbi.

"Halo? " suaranya nampak serak.

"Taehyung-ah, gwaenchanayo? " (kau tidak apa-apa?)

"Ah, nan gwaenchanaseo"

"Benarkah? Sekarang kau dimana? "

"Aku di Rumah sakit Hallym"

"Baiklah, kami akan menyusul. "

"Hm. "

Ia menatap layar ponselnya sebentar. Lalu memasukkannya pada saku celana.
Ia menyenderkan bagian belakang tubuhnya pada kursi tunggu yang ada disana. Meski tidak terlalu nyaman, tapi Taehyung butuh sandaran untuk beristirahat.

--

Beberapa menit setelah operasi pengeluaran peluru berhasil dilaksanakan. Sekarang Soyeon alias Jung Soul sudah dipindahkan pada ruangan inap.

Kondisinya sudah stabil. Namun saat ini wanita itu nampak tertidur.

Taehyung duduk pada kursi yang ada disebelah brankar Soul.

"Noona, cepat sembuh.. " ujarnya.

Lalu kemudian sebuah suara ketukan pintu terdengar. Setelah ketukan kedua, lalu pintu itu terbuka. Dan disana, nampak Eunbi yang mendorong kursi roda Jungkook masuk diikuti Yoona dan nyonya Choi.

"Bagaimana keadaannya? " tanya Yoona.

"Kata dokter ia sudah membaik, luka tembakan dibahunya tidak cukup parah. " ujar Taehyung.

Eunbi dan yang lainnya akhirnya dapat bernapas lega. Gadis itu nampak menatap Taehyung lekat.

"Ngomong-ngomong, dia siapa? Kenapa wajahnya familiar? "

"Dia.. Kakakku.. "

"Kakakmu? Kau punya kakak? " sela Yoona tak percaya.

Taehyung mengangguk lemah. "Dia pergi entah kemana, dan aku baru menemuinya saat sidang kedua dan sedihnya dia malah menjadi pengacara si brengsek itu. "

Yoona menatap Taehyung iba. "Kasihan sekali, untung saja kakakmu tidak apa-apa."

Eunbi dan nyonya Choi refleks kaget. "Di-Dia Soyeon? "

Taehyung mengangguk.

"Aku bahkan tidak mengenalnya karena namanya berubah.. " ujar Eunbi masih tak percaya.

"Aigoo, Soyeon-ie yang malang" nyonya Choi menatap Soul iba

"Bagaimana bisa namanya berubah? Tae, apa kau.. "

"Aku juga tidak tahu, Eunbi, dia berubah bahkan saat aku mencegatnya dia pura-pura tidak mengenaliku.. "

Eunbi meringis. "Pasti dia punya tujuan lain.. "

---

Sementara disisi lain. Seorang pria berstelan kaos putih dengan jaket hitam diluarnya nampak memasuki minimarket.

Didalam sana, aura dingin dari pria itu nampak memenuhi isi minimarket. Bahkan kasir yang menyadari kedatangannya pun, sontak menoleh saat pria itu baru saja masuk.

Dengan langkah cepat ia menghampiri lemari dengan bermacam-macam produk mie instan. Ia mengambil salah satunya, dan kemudian beranjak menuju lemari berisi soju.

Setelah mengambil sebotol soju berukuran sedang, ia menuju kasir. Sang pelayan kasir nampak memperhatikannya takut-takut, pasalnya pria itu terus memakai kupluk jaketnya sembari menunduk.

Merasa ditatap, pria itu tak tinggal diam. "Berhenti menatapku. " suaranya nampak berat dan menusuk.

Wanita yang ada dikasir itu terkejut, ia segera menuntaskan belanjaan pria misterius itu dan membiarkan nya pergi dari sana.

Setelah pergi, wanita itu kembali menoleh kearah dimana pria itu nampak berjalan menjauh dari minimarket.

"Dia menyeramkan. "

---

Disebuah apartemen kecil, dengan satu kamar yang tak luas nampak seorang pria baru saja datang dan menaruh belanjaannya pada sebuah meja berukuran segi empat disana.

Ia menurunkan kupluk jaketnya yang sedari tadi menjadi pusat perhatian karena dianggap misterius oleh orang-orang. Ia membuka jaketnya kemudian melemparnya asal ke atas kasurnya yang terbilang kecil itu.

Ia membawa dirinya menuju ruangan lain didalam sana, sebuah dapur kecil yang memuat satu kompor gas. Ia menyalakannya dan memasak air untuk merebus mie instan yang baru saja ia beli.

Sembari menunggu, ia kembali pada sisi di dalam sana yang hanya ada kamarnya yang menyatu dengan ruang makannya. Tak dipermasalahkan, toh dia hanya tinggal seorang diri.

Ia membuka sebotol soju yang baru ia beli, menuangkannya pada gelas seloki yang ada diatas mejanya. Meminumnya sekali teguk.

Ia menghembuskan napasnya kasar. Pikirannya kembali terbang pada kejadian siang tadi, saat ia berhasil menembak seorang wanita tepat di bahunya.

Perasaan takut memang ada didalam dirinya, namun tak melebihi perasaan sakit hati saat mengetahui ayahnya berhasil ditahan.

Ia menutup matanya rapat-rapat, emosinya nampak memuncak kembali. Bahkan gelas yang ada di genggaman nya hampir saja retak karena ia meramasnya.

Lalu suara air mendidih terdengar dari arah dapur, ia baru menyadari jika tadi ia memasak mie. Dengan segera ia menuju dapur dan membawa panci perebusnya ke atas meja.

Ia mengambil sebuah sumpit dan mulai mengaduk-aduk mie dan mencampur bumbu-bumbu nya.

Namun sebelum memakannya, ia kembali teringat akan seseorang. Kepalanya menoleh sembilan puluh derajat ke sebelah kanan, diatas meja berukuran sedang nampak foto kedua anak kecil berumur sekitar tujuh tahun saling merangkul.

Tentu saja, satu dari kedua anak kecil itu adalah dirinya. Namun yang satunya lagi, adalah seseorang. Teman masa kecilnya, yang bahkan sampai sekarang masih ia ingat namun ia membencinya.



TO BE CONTINUED
[PSHYC•JUNGKOOK]

BARU APDET LAGI!!

Mampus kena serang, gapapa gais marah aja aku emang suka telat ^_^

btw, happy 100M #lifegoeson sumpah ini lagu enak parah sih

okey, gais see u next part

hug satu satu

PSHYC - JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang