21.30 KST.
Taehyung berjalan santai menuju rumahnya, niatnya yang ingin langsung mengistirahatkan tubuhnya pupus begitu saja saat suara dingin milik sang kakak masuk dalam indra pendengarannya.
"Masih ingat pulang ternyata!"
Dingin dan begitu menusuk, tapi itu sudah biasa untuk Taehyung. Lagi-lagi Taehyung hanya menghembuskan napas pasrah, kemudian berbalik dan menampilkan senyum terbaiknya pada sang kakak.
"Woah, Hyung menunggu Taehyung, eoh? Mianhae, Hyung. Taehyung ada urusan sebentar tadi. Tapi, seharusnya Hyung tidak usah menunggu Tae, dan--"
"Cih, percaya diri sekali kau? Tidak ada yang menunggumu, sialan!"
Tidak bisakah sekali saja Yoongi tidak mengeluarkan kata-kata laknat itu dari mulutnya? Sungguh, itu benar-benar menyakiti perasaan Taehyung.
"Mau jadi apa kau jika terus seperti ini, huh?! Kau pikir aku tidak tahu jika bukan sekali ini saja kau pulang larut malam? Dasar berandal! Tidak ada gunanya kau sekolah tinggi-tinggi jika ujung-ujungnya kau hanya menjadi berandal! Lebih baik kau tidak usah sekolah saja daripada-"
"Kau pikir uang yang kau berikan padaku cukup untuk membiayai semua kebutuhan kuliahku ... Hyung?" Untuk pertama kalinya Taehyung berani menyela omongan Yoongi, dan ... untuk pertama kalinya juga Taehyung berani bertatap langsung dengan irish tajam milik sang kakak.
Yoongi hanya bungkam, karna yang dikatakan Taehyung memang benar. Ia memang rutin memberi uang bulanan pada Taehyung, tapi jumlahnya tidaklah seberapa. Dan Yoongi juga tidak bodoh, untuk tidak mengetahui berapa besar uang yang harus Taehyung keluarkan untuk membiayai semua uang kuliahnya itu.
"Ck! Jadi sekarang kau sedang mengeluh, begitu? Masih bagus aku mengijinkanmu tinggal di rumah ini! Dan sekarang kau malah mengeluh? Mungkin akan lebih baik jika aku mengusirmu dan membiarkanmu jadi gelandangan saja!" tukas Yoongi.
"Tidak Hyung, b-bukan itu maksud Tae. Jangan usir Tae, Hyung. Tolong."
Kepalanya kembali tertunduk, pipinya bahkan sudah basah akan air mata mendengar jika Yoongi akan mengusirnya. Sekejam atau sedingin apa pun perlakuan Yoongi pada Taehyung, tetapi ia benar-benar tidak mau jika harus berpisah dengan Yoongi atau pun Jimin. Lagi pula, ke mana Taehyung harus pergi? Ini rumahnya, Yoongi juga Jimin adalah keluarganya, jika Taehyung di usir dari sini, di mana lagi dia harus tinggal?
"Hentikan tangisan bodohmu itu, air matamu sama sekali tidak berpengaruh padaku! Pergi dan cuci semua baju kotor, setelah itu bersihkan dapur dan buang semua sampahnya. Mengerti?!" tukas Yoongi lalu pergi setelahnya.
"Mengerti, Hyung."
*****
Setelah mendapat perintah dari Yoongi, buru-buru Taehyung mengerjakan semua yang Yoongi katakan. Taehyung mengambil semua baju kotor Yoongi dan Jimin lalu memasukkannya ke mesin cuci.Sembari melakukan itu, Taehyung memilih untuk mencuci piring-piring dan juga gelas kotor yang sudah menumpuk. Sesekali namja itu menghapus peluh yang kembali banjir membasahi pelipisnya, Taehyung mengambil segelas air, dan mengistirahatkan tubuhnya sebentar.
"Huft, kau benar-benar berniat mengerjaiku yah, Hyung? Aku kan bisa lakukan ini besok pagi, kenapa harus malam ini juga, sih? Haahh." Taehyung menghembuskan napas lelah lalu kembali mengerjakan tugasnya.
Namja itu menjemur baju-baju yang sebelumnya sudah ia cuci di balkon rumahnya, dengan telaten Taehyung menjemur satu persatu baju-baju tersebut dan tersenyum senang ketika semuanya sudah selesai.
"Akhirnya!" Taehyung memekik girang sembari meregangkan otot-ototnya, ia merentangkan kedua tangannya sembari menikmati angin malam yang berhembus menerpa wajah tampannya.
"Cantik," gumam Taehyung seraya melihat bintang-bintang di langit.
"Apa Eomma juga menjadi bintang, eoh? Kata jika orang sudah meninggal pasti dia akan menjadi bintang, pasti Eomma juga menjadi bintang, kan?" ucap Taehyung, ia menatap langit sambil terus melihat bintang kesukaannya.
"Boghosipoyo, Eomma. Taehyung harap Eomma benar-benar menjadi salah satu bintang yang bersinar itu." Suaranya kian menyendu, entah apa yang ada di pikiran Taehyung hingga membuat mata elangnya kembali berkaca-kaca.
"Maafkan Taehyung, Eomma. Taehyung bilang Taehyung rindu Eomma, tapi Taehyung sendiri bahkan tidak tahu seperti apa wajah Eomma."
Tangannya semakin kuat mencekram besi pembatas balkon di hadapannya.
"Tapi Appa bilang Eomma cantik, pasti Eomma memang cantik, kan? Kalau tidak mana mungkin Appa mau menikah dengan Eomma, kkk," kekeh Taehyung, ia bahkan tak sadar jika pipi mulusnya sudah kembali basah karna air mata.
"Huh, ngomong-ngomong Taehyung jadi merindukan Appa. Kapan yah, Appa akan pulang dari luar negri?" gumamnya.
"Ssh, dingin juga ternyata. Sudah yah, Eomma. Taehyung mau tidur dulu, selamat malam," ujar Taehyung kemudian berlalu dari balkon dan menuju kamarnya.
*****
"Astaga, kenapa adik Hyung ini manja sekali, eoh? Kau ini sudah besar, Jim. Kenapa masih saja minta tidur sambil di peluk Hyung, huh?"
"Haha, masa bodo. Pelukan Hyung hangat sih, Jiminie suka!"
"Aish, dasar manja. Yasudah, sini. Hyung akan peluk Jiminie sampai Jiminie tidur."
"Gomawo, Hyungie."
"Ya, sudah tidur. Jaljayo, Saeng."
*****
"Aish, kenapa aku harus repot-repot menutup pintunya, sih? Tahu begitu aku biarkan saja pintu kamar Jimin terbuka, bodo amat mau ada alien atau pencuri masuk atau tidak!"
Taehyung terus meracau tidak jelas, niatnya yang ingin menutup pintu kamar saudaranya malah justru membuat hatinya kembali terluka. Taehyung iri, yah, jujur saja Taehyung iri pada Jimin.
Ia iri karna Jimin mendapat perhatian lebih dari Yoongi, Taehyung iri melihat Jimin yang selalu menjadi prioritas utama Yoongi. Tapi, Taehyung mencoba untuk terlihat biasa saja, ia tak ingin rasa irinya tumbuh menjadi kebencian yang akan menghancurkan dirinya sendiri.
"Sekali-kali peluklah Dongsaengmu ini, Hyung. Taehyung kan juga mau merasakan hangatnya pelukanmu, Yoongi Hyung."
Jika orang melihat Taehyung, mungkin mereka akan tertawa mendengar suara Taehyung yang terdengar seperti bocah lima tahun yang sedang merajuk. Mereka tidak akan tahu, jika semua omong kosongnya itu hanya ia gunakan untuk mengurangi rasa sesak di dadanya, Taehyung bahkan menggigit bantal gulingnya dan menumpahkan semua air matanya di sana.
"T-taehyung juga m-mau di peluk s-sama Hyung. Hiks ...."
Isakan itu akhirnya keluar dari mulutnya, Taehyung tetap menggigit kuat bantal gulingnya guna menahan isakan-isakan yang mungkin akan terus keluar nantinya.
Namja itu memejamkan matanya erat, ia tertidur dengan air mata yang sudah berhasil membasahi pipi mulusnya. Bukan sekali dua kali Taehyung melakukan itu, hampir setiap malam ia menangis dan berakhir tidur setelahnya.
Tbc ....
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyung✅
FanfictionTaehyung tidak tahu apa kesalahannya. Tak tahu, kenapa ia diperlakukan berbeda oleh sang Kakak. Yang Taehyung tahu, Kim Yoongi--sang Kakak--amat sangat membencinya. Start : 28 september 2019 End : 15 Desember 2019.