Hyung-11

7.7K 635 55
                                    


"Maafkan Appa tidak bisa menemanimu lebih lama, Taehyungie," ucap Jaehyun.

Taehyung hanya tersenyum simpul menanggapi perkataan sang ayah, ia cukup tahu jika ayahnya ini bukanlah seorang pengangguran yang bisa terus menemaninya selama dua puluh empat jam penuh.

"Gwaenchana, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk mengurus Tae selama di rumah sakit, Appa."

"Aniya, jangan mengatakan itu, Taehyungie. Itu sudah menjadi kewajiban Appa, jangan membuat appa malu dengan ucapan terima kasihmu itu."

Taehyung kembali tersenyum mendengar ucapan Jaehyun, ia turun dari brankarnya kemudian berdiri di hadapan sang ayah.

"Sudahlah, appa akan ketinggalan pesawat jika terus mengobrol dengan Tae," ujarnya.

Yah, hari ini Jaehyun akan kembali le London untuk urusan bisnisnya. Meskipun ada rasa tak tega meninggalkan Taehyung dan Jimin yang masih dalam keadaan koma. Tapi, jika untuk urusan bisnis, Jaehyun tidak bisa jika harus bernegosiasi lagi.

"Arraseo, Appa titip salam untuk Yoongi Hyung-mu nde, Taehyungie?"

"Waeyo? Apa Appa tidak mau menemui Yoongi Hyung dulu sebelum Appa pergi, eoh?" tanya Taehyung, ia pikir setelah pembicaraan kemarin hubungan sang ayah dan kakaknya akan membaik. Namun, sepertinya itu tidaklah terjadi.

"Ani, kau tahu sendiri bagaimana hubungan appa dengan Hyung-mu itu, kan?" lirih Jaehyun. "Baiklah, Appa pergi dulu, nde?"

"Oke, kajja! Biar Taehyung antar Appa sampai bandara."

"Ani, kau pulang saja dan istirahat, ingat! Kau baru saja di bolehkan pulang oleh dokter, Tae!" tolak Jaehyun.

"Tapi Appa ...."

"Tae ...."

"Huft, arraseo! Pergilah, atau Appa akan benar-benar terlambat nanti!" tukas Taehyung, membuat Jaehyun tersenyum penuh kemenangan.

*****
Ingin sekali Yoongi mengeluhkan takdirnya pada Tuhan, selama ini ia tidak pernah meminta apa pun darinya, bukan? Tapi kenapa saat ia hanya meminta satu permintaan saja Tuhan tak kunjung mengabulkan keinginannya?

"Sembuhkan adikku, hanya itu permintaanku padamu, Tuhan," lirihnya.

Namja itu benar-benar sudah bosan melihat Jimin terus terbaring lemah di atas ranjang psakitan. Yoongi tidak suka melihat adiknya seperti ini, ia rindu pelukan Jimin. Yoongi rindu sang adik bercerita dan terus merengek seperti anak kecil padanya.

"Ireona, Jimin-ah. Hyung janji akan menuruti semua keinginanmu jika kau sadar, Saeng." Tidak ada yang bisa Yoongi lakukan selain ini, ia harap sang adik akan mendengar celotehannya dan merespon setiap ucapannya.

"Apa kau tidak merindukan Hyung, hm?" ucap Yoongi seraya mencium punggung tangan Jimin, ia masih berharap jika Tuhan akan memberikan keajaiban dan membuat adik kesayangannya itu sadar.

"H-Hyung ...."

"Jimin-ah, kau--"

Ucapan Yoongi terpotong, saat ia mendongakkan wajahnya dan melihat Jimin masih setia memejamkan matanya.

"Ini aku, Hyung," kata seorang namja yang kini sudah berada di ambang pintu. Sedangkan Yoongi hanya memutar bola matanya malas melihat siapa namja tampan itu.

"Tae hanya ingin memberi tahu jika Appa sudah kembali London," ucap Taehyung yang lagi-lagi tidak dihiraukan oleh Yoongi.

"Hyung ... Appa bilang ...."

"Bukan urusanku!" ketus Yoongi.

"Arraseo, kalau begitu Tae pergi dulu, nde? Sebaiknya Hyung juga pulang, kau juga perlu istirahat, Yoongi Hyung."

Hyung✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang