Bab Tiga Puluh Lima: Mari Tetap Ber-ukhuwah

3.4K 163 27
                                    

"Maafkan aku, Asma. Tapi, aku benar-benar tidak ingin melukai kamu, terlebih lagi istriku. Aku tahu, bahwa dengan menikahimu, mungkin suatu saat nanti, aku yakin bahwa akan ada yang terluka. Entah salah satunya, keduanya, atau bahkan kita bertiga. Maafkan aku."

Dalam perjalanan pulang, suasana mobil jauh lebih hening dari saat ketika mereka berangkat menuju rumah Asma. Maira tak berani bertanya atau berkata apa-apa demi menjawab segala hal yang ada dalam otaknya. Ali pun tak bersuara, begitu juga Reva, terlebih lagi supir yang mengemudikan mobilnya--yang tak lain adalah Rio. Pria itu tak banyak bicara, bahkan mungkin dapat disebut diam, seharian ini. Seperti jika berkata sepatah saja, ia akan merasa telah menaburkan garam di atas luka-luka di keluarga sahabatnya.

"Ali, akhirnya kamu datang pula secara resmi. Apakah ini istrimu?" Ustadz Azzam yang ternyata tengah berada di rumah Asma menyambut kedatangan mereka. Lengkap dengan gamis serba hitam, seperti biasa, tetapi pandangan yang aneh dan serasa mampu membuat Ali murka.

"Bagaimana kesiapanmu?"

"Abi, parselnya kenapa nggak dibawa masuk?" Maira berbisik. Ali mengulum senyum dan menggeleng pelan.

"Nanti."

"Biar gue yang ambil, Ra," sahut Rio yang akhirnya direlakan oleh Ali. Memang tujuan parsel itu diperuntukkan keluarga Asma ketika mereka bertandang, tetapi Ali takut menjadi kesalahpahaman.

"Laa takhaf, Bi." Ali tersenyum, sembari duduk dan menyalami Ayah Asma dan Ustadz Azzam. Mentakdzimi keduanya, meski hatiya telah berbeda.

Di mana kedudukan hatinya akan Allah telah berubah karena surah Al-Ma'idah yang dibaca tartil oleh suara lembut istrinya, di antara doa-doa yang terpanjat sepanjang sholat malam kekasih halalnya di sepertiga malam yang dingin dan sepi. Ia melihatnya dengan jelas, mendengarnya dengan ikhlas, bahwa ia beruntung memiliki perempuan hafidzah itu secara halal. Telinganya mentakdzimi bacaan Qur'an yang dilantunkan Maira dalam raka'at salatnya. Membalikkan tubuhnya, agar ia dapat memandangi wajah istrinya yang tengah syahdu merayu langit dan Pemiliknya.

Ia merindukan kesyahduan malam-malam ini yang tak lagi ia dapatkan dalam beberapa bulan terakhir. Dan ia benar-benar menginginkan cintanya kepada Maira, selayaknya cinta yang membara, tetapi tak pernah bisa dipadamkan oleh air, juga ketika terbakar tidak dapat melukai satu sama lain.

"Allahu akbar!" Sayup suara berbisik terdengar dari bibir Maira setelah surat Al-Ma'idah selesai dibaca, kemudian lanjut dalam ruku'.

Ali tak berniat untuk beranjak dari tidurnya dan mengalihkan pandangan dari Maira. Ia ingin mendengar bacaan Surat Ar-Rahman yang dalam ingatannya, Maira seringkali melantunkannya di salah satu raka'at dalam salah malamnya.

Surah ini selain menjadi pengingat Maira akan bersyukur atas segala nikmat Allah, juga kenikmatan mencintai dan menjadi istri Abi yang ditakdirkan oleh Allah.

Ia tersenyum, betapa ia seakan melihat surga dunia yang tak ada habisnya dalam wajah istrinya. Betapa pun perempuan itu pernah membuatnya cemburu karena masa lalu, harusnya ia bersyukur menjadi satu-satunya pria yang dicintai oleh Maira dalam ketaatan dan ke-halal-an. Lantas, mengapa ia masih takut dan khawatir akan hal yang datang dari masa lalu dan tidak halal itu. Hingga membuatnya terjerumus dalam kesesatan yang tampak dibenarkan oleh mata hatinya. Zhahiruhu rahmah wa min qibalihil adzab. Tampaknya penuh rahmat, tetapi sebaliknya, berisi adzab yang pedih. Padahal Allah telah menjawab kesesatannya akan ujian duniawi dalam Surat Ali-Imran. Zuyyina lin-naasi hubbusy-syahawaati minan-nisaaa'I .... Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada syahwat yaitu wanita-wanita ....

"Lancang sekali kamu melarang Ali berpoligami! Kedudukanmu di bawah suamimu! Ingat kedudukan perempuan di bawah laki-laki, itu sebabnya perempuan tidak boleh di depan saat salat." Ustadz Azzam menghardik Maira yang sedari tadi diam, setelah Ali menyampaikan maksud kedatangannya untuk membatalkan khitbah kepada Asma.

Buku #2 | My Persistent Niqobi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang