Bab 6

251 24 0
                                    

Flash back

Sesaat setelah Tzuyu keluar dari ruangan, Chan pun segera keluar dari ruangan itu. Ketika Chan sedang berjalan melewati meja-meja staff, sebuah map menarik perhatiannya. Chan ingat betul map itu adalah map yang berisi berkas MOU untuk meeting tadi siang. Chan segera menghampiri meja itu dan memeriksa dugaannya. Heran, itulah kondisi Chan saat ini, ya benat itu adalah berkas MOU yang hilang.
"Mengapa berkas ini ada di meja Jung Bujang ?" Batin Chan.
Tanpa berpikir panjang Chan segera kembali ke ruangan Mingyu untuk memberi tahukannya.
"Sajangmin, bukankah ini berkas MOU yang kau cari ?" Ucap Chan seraya memberikan map itu pada Mingyu.
Mingyu dibuat kaget dengan isi mapnya. Itu benar-benar berkas yang ia anggap hilang.
"Bagaimana ini bisa ditanganmu ?"
"Aku menemukannya di meja Jung Bujang."
"Mwo ? Eotteoke?"
"Nado Moreumnida."
"Itu artinya Chou Biseo tidak sepenuhnya bersalah. Apa aku sudah keterlaluan?" Batin Mingyu.
"Segera panggil Jung Bujang."
"Ne."
Chan bergegas keluar dan memanggil orang yang dimaksud.
Chan masuk, tentunya diikuti oleh seorang wanita cantik yang tak lain adalah Jung Soo Jung Bujangnim.
"Annyeonghaseyo Sajangnim. Mengapa Anda memanggil saya ?"
"Kenapa map berkas MOU ini bisa ada di mejamu ? Kau tahu gara-gara ini aku telah memarahi orang yang salah." Tanya Mingyu sambil mengacungkan map berisi berkas MOU itu.
Soo Jung kaget bukan main setelah melihat berkas itu. Ia terdiam dan berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Mingyu. Setelah beberapa saat, akhirnya Soo Jung menemukan alibi untuk pertanyaan itu.
"Aku tidak tahu mengapa berkas itu ada di mejaku." Soo Jung dian sejenak seolah sedang berpikir kemudian melanjutkan perkataannya.
"Aahh... mungkin map itu terbawa saat aku dan Chou Biseo tak sengaja bertabrakan di koridor. Choesonghamnida. Saya salah karena tidak memeriksa berkas saya ambil setelah jatuh."
Jawaban itu sama sekali tak membantu bagi Mingyu. Saat ini ia seperti dihantui rasa bersalah. Ia sudah memarahi atau bahkan bisa dikatakan memaki Tzuyu dengan begitu kasar tanpa mengetahui kebenarannya dan mendengar penjelasannya dengan benar.
"Sudahlah kalau memang itu yang terjadi. Lain kali kau harus lebih berhati-hati dan pastikan kau membawa berkas yang benar. Kau boleh keluar."
"Ne. Gamsahamnida Sajangnim. Kalau begitu saya permisi."
Tersisa Chan dan Mingyu di ruangan itu. Chan mendekati Mingyu dengan hati-hati.
"Bukankah sudah ku katakan kami menyiapkannya dengan baik tapi kau tidak percaya. Sekarang bagaimana dengan Chou Biseo. Bukankah kau memakinya dengan begitu kejam ? Dan karena itu bukankah kau seharusnya meminta maaf kepadanya ?" Ucap Chan panjang lebar.
Mingyu hanya bisa diam. Karena tak direspon oleh Mingyu akhirnya Chan keluar dari ruangan.

Flash back keutt

•••
Malam semakin larut, tubuh Mingyu pun terasa begitu lelah. Namun hal tersebut tak membuat mata Mingyu terpejam. Pikiran Mingyu tak tenang, ia terus berpikir tentang kejadian siang tadi. Perkataan Chan terus terngiang ditelinganya. Sebenarnya bukan hanya perkatan Chan yang mengganggu pikiran Mingyu, namun ada hal lain yang membuat Mingyu tidak bisa tidur. Mingyu sendiri bingung kenapa hatinya seperti itu, yang jelas ketika Mingyu melihat air itu keluar dari mata Tzuyu hatinya seperti ikut sakit. "Perasaan apa ini ? Kenapa aku seperti ini ?" Batin Mingyu.
Akhirnya setelah terjadi pergolakan dalam diri Mingyu, ia memutuskan untuk meminta maaf pada Tzuyu besok. Ia yakin itu adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan saat ini.
•••
Keesokan harinya Mingyu pergi ke kantor seperti biasa. Namun hal tak terduga terjadi di depan pintu masuk. Ia melihat seorang wanita di depan pintu yang sepertinya tak berniat untuk masuk. Wanita itu hanya berdiam diri.
"Kenapa tidak masuk ?"
Pertanyaan itu keluar dari mulut Mingyu setelah ia memperhatian wanita itu.
"Aahh... animida." Jawab wanita itu sambil tersenyum.
Namun Mingyu menyadari ia tersenyum dengan terpaksa.
"Baiklah kalau begitu, bukankah ini sudah waktunya kerja. Cepat naik dan memulai pekerkaanmu." Ucap Mingyu sambil berlalu menuju ruangannya.
•••
Di dalam lift Mingyu hanya bisa diam. Ia bingung harus bagaimna memulai percakapan agar ia bisa minta maaf. Wanita itu juga hanya diam. Keheningan benar-benar membuat Mingyu tidak nyaman. Akhirnya Mingyu memutuskan untuk memulai percakapan.
"Mianhae."
Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Mingyu. Itu benar-benar membuat Mingyu frustasi. Bagaimana mungkin hanya itu yang bisa ia katakan.
"Ne ?" Wanita itu terdengar seperti meminta kejelasan dari ucapan Mingyu yang memang bisa dibilang ambigu.
"Aku benar-benar minta maaf, harusnya aku tidak berkata seperti itu padamu. Maafkan aku karena sudah keterlaluan. Dan kenyataannya memang bukan salah kau sepenuhnya." Mingyu memperjelas ucapannya.
"Apa maksudnya bukan salahku sepenuhnya ?" Tanya wanita itu.
"File itu ternyata terbawa oleh Jung Bujang saat ia menabrakmu. Jadi itu bukan sepenuhnya salahmu." Jelas Mingyu.
"Oohh benar, kemarin aku dan Jung Bujang tak sengaja bertabrakan. Bagaimana Anda tahu file itu ada pada Jung Bujang ?" Wanita itu kembali bertanya.
"Sudahlah yang penting sekarang masalahnya sudah selesai. Tapi ingat kau harus lebih hati-hati lagi jangan sampai kejadian ini terulang."
"Ne Sajangmin"
Percakapan itu berakhir seraya pintu lift terbuka. Mingyu keluar dari lift dengan perasaan yang sudah tenang. Tak ada lagi rasa bersalah yang menghantuinya. Memang meminta maaf saat lita salah adalah hal terbaik yang bisa dilalukan untuk menebus kesalahan kita.

Love Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang