Bab 10

237 20 0
                                    

"Unmyeong-ida".
Sebuah kata yang membuat Chae dan Tzuyu bingung.
"Museun mal-imika ?" Chae bertanya dengan nada heran.
"Aniya, geunyang. Ah, perkenalkan, namaku Jeon Jungkook-imnida. Kau bisa memanggilku Jungkook." Jawabnya sambil mengulurkan tangan.
"Ah ne, Jungkook-ssi. Joneun Chaeyoung, Son Chaeyoung."
"Joneun Chou Tzuyu, kau bisa memanggilku Tzuyu."
"Chou Tzuyu, jadi itu adalah namanya, nama yang cantik." Bisik Jungkook yang mungkin sedikit terdengar oleh Chae dan Tzuyu. Walaupun tidak jelas apa yang dikatakan Jungkook, namun itu berhasil membuat Chae dan Tzuyu makin dibuat bingung.
"Apakah kau mengenalnya ?" Bisik Chae.
"Ani." Jawab Tzuyu.
Melihat Chae dan Tzuyu bersikap seperti itu, akhirnya Jungkook sadar.
"Ah, mianhae. Kau mungkin tak mengingatku , tapi kita pernah bertemu satu kali di restoran. Waktu itu aku tak sengaja menabrakmu sampai semua berkas yang kau bawa berhamburan. Apakah kau ingat, Tzuyu-ssi ?" Jelas Jungkook.
Setelah mendengar itu Tzuyu terlihat seperti sedang menggali ingatannya sesuai dengan penjelasan dari Jungkook. Setelah beberapa saat akhirnya Tzuyu bisa mengingat kejadian itu.
"Ah, majayeo, aku ingat, kau bahkan membantuku waktu itu. Ahhhh itu kau." Jawab Tzuyu sambil tersenyum yang juga dibalas dengan senyuman oleh Jungkook.
"Sudah beres bernostalgianya ?" Pertanyaan Chae membuat keduanya sadar bahwa bukan hanya mereka yang ada disana.
"Ah, geureomnyeo chae-ah."
"Ah ne, mianhae. Kalau begitu aku permisi dulu. Semoga kita bisa menjadi tetangga yang baik." Jungkook mengakhiri kunjungannya dengan melemparkan senyuman terbaiknya.
•••
Seperti biasanya, pagi ini Tzuyu berangkat ke kantor. Ketika Tzuyu sedang berjalan menuju halte bis di dekat apartemennya, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggilnya.
"Tzuyu-ssi !!" Panggil Jungkook.
Tzuyu menghentikan langkahnya dan segera mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Jungkook segera menghampiri Tzuyu.
"Annyeonghaseyo." Sapa Tzuyu.
"Annyeonghaseyo." Balas Jungkook.
"Kau mau ke kantor bukan ?" Lanjut Jungkook.
"Ne, kau benar. Kau sendiri ?" Jawab Tzuyu.
"Aku juga mau berangkat kerja. Aku punya cafe di dekat sini. Itu alasannya aku pindah." Jelas Jungkook.
"Ahhhhh. Kalau begitu kau bisa traktir aku dan Chae untuk di cafe mu bukan ? Sebagai acara perayaan tetangga baru."
"Tentu saja. Nanti kita atur waktunya."
"OK !" Jawab Tzuyu antusias.
"Ah mian, aku pasti mengganggu perjalananmu. Kau bisa melanjutkan perjalananmu."
"Aniya. Kau tidak perlu meminta maaf. Tapi kau benar aku memang harus berangkat kerja. Kalau begitu aku pergi dulu. Annyeongigyeseo."
"Hm.. hati-hati."
•••
Suasana sarapan kali ini sedikit membuat Mingyu tak tenang. Pasalnya sejak makan pagi dimulai ibunya sama sekali tak berbicara pada Mingyu. Dan itu pastinya karena masalah kemarin. Walaupun Mingyu sudah menyiapkan diri untuk menghapi ibunya, tapi melihat ibunya yang diam saja membuat Mingyu lebih khawatir. Namun Mingyu juga tak berani untuk memulai obrolan. Akhirnya mereka menyelesaikan makannya tanpa sepatah katapun. Setelah selesai menyantap makanannya Mingyu membuka suara untuk berpakitan kepada ibunya. Mingyu beranjak dari tempat duduknya lalu menundukkan kepalanya.
"Eomma, aku pergi dulu."
"Mingyu-ah, bisakah kau duduk sebentar ?"
Deg... ucapan ibunya terdengar sangat datar dan dingin membuat Mingyu benar-bebar gugup. Namun Mingyu segera menuruti perkataan ibunya itu.
"Mingyu-ah apakah benar kau sudah punya pacar ? Dan kau membawanya kemarin saat menemui Yerin."
"Ne?" Mingyu berpikir sebentar lalu melanjutkan kembali ucapannya.
"Ah.. Ne, majayo."
"Kau tahu bahwa Yerin sangat kesal dengan perbuatanmu itu ? Kau benar-benar membuat ibu malu. Ibu yang mengusulkan pertemuan itu."
"Mianhae Eomma, aku tahu aku salah." Jawab Mingyu dengan wajah lesu.
"Harusnya kau tidak perlu membawa pacarmu kesana. Aniya, lebih tepatnya kau tak perlu pergi kesana jika kau memang sudah punya pacar.
Apakah dia benar-benar pacarmu ? "
Pertanyaan terakhir yang diucapkan oleh sang ibu membuat Mingyu benar-benar gugup. Ia tak pernah membanyangkan kalau ibunya akan mengajukan pertanyaan seperti itu.
"Ne.. geureomyo. Geu yeoja chingueyeo." Jawab Mingyu agak terbata-bata.
"Kami baru saja pacaran, jadi aku belum mau mengenalkannya pada Ibu. Aku takut ia akan tertekan karena Ibu ingin aku segera menikah." Lanjut Mingyu.
"Benarkah ? Kalau begitu karena ibu sudah tahu sebaiknya kau segera membawa pacarmu kesini. Ibu ingin segera melihat wanita yang sudah berhasil mencairkan hatimu."
"Baiklah, aku akan mengenalkannya pada Ibu. Tapi Ibu harus janji padaku Ibu tidak akan memaksa kami agar segera menikah. Biarkan kami lebih mengenal satu sama lain."
"Arasseo. Ibu janji padaku."
"Geureom. Aku pamit"
"Ne. Hati-hati Mingyu-ah."
•••
Sepanjang jalan menuju kantor, pikiran Mingyu tak lepas dari kejadian pagi ini. Pada awalnya ia tak menyangka sang ibu memintanya untuk mengenalkan "pacar"nya itu. Ia bingung bagaimana caranya mengajak Tzuyu untuk menemui ibunya. Satu hal yang membuatnya khawatir, ia takut ibunya tak percaya bahwa Tzuyu adalah pacarnya. Mengingat peristiwa di restoran kemarin membuat Mingyu makin bingung. Terlalu banyak kecanggungan yang terjadi diantara keduanya. Kalau sampai tidak meyakinkan dan ibunya curiga, itu benar-benar berbahaya. Suara hp akhirnya membuyarkan pikirannya itu.

~Lee Chan~, itulah nama yang tertera pada layar hp Mingyu. Mingyu segera menekan tombol hijau diponselnya.

"Annyeonghaseyo, Sajangnim. Tentang meeting hari ini Park Sajang meminta dimajukan. Anda akan bertemu dengannya dalam 1 jam ke depan. Bagaimana ?" Mingyu mendengarkan Lee Chan dengan seksama.

"Mengapa harus dimajukan ? Bukankah harusnya jam 1.00 siang ?"

"Ya, Anda benar, tapi Park Sajang harus berangkat ke China siang ini dan baru kembali ke Korea minggu depan. Itu yang saya dengar dari sekretarisnya."

"Baiklah aku akan langsung berangkat menemuinya. Kau kirimkan saja alamat tempat meeting kali ini. Kau bisa menyusul sambil membawa berkas yang dibutuhkan."

"Ne, baiklah. Kalau begitu saya tutup teleponnya."
Panggilan Lee Chan pun berakhir.

Karena panggilan itu membuat Mingyu melupakan masalah yang dari tadi bergelayut dipikirannya. Ia segera menancapkan gas mobilnya setelah mendapat pesan dari Lee Chan yang berisi alamat restoran tempat meeting akan dilakukan.
•••
"Tzuyu-ssi, aku akan pergi meeting dengan Sajangnim. Kau tolong urus masalah di kantor."
"Ne algesseoyo. Tapi, bukankah dia belum datang ?"
"Ah.. karena meeting dilakukan 1 jam lagi dia memutuskan untuk langsung menuju tempat meeting."
"Ohh...."
"Kalau begitu aku berangkat sekarang. "
"Ne, annyeongigaseyo."
Selepas kepergian Lee Chan Tzuyu kembali menatap layar laptopnya. Matanya memang fokus menatap layar, namun tidak dengan hati dan pikirannya. Tzuyu kembali mengingat kejadian kemarin yang membuat jantungnya kembali berdebar. Semua sikap Mingyu yang tak biasa benar-benar membekas pada diri Tzuyu. Ketidakhadiran Mingyu di kantor sampai siang ini sebenarnya membuat Tzuyu sedikit bernapas lega. Karena memang dari pagi tadi Tzuyu memikirkan bagaimana cara menghadapi Mingyu setelah semua yang terjadi kemarin.
"Chou Tzuyu sadarlah, itu hanya acting. Kau harus fokus, lupakan kejadian kemarin dan bersikaplah normal seperti biasanya. " Ucap Tzuyu pada dirinya sendiri sambil menepuk-nepuk kedua pipinya. Setelah itu Tzuyu benar-benar menatap layar laptop untuk melanjutkan pekerjaannya.
•••
Mingyu dan Lee Chan telah menyelesaikan meetingnya dan segera pergi menuju kantor. Kali ini Mingyu meminta Lee Chan untuk membawakan mobilnya dengan alasan ia sedang tidak ingin mengemudi. Namun, dibalik alasan itu sebenarnya ada alasan lain yang lebih penting. Ya, Mingyu ingin berkonsultasi tentang masalahnya. Awalnya Mingyu ragu, karena memang sebenarnya masalah tentang "pacar kontrak" ini adalah rahasia, tapi karena tak menemukan jalan keluar akhirnya Mingyu memutuskan untuk bertanya pada Lee Chan, tentunya tidak dalam mode to the point.
"Lee Biseo, bukankah kau sudah punya pacar ?"
"Ah, ne majayo. Kenapa Anda tiba-tiba bertanya seperti itu."
"Aniya, aku hanya penasaran, kau itukan sibuk pasti kalian jarang bertemu, tapi sepertinya kau tidak pernah bermasalah dengan pacarmu. Bagaimana caramu menumbuhkan chemistry dengan pacarmu sehingga hubungan kalian baik-baik saja ?"
"Apakah kau sedang menjalin suatu hubungan ?" Tanya Lee Chan hati-hati.
"Aniyaa !! Aku bilang aku hanya penasaran." Jawab Mingyu sedikit membentak sekaligus sedikit terkejut.
"Algesseoyo." Bersamaan dengan mengeluarkan kata itu Lee Chan membatin dalam hatinya.
"Kenapa marah kalau memang tidak ada apa-apa. Kalaupun punya pacar memang kenapa, apa itu salah untuk diketahui orang lain. Dasar aneh."
"Berkencan." Lanjut Lee Chan kemudian.
"Berkencan ?" Tanya Mingyu seolah meminta lanjutan dari jawaban Lee Chan yang terlalu singkat.
"Ya aku selalu menyempatkan 1 hari dalam seminggu untuk mengahabiskan waktu seharian penuh dengan pacarku, melakukan semua yang kami sukai. Intinya kami bersenang-senang." Jawab Lee Chan sambil tersenyum karena mengingat setiap kenangannya bersama Chae.
"Kalau kau tidak tahu apa yang dia sukai ?"
"Tinggal tanyakan saja. Kalau memang tahapannya masih PDKT Anda bisa lakukan melakukan kencan yang umum dilakukan, contohnya pergi ke taman, nonton film, pergi berbelanja, pergi ke taman bermain, makan malam, atau apapun itu."
Mingyu mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Lee Chan.
"Sepertinya dia benar-benar punya pacar, tidak mungkin masih tahap pengenalan." Lee Chan kembali membatin setelah selesai menjawab pertanyaan Mingyu dan sepertinya Mingyu puas dengan jawabannya.
Tak terasa, mobil yang dikendarai Mingyu dan Lee Chan sudah terparkir di parkiran kantor.
Mingyu segera pergi menuju ruangannya. Tepat di depan pintu masuk ruangan, Mingyu diam sejenak, sedikit ragu untuk membuka pintu.
"Geurae, ini adalah satu-satunya cara agar hubungan ini meyakinkan dan ibu percaya. Kau bisa melakukannya Kim Mingyu." Itulah yang Mingyu batinkan sebelum membuka pintu. Baru saja Mingyu berniat hendak membuka pintu, suara seorang wanita mengalihkan pandangannya.
"Sajangnim, annyeonghaseyo."
"Ne, annyeonghaseyo. Kebetulan kau ada disini."
"Apa ada yang bisa saya bantu ?"
"Narang gatchi deiteu haeju lae ?"

Love Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang