Beberapa jam telah berlalu sejak kejadian di atap tadi. Tzuyu akhirnya bangun. Sesaat setelah membuka matanya dengan spontan Tzuyu segera menanyakan kabar Soo Jung.
"Jung Bujangnim, bagaimana keadaannya. Aku ingin melihatnya." Ucap Tzuyu sambil berusaha untuk bangkit dari tempat tidurnya.
"Tenanglah Tzuyu-ssi. Sebaiknya kau tetap berbaring."
"Aniyo ! Aku harus segera melihat keadaan Jung Bujangnim."
"Jung Bujangnim ? waeyo ? Apa yang terjadi padanya ?"
Sempat terdiam sejenak, Mingyu kembali melanjutkan perkataannya.
"Hoksi, geu sarameun Jung Bujangnim ? Tzuyu-ssi ? Daedabhaeyo !"
Tzuyu mengangguk pelan.
"Waeyo ? Bukankah selama ini tak ada masalah yang terjadi diantara kalian ? Mengapa dia melakukan itu padamu ?" Tanya Mingyu dengan nada menekan. Mingyu tak habis pikir bagaimana mungkin orang itu Jung Soo Jung. Orang yang selama ini selalu berada di sekitar Tzuyu. Terlebih lagi mereka baru saja bertemu tak lebih dari 3 bulan.
"Bisakah kau membawaku untuk menemuinya ?"
Bukannya menjawab pertanyaan yang Mingyu berikan, Tzuyu malah meminta Mingyu mengantarkannya ke kamar Soo Jung. Wajah memelas yang Tzuyu tunjukkan mampu meredam amarah Mingyu. Ia tak tega melihat kondisi Tzuyu seperti ini. Akhirnya dengan berat hati Mingyu mengantar Tzuyu menuju ruang rawat Soo Jung.
•••Soo Jung tengah duduk bersandar di tempat tidurnya. Ia menatap lurus ke depan namun pandangannya kosong. Saat ini kondisi Soo Jung sudah membaik. Soo Jung memiliki beberapa memar ditubuhnya. Kakinya sedikit bengkak karena terkilir. Rumah sakit itu memang hanya memiliki 3 lantai, sehingga bangunannya tidak terlalu tinggi. Selain itu, kasur angin yang disiapkan petugas benar-benar telah menyelamatkan nyawa Soo Jung. Kepala Soo Jung segera memutar setelah pintu kamarnya terbuka. Namun setelah melihat siapa yang muncul dari balik pintu Soo Jung kembali memalingkan wajahnya.
"Untuk apa kalian datang kesini ?" Tanya Soo Jung ketus.
"Oh.. kalian pasti ingin mentertawakanku." Sambung Soo Jung.
"Apakah ini sikap yang kau tunjukan pada seseorang yang sudah kau lukai ?" Sahut Mingyu dengan nada marah. Tzuyu segera menatap dan memegang tangan Mingyu untuk menenangkannya.
"Ini sama sekali bukan urusan Anda, Kim Sajangnim." Jawab Soo Jung tegas.
"Bagaimana keadaanmu ?" Tanya Tzuyu dengan lembut.
"Kau tidak perlu berpura-pura baik di depanku." Masih dengan nada ketus.
"Kau !" Mingyu kembali naik pitam.
"Mingyu-ssi." Panggil Tzuyu dengan suara rendah.
"Baiklah. Biar aku bertanya padamu. Seorang pria yang mengganggu Tzuyu-ssi setelah pesta penyambutan waktu itu dan kerusakan lift di kantor, apakah kau juga orangnya ?" Selidik Mingyu untuk lebih menyakinkan dugaannya. Tzuyu terkejut setelah mendengar pertanyaan Mingyu.
"Apa maksudmu Mingyu-ssi ? Semua itu bukan kebetulan ? Jung Bujangnim apakah semua itu benar ?"
Soo Jung hanya diam.
"Daedaphaeyo !!! Apakah kau sekarang bisu ?" Suara Mingyu meninggi.
"Geurae ! Itu semua adalah ulahku. Waeyo ? Anda akan membawaku ke kantor polisi ? Baiklah silahkan saja, aku tidak peduli."
Tzuyu tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Sebesar itukah rasa benci Soo Jung padanya ?
"Ya tentu saja, aku akan membawa kasus ini ke ranah hukum. Apa yang kau lakukan adalah tindakan kriminal. Lagipula cepat atau lambat orang suruhanmu yang sudah ditangkap itu pasti akan segera mengakui kejahatannya dan menyeret namamu." Kata Mingyu dengan nada mengejek.
Berbeda dengan Mingyu yang begitu marah, tanpa disadari Tzuyu menurunkan tubuhnya secara perlahan. Kini Tzuyu berlutut dihadapan Soo Jung setelah ia mengetahui kenyataannya. Kenyataan bahwa kebencian Soo Jung terhadapnya begitu besar. Dan kebencian itu timbul karena kesalahan yang selama ini selalu ingin ia kubur. Fakta bahwa ia turut andil dalam kematian Jaehyun membuat luka lamanya kembali terbuka. Dengan menundukkan kepala Tzuyu meminta maaf kepada Soo Jung.
"Aku mohon maafkan aku. Aku sama sekali tak tahu bahwa kau sebenci itu padaku. Sebelumnya aku juga tak tahu bahwa tindakanku bisa membuat Jaehyun terluka. Aku benar-benar tidak ingin memperpanjang masalah ini. Kau sudah mengakui kejahatanmu, itu cukup bagiku."
Sikap Tzuyu membuat Mingyu kehilangan kata-katanya. Bagaimana bisa Tzuyu begitu besar hati berlutut memohon maaf pada Soo Jung. Orang yang sudah berkali-kali berusaha mencelakainya.
"Berhentilah bersandiwara. Aku tahu kau juga pasti ingin membalas semua perbuatanku dan membawaku ke kantor polisi." Balas Soo Jung ketus.
"Aku tahu kau melakukan ini padaku karna kau begitu menyayangi Jaehyun. Tapi asal kau tahu aku juga menyayanginya. Jika aku tahu Jaehyun begitu kesakitan, aku pasti akan menemaninya melalui masa-masa itu. Waktu itu pun bukan sengaja aku menjauhinya. Ada masalah yang harus aku selesaikan di luar kota sehingga aku tak bisa datang ke kampus. Setelah aku kembali, aku mendengar kabar bahwa Jaehyun meninggal."
Ucap Tzuyu lirih. Tzuyu menggigit bibirnya berusaha untuk menahan tangis.
"Tapi, aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tak tahu dimana rumahnya, dan tak kenal keluarganya. Jaehyun adalah teman yang baik untukku. Walaupun kami baru berteman selama 1 tahun, tapi ada banyak kenangan indah yang telah kami buat. Begitu aku tahu Jaehyun meninggal, aku benar-benar menyesal karna tak sempat berkata apapun padanya. Aku selalu berharap, jika saja aku bisa bertemu lagi dengannya walaupun hanya sekali, aku akan melakukan apapun untuk itu. Aku mohon maafkan aku. Aku benar-benar tak bermaksud meninggalkan Jaehyun begitu saja. Tolong maafkan aku."
Akhirnya tangis Tzuyu pecah.
"Sudahlah, sebaiknya kita pergi dari sini." Mingyu mencoba membangunkan Tzuyu karna ia tak tahan melihat Tzuyu terus berlutut sambil menangis seperti itu.
"Kau lihat ! Kau melakukan semua itu hanya karna emosi dan pandanganmu saja tanpa mencari tahu kebenarannya. Kau pikir adikmu akan senang melihatmu melakukan semua ini ? Ataukah kau akan merasa tenang setelah membunuh Tzuyu-ssi. Tidak ! Kau salah ! Semua yang adikmu lakukan adalah pilihannya. Dan kematiannya itu adalah takdir. Kau tidak seharusnya menyalahkan seseorang seperti ini tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kau seharusnya senang karna kau baru saja terhindar dari rasa penyesalan yang akan membuatmu lebih menderita lagi."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Mingyu berbalik sambil terus menopang tubuh Tzuyu. Kata-kata yang Mingyu ucapkan sepertinya begitu menusuk di hati Soo Jung. Dadanya terasa nyeri. Mungkin apa yang Mingyu katakan benar, ia hanya mencari kambing hitam untuk kematian adiknya yang begitu tiba-tiba. Setelah diam seribu bahasa, akhirnya Soo Jung membuka suara dan menghentikan langkah keduanya.
"Tunggu ! Kau bilang kau ingin menemui Jaehyun ?" Kini suara Soo Jung terdengar lebih betsahabat.
"Ne ?" Tzuyu tak mengerti maksud ucapan Soo Jung.
Soo Jung lantas mencari-cari kertas dan bolpen untuk menuliskan sesuatu. Setelah selesai, diberikannya kertas itu kepada Tzuyu.
"Ambilah ! Itu adalah tempat dimana kau bisa menemuinya. Aku pikir Jaehyun pasti sudah menunggumu begitu lama."
"Gamsahamnida. Aku pasti akan segera menemuinya."
Tzuyu menerima kertas itu dengan antusias dan tersenyum lega.
•••Tzuyu yang ditemani Chaeyoung hari ini berkunjung ke funeral Jaehyun. Setelah menyapa Jaehyun, Chaeyoung pun pamit untuk menunggu Tzuyu di luar. Chaeyoung paham betul bahwa Tzuyu membutuhkan waktu untuk mereka sendiri.
"Tzuyu-ah aku aku menunggumu di luar. Kau bisa menggunakan waktumu dengan tenang."
"Hm. Gomawo Chaeyoung-ah."
Tzuyu tak langsung membuka suara, ia menatap setiap detail tatanan yang ada di funeral milik Jaehyun. Kesedihan begitu terlihat di wajah Tzuyu.
"Annyeong Jaehyun-ah. Oraenman-iya. Maaf aku baru menemuimu sekarang."
Suara Tzuyu terdengar sedikit bergetar karna menahan tangis. Ia bertekad tak ingin menangis di depan funeral Jaehyun.
"Apakah sekarang kau senang disana ? Kau sudah tak merasa sakit lagi bukan ? Kenapa tak bilang bahwa kau sakit ? Kenapa kau menyiksa dirimu sendiri dengan tak mau berobat ? Apakah kau ingin menghukumku ?" Suaranya terdengar begitu lirih.
Walaupun sudah berusaha dengan keras, Tzuyu tak bisa lagi membendung air matanya. Ia segera menyeka air matanya dan kembali melanjutkan perkataannya.
"Jaehyun-ah apa aku pernah bilang bahwa kau adalah teman yang sangat berarti bagiku. Aku begitu kehilangan setelah kau pergi. Kau tahu bagaimana menyesalnya aku karna tak sempat bertemu denganmu lagi setelah malam itu. Aku benar-benar menyesal karna tak bisa berbicara apapun denganmu sebelum kau pergi. Aku bahkan tak tahu kalau kau melalui waktu yang sulit. Aku hanya memikirkan diriku sendiri. Aku benar-benar bodoh. Sebagai teman aku benar-benar tak berguna. Mianhae Jaehyun-ah, mianhae, mianhae, mianhae."
Suara Tzuyu makin terdengar tak jelas karena tangisnya pecah. Tzuyu tak bisa lagi menahan air matanya. Tekadnya untuk tetsp tegar hancur begitu saja. Dalam kesunyian, dengan dipenuhi kesedihan dan rasa penyesalan Tzuyu menangis sesegukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is You
Storie d'amoreTerkadang untuk mencintai seseorang itu butuh pengorbanan yang besar. Dan terkadang pengobanan itu menyebabkan luka yang sama dalammya dengan cinta yang kita berikan. Namun, percayalah setiap usaha akan ada hasilnya. Dan jika dia memang ditakdirkan...