Bab 16

193 13 5
                                    

Sesampainya di ruang ganti, Mingyu segera memeriksa dadanya. Jantungnya kini mulai berdetak dengan normal.

"Aku yakin tadi jantungku berdebar dengan kencang. Tapi sekarang jelas tidak. Mengapa aku seperti ini ? Apa yang terjadi padaku ?"
Mingyu hanya bisa bicara pada dirinya sendiri. Ia terdiam sembari menenangkan hati dan pikirannya.
"Mungkinkah... aku menyukainya ? Aku menyukai Chou Tzuyu ? Tidak, itu tidak mungkin terjadi. Hatiku sudah milik orang lain. Ya, ini tidak boleh terjadi. Aku dan Tzuyu hanyalah pura-pura."
Mingyu yang sudah selesai dengan pikirannya segera berganti pakaian. Setelah berganti pakaian, Mingyu bergegas kembali ke ruangannya.

•••
Sempat merasa ragu untuk memasuki ruangannya kembali, kini Mingyu mencoba dengan santai membuka knop pintu. Tentu saja kedatangan Mingyu disambut dengan senyuman Tzuyu sambil menyodorkan berkas yang Mingyu butuhkan. Melihat senyuman Tzuyu saat ini membuat jantungnya kembali berdetak dengan cepat.
"Sadarlah Kim Mingyu." Batinnya.
Setelah menghela napas untuk menenangkan pikirannya Mingyu menerima berkas itu dari tangan Tzuyu.
"Sepertinya aku akan langsung pulang ke rumah setelah meeting ini selesai. Jadi kau tidak perlu menungguku."
"Baiklah. Semoga meeting nya berjalan dengan lancar."
"Gomawoyo. Aku pergi dulu."
"Ne, annyeongigaseyo."
Mingyu kembali menghela napas setelah membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan ruangan itu.

•••
Persis seperti yang Mingyu bilang, ia tak kembali lagi ke kantor. Jarum jam dinding di ruangan Tzuyu telah menunjukkan waktu pulang. Hari ini Tzuyu tak langsung pulang ke apartemennya. Benar, malam ini ia dan Chae sudah berjanji datang ke kafe milik Jungkook. Tzuyu dan Chae memutuskan untuk bertemu di halte bus terdekat dari kantor keduanya dan pergi bersama ke kafe milik Jungkook. Singkat cerita, mereka berdua telah sampai di kafe itu. Sesampainya di kafe, Jungkook segera menyambut keduanya dan mengantarkan mereka ke meja khusus yang telah Jungkook persiapkan.
"Wah... tempat ini benar-benar bagus. Bukankah begitu Chae ?"
"Ya kau benar. Tempatnya benar-benar nyaman."
"Terimakasih atas pujiannya, dan.. kedatangannya."
"Kami yang seharusnya berterimakasih karena kau sudah mengundang kami ke kafe mu." Jawab Chae.
"Baiklah aku sudah menyiapkan berbagai menu spesial di kafe ini, kalian bisa menikmatinya. Kalian pasti lapar."
"Ne, jal meokgessseumnida." Ucap Tzuyu dan Chae berbarengan.
Mereka bertiga menikmati santapan malam sambil mengobrol dan sesekali diselipi dengan tawa. Tak terasa mereka telah menghabiskan 2 jam untuk acara perjamuan ini. Walaupun hanya sesaat, namun ketiganya bisa dibilang sudah menjadi akrab bahkan ketiga sudah berbincang dengan bahasa banmal. Mereka telah bercerita banyak hal, baik itu tentang pribadi masing-masing maupun kebiasan-kebiasan yang sering dilakukan di lingkungan mereka. Karena sudah malam, Tzuyu dan Chae akhirnya pamit pulang.
"Terimakasih atas makan malamnya. Kami benar-benar menikmatinya. Bukankah begitu Tzu ?"
"Tentu saja. Aku harap kau tidak keberatan jika kami sering mampir ke kafemu."
"Pasti. Aku malah berharap kalian sering datang ke kafeku ini." Jawab Jungkook sambil memfokuskan pandangannya pada Tzuyu.
"Baiklah kalau begitu kami pamit pulang dulu yaa."
"Oh.. hati-hati di jalan."
"Ne, kau tidak perlu khawatir. Apartemen kami juga tidak jauh dari sini." Jawab Chae.
Setelah percakapan singkat itu Tzuyu dan Chae pun meninggalkan Jungkook.
"Kali ini aku pasti akan mendapatkannya." Bisik Jungkook sambil tersenyum menatap punggung Tzuyu yang kian kabur dari pandangannya.
•••

Tzuyu dan Chae telah tiba di apartemennya. Chae yang sedari tadi ingin berbicara pada Tzuyu kini tak bisa lagi menahannya.
"Tzuyu-ah, apakah kau tak merasakan sesuatu tentang Jungkook ?"
"Apa maksudmu ?"
"Aku rasa dia menyukaimu Tzu."
"Jangan ngawur. Mana mungkin, kita baru saja bertemu."
"Cinta pada pandangan pertama. Kau percaya itukan ? Bukankah kau lebih memahaminya ?"
"Sudahlah Chae jangan berpikir yang tidak-tidak."
"Tapi Tzu, aku melihatnya, pandangannya padamu berbeda."
"Chaeee."
"Baiklah aku takkan mengungkitnya lagi. Tapi jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu di luar rencanamu. Ingatlah aku sudah memberitahumu hari ini."
"Ya ya ya, terserah kau saja. Lebih baik kita segera tidur, besok kita harus kembali bekerja."
Tzuyu pergi ke kamarnya, sementara Chae memutuskan untuk duduk di sofa lebih dulu. Ia masih saja memikirkan sikap Jungkook tadi.
"Aku tidak mungkin salah. Ya, aku yakin Jungkook pasti menyukai Tzuyu. Tapi.. mengapa aku harus memikirkannya. Tzuyu bahkan tak peduli. Sudahlah Chae, kau tak perlu terlalu memusingkan masalah ini. Lebih baik kau tidur sekarang." Itulah yang Chae katakan pada dirinya.
Chae segera menyusul Tzuyu beristirahat dengan menuju kamarnya.
•••

Mingyu segera pergi ke kamarnya sesaat setelah tiba di rumah. Sembari berbaring Mingyu memainkan ponselnya.
"Dia tidak akan lupakan ? Dia bilang ini adalah tugas penting, jadi tidak mungkin dia lupa. Tapi mungkin saja dia lupa karena ini hanya pura-pura. Apakah perlu aku ingatkan ? Tapi, apa itu terlalu berlebihan ? Tidak, itu wajar saja bukan ? Entahlah."
Mingyu terus saja meracau pada dirinya sendiri sambil mengetikkan sesuatu pada aplikasi chat miliknya, lalu menghapusnya kembali. Kegiatan itu ia lakukan beberapa kali percobaan sampai menemukan kalimat yang menurutnya cocok.
Tak lama kemudian ponsel Mingyu berdering.

Pesan masuk - Tzuyu-ssi

Aku tidak lupa, Anda tidak khawatir, aku sudah mempersiapkan diri.

"Mengapa bahasanya begitu kaku ?  Bukankah sudah kukatakan untuk bicara santai. Mwo ? Sudah mempersiapkan diri ? Membalas pesan saja seperti ini, bagaimana jika terbawa saat bertemu dengan Eomma. Apakah dia akan bertanggung jawab kalau rencana ini gagal ? Benar-benar keras kepala."

Mingyu terus menggerutu melihat balasan dari Tzuyu yang sebenarnya normal, seperti biasanya. Bukankah itu hal yang wajar, Tzuyu memang hanya membalas pesan dari atasannya. Entah apa yang sebenarnya Mingyu harapkan dari pesan balasan Tzuyu.
Setelah menuliskan balasan untuk Tzuyu, Mingyu memutuskan untuk menutup matanya. Walaupun sekilas terlihat matanya menutup namun Mingyu tak bisa benar-benar tertidur. Mingyu seperti sedang menunggu sesuatu yang tak kunjung datang. Ya benar, pesan balasan Tzuyu selanjutnya. Sudah beberapa menit berlalu namun Tzuyu tak membalas pesannya. Mingyu kembali membuka mata dan melihat layar ponselnya. Tepat seperti dugaannya, tak ada pesan masuk dari Tzuyu.
"Mengapa aku mengharapkan pesan balasan darinya ?  Sepertinya aku sudah gila."
Ucap Mingyu lalu mengacak-ngacak rambutnya. Dengan sedikit kesal Mingyu melemparkan ponselnya dan lagi mencoba untuk tidur.
•••

Baru saja Tzuyu hendak memejamkan matanya yang mulai berat tiba-tiba posel Tzuyu berdering.

Pesan masuk - Kim Sajang

Jangan lupa besok malam kita harus bertemu Eommaku.

"Mengapa dia begitu khawatir aku melupakannya ? Apa dia tak percaya padaku ?"

Lantas Tzuyu mengetikkan balasannya untuk Mingyu. Setelahnya karena kantuk yang begitu berat Tzuyu segera terlelap.
Ponsel Tzuyu kembali berbunyi, namun kali ini Tzuyu tak lagi terjaga. Karena terlalu ngantuk, Tzuyu bahkan lupa mengeluarkan ruang obrolannya dengan Mingyu. Hal ini menyebabkan pesan dari Mingyu segera telihat.

Pesan masuk - Kim Sajang

Baguslah kalau kau tidak lupa. Aku harap kita benar-benar bisa bekerja sama.

Pesan dari Mingyu kali ini hanya bertindak sebagai hiasan di layar ponsel Tzuyu, mungkin akan berlangsung sepanjang malam. Namun pada kenyataannya Tzuyu belum melihat isi pesan itu bahkan ia tak tau ada pesan masuk lagi dari Mingyu.
Keesokkan paginya sesaat setelah bangun tidur, Tzuyu yang tak sadar adanya pesan baru dari Mingyu membuka ponselnya dan hanya menutup ruang obrolan begitu saja tanpa membacanya lagi. Kemudian, ia segera bersiap berangkat kerja. Namun kali ini ia terlihat sedikit berlebihan dalam memilih pakaian yang akan digunakannya. Terlebih dari itu, pagi ini Tzuyu terlihat sedikit merias wajahnya yang tentu saja membuatnya lebih cantik.
Setelah selesai, Tzuyu bergegas menuju tempat kerjanya.
Satu jam kemudian Tzuyu tiba di halaman gedung tempatnya bekerja. Tzuyu sedang asik bersenandung sambil melangkah gontai, tiba-tiba seorang pria memanggilnya dari belakang, lantas Tzuyu segera menghentikan langkahnya dan berbalik. Awalnya Tzuyu heran mengapa tiba-tiba pria ini memanggilnya. Padahal di kantor ia terkenal dengan sikapnya yang bisa dibilang cuek pada perempuan.
"Ah, Vernon-ssi apakah ada yang bisa kubantu ?"
Vernon secara malu-malu namun tetap stay cool mulai membicarakan maksudnya. Mendengar penjelasan Vernon, Tzuyu pun tersenyum.
Cukup lama Tzuyu dan Vernon berbicara, bahkan sesekali mereka saling melempar senyum yang mungkin akan membuat sebagian wanita disana merasa iri.

"Baiklah aku akan mencobanya, tapi aku tak bisa janji."
"Ne, terimakasih banyak."

Baru saja percakapan keduanya akan berakhir, pandangan Tzuyu dikagetkan dengan sesosok pria yang kini sedang melewatinya begitu saja, padahal sebelumnya Tzuyu sudah menyapa dengan senyum terbaiknya.

"Apakah dia baru saja melewatiku ? Begitu saja ? Apa dia tak melihatku ? Itu tidak mungkin.
Apa aku sudah membuat kesalahan yang fatal lagi ? Bukankah wajahnya barusan sangat dingin ? Jigeumeun eottokhe ?" Batin Tzuyu dengan wajah khawatir sambil terus memandang tubuh sang pria yang kini bahkan telah hilang dari indra penglihatannya.

Love Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang