Tzuyu kembali melihat jam dinding yang kini sudah menunjukkan pukul 09.00. Tak biasanya Mingyu datang terlambat ke kantor kecuali ada meeting di luar. Tapi sepengetahuan Tzuyu, pagi ini tidak ada agenda apapun yang harus Mingyu hadiri di luar kantor. Apakah sesuatu terjadi pada Mingyu ? Itulah yang Tzuyu pikirkan. Semakin memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi membuat Tzuyu menjadi khawatir. Akhirnya Tzuyu memutuskan untuk pergi ke ruangan Lee Chan dan bertanya secara langsung. Nihil, ternyata Lee Chan pun tak ada di ruangannya. Masih tak mendapat hasil, maka satu-satunya cara yang bisa dilakukan saat ini adalah menghubungi Lee Chan. Sikap Mingyu yang terlihat marah terakhir kali membuat Tzuyu tak berani menghubunginya.
"Chan-ssi apakah kau sedang bersama Kim Sajang ?"
"Ne. Waeyo ?"
"Jigeum eodieyo ? Kenapa belum sampai di kantor"
"Ah, kami sedang ada di Jepang. Ada urusan mendadak yang harus segera diselesaikan di kantor cabang. Apakah Sajangnim tidak memberitahumu ?"
"Oh, jeo mollayo. Geureom dwaesseo. Kapan kalian pulang ?"
"Sepertinya kami akan pulang besok."
"Arraseoyo. Kalau begitu aku tutup."
"Bahkan tak memberiku kabar kalau dia pergi dinas luar. Bukankah ini hal yang harus aku ketahui sebagai sekretarisnya ? Aku akui sikapnya kemarin padaku memang sedikit aneh. Tapi apalagi kesalahanku kali ini ?" Tzuyu mengeluh sambil melihat ruangan Mingyu yang tak berpenghuni.
•••Waktu makan siang pun telah tiba, dengan malas Tzuyu keluar dari ruangannya. Hari ini ia hanya akan mengunjungi kantin kantor untuk makan siangnya. Air muka Tzuyu sedikit berubah. Dengan sumringah Tzuyu hendak menghampiri seorang teman yang akan ia ajak makan bersama.
"Dahyun-ah, bab mokja !"
"Ah... Mian, aku sudah ada janji dengan yang lain." Dahyun pun pergi setelah menolak ajakan Tzuyu.
Jawaban yang Dahyun berikan terasa begitu dingin. Tak biasanya Dahyun bicara dengan nada begitu padanya. Kenapa hari ini Dahyun pun terlihat seperti sedang marah padanya. Bukan hanya nada bicaranya yang dingin, namun ekpresi wajahnya pun terasa "aneh" bagi Tzuyu. Ekspresi yang ditunjukkan seperti ia tidak suka melihat Tzuyu. Kejadian ini membuat mood Tzuyu semakin buruk, ia memutuskan untuk kembali ke ruangannya saja. Hari ini benar-benar membuatnya tak senang. Tzuyu pun menghabiskan sisa waktu kerja dengan muram.
•••"Dahyun-ssi, bisakah kita bicara sebentar ?"
"Kau ingin bicara denganku ? Ada apa ?"
"Yeogi anieyo. Mungkin kita bisa bicara sambil makan malam. Apakah kau ada waktu malam ini ?"
"Oke. Kasijyo."
Misi pertama telah berhasil, ia harus menyelesaikan misinya malam ini, itulah yang dipikirkan Vernon sekarang.
Dahyun dan Vernon akhirnya tiba di sebuah kafe. Setelah menunggu beberapa saat makanan yang mereka pesan pun tiba.
"Makanan kita hampir habis, tapi kau belum mengatakan apapun. Bukankah kau bilang ada yang ingin kau bicarakan denganku ?Sebenarnya apa yang ingin kau katakan ?"
Alih-alih langsung merespon Dahyun, Vernon malah merogoh sakunya.
"Dahyun-ssi, narang sagwillaeyo?"
Pernyataan Vernon barusan begitu mengejutkan bagi Dahyun hingga membuatnya tak bisa berkata-kata.
Sambil menunjukkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati Vernon mengulangi ucapannya.
"Hangsang geudaereul saenggakhaeyo. Geuronika narang sagwillaeyo?"
Seharusnya Dahyun akan langsung menjawab "Ya" dalam sekejap karena memang ia pun mengharapkannya. Tapi sekarang perasaan campur aduk ada dibenak Dahyun. Apa yang ia lihat kemarin siang membuat hatinya bimbang. Tunggu, setelah Dahyun mengamatinya ia semakin yakin. Benar, itu adalah kalung yang ia lihat kemarin.#Flashback
Vernon mengajak Tzuyu makan siang bersama dengan maksud meminta saran untuk menjalankan misinya. Vernon menunjukkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati pada Tzuyu dan meminta pendapatnya. Ini adalah pertama kalinya bagi Vernon oleh karena itu ia sedikit tidak percaya diri. Selain itu Tzuyu adalah teman dekat Dahyun jadi tak ada salahnya meminta bantuan pada Tzuyu.
"Yeppuda. Kau tidak khawatir aku rasa dia akan menyukai apapun yang kau berikan padanya." Jawab Tzuyu sambil memperhatikan benda kecil ditangannya itu.
"Benarkah ?"
"Tentu saja. Percayalah padaku. Kau pasti akan berhasil mendapatkannya." Tzuyu meyakinkan Vernon sambil tersenyum.
"Gomawo, Tzuyu-ssi."
"Aniya. Kau tak perlu sungkan. Aku yakin kau adalah pria yang baik, maka dari itu aku membantumu mendekati sahabatku Dahyun."
"Sekali lagi terimakasih."
"Kau harus menjaganya dengan baik sebagai balasannya."
"Algyesseoyo."#Flashbackkkeut
"Tapi Tzuyu...." Akhirnya Dahyun membuka suara.
"Tzuyu ? Ada apa dengan Tzuyu-ssi ?"
"Bukankah kau memberikan kalung ini padanya ?"
Vernon sempat bingung dengan pertanyaan Dahyun. Mengapa Dahyun bisa berpikiran seperti itu. Setelah berpikir sejenak, kini sepertinya Vernon bisa tahu alasannya.
"Sepertinya kau salah paham." Jawab Vernon dengan santai.
"Bagaimana mungkin ? Aku jelas-jelas melihatnya sendiri kemarib siang."
Tebakannya benar, Dahyun pasti melihatnya dengan Tzuyu tadi siang.
"Aku hanya menunjukkan kalung ini untuk meminta pendapatnya. Bukankah dia sahabatmu ? Aku takut kau tidak akan suka."
"Benarkah hanya itu ?"
"Tentu saja."
Mendengar penjelasan Vernon membuat Dahyun begitu menyesal karena sudah bersikap dingin pada Tzuyu.
"Kenapa kau diam saja. Apakah kau tidak menyukainya ? Geurae, kau bisa memikirkan jawabanmu, aku bisa menunggu."
"Aniya. Aku akan menjawabnya sekarang. Tolong tanyakan lagi."
"Jadi, maukah kau menjadi pacarku ?"
"Ne. Joayo."
"Gomawo." Ucap Vernon sambil memeluk Dahyun dengan lembut lalu memasangkan kalungnya. Ini adalah malam terindah untuk keduanya. Namun senyum di wajah Dahyun tak bertahan lama ketika ia kembali mengingat Tzuyu.
"Sepertinya aku harus meminta maaf pada Tzuyu. Kenapa aku benar-benar bodoh ?"
"Kau bisa meminta maaf padanya secara langsung besok."
"Hm, kau benar. Aku harus meminta maaf secara langsung padanya. Vernon-ssi maukah kau mengantarku ke suatu tempat ?"
"Oke."
•••Mingyu dan Lee Chan baru saja sampai di hotel setelah seharian bekerja. Terlihat raut kelelahan diwajah Mingyu.
"Bukankah semuanya sudah selesai ?"
"Sebenarnya masih ada 1 agenda lagi yang harus Anda lakukan besok pagi."
"Arraso kau bisa kembali ke kamarmu."
"Ne."
Setelah Lee Chan pergi, Mingyu pun berbaring di atas tempat tidurnya. Dengan menyilangkan kaki dan menopang kepalanya Mingyu menatap langit-langit kamar hotel. Bayangan Tzuyu mulai muncul dibenaknya. Setiap momen yang terjadi antara Tzuyu dan dirinya satu per satu muncul bagai lukisan yang terasa nyata di depan mata.
"Kenapa kau terus muncul dalam pikiranku. Kau tak menghubungiku seharian ini, bahkan saat kau tahu aku tak datang ke kantor. Apakah kau tak pernah peduli padaku ? Padahal aku selalu terganggu oleh setiap hal yang terjadi padamu."
Walaupun saat ini Mingyu merasa sedikit kecewa, namun ia tak bisa memungkiri bahwa ia sedang merindukan wanita itu, Chou Tzuyu.
•••Tzuyu melangkah dengan gontai sambil menundukkan wajahnya. Tzuyu bahkan tak menyadari ada orang yang menyapanya sampai orang itu menepuk pundak Tzuyu. Karena pikirannya yang sedang tidak fokus, tepukan itu membuat Tzuyu begitu terhentak.
"Ah. Mian, gwaencanhayo ?" Jungkook panik setelah melihat reaksi yang Tzuyu berikan. Ia tak bermaksud membuat Tzuyu takut.
"Na gwaencanha."
Jungkook bisa melihat itu, Tzuyu sedang dalam keadaan yang tidak baik.
"Apakah sesuatu terjadi padamu ?"
"Hm ? Aniya." Tzuyu memaksakan tersenyum.
"Sepertinya benar. Pasti ada sesuatu yang salah. Baiklah kalau begitu aku perlu mengajakmu jalan-jalan sebentar. Kaja !" Tanpa bertanya pendapat Tzuyu, Jungkook lantas menarik tangan Tzuyu dan pergi ke suatu tempat.
"Eodiga ?" Lagi, Jungkook hanya terus berjalan tanpa menjawab pertanyaan Tzuyu. Kini Tzuyu hanya bisa mengikuti Jungkook, sepertinya benar ia perlu menghirup udara segar untuk memulihkan moodnya. Setelah berjalan beberapa menit, Tzuyu dan Jungkook tiba di sebuah taman.
"Kau tunggu disini. Aku akan segera kembali."
"Hm."
Jungkook membiarkan Tzuyu menunggunya di bangku taman. Sesuai janjinya, Jungkook kembali tak lama setelah ia pergi. Kini tangannya penuh dengan snack yang ia beli barusan.
"Chaaa... kau bisa menghabiskan semua snack ini." Jungkook memberikan bungkusan berisi snack dan beberapa kaleng beer kepada Tzuyu.
"Gomawo."
Alih-alih membuka snack, mata Tzuyu langsung tertuju pada kaleng beer.
"Sepertinya ini yang aku butuhkan sekarang." Ucap Tzuyu sambil mengacungkan sekaleng beer oada Jungkook.
"Geurae. Kau bisa memilikinya." Jawab Jungkook lalu duduk disamping Tzuyu.
"Jika ada yang membuatmu sedih, kau bisa ceritakan itu padaku." Lanjut Jungkook.
Tzuyu hanya meminum beer itu tanpa merespon Jungkook. Entah kaleng ke berapa yang telah Tzuyu buka. Kini Tzuyu sudah mulai meracau.
"Kenapa tak ada yang berjalan sesuai dengan keinginanku ? Wae ? Kesalahan apa yang telah kulakukan ? Kenapa semua orang marah padaku ?"
"Kau sudah mabuk, sebaiknya kau berhenti minum." Jungkook mengambil kaleng yang ada ditangan Tzuyu.
"Aku begitu merindukannya, tapi aku bahkan tak bisa menghubunginya."
"Tak bisakah orang itu adalah aku ? Johayo Chou Tzuyu."
"Ne ?" Tzuyu membelalakan matanya setelah mendengar pengakuan tak terduga dari Jungkook.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is You
Storie d'amoreTerkadang untuk mencintai seseorang itu butuh pengorbanan yang besar. Dan terkadang pengobanan itu menyebabkan luka yang sama dalammya dengan cinta yang kita berikan. Namun, percayalah setiap usaha akan ada hasilnya. Dan jika dia memang ditakdirkan...