Bab 30

119 16 4
                                    

Tzuyu berangkat ke kantor dengan berat hati. Walaupun semalam hatinya sudah bertekad untuk menyerah, namun tetap saja ia masih belum bisa santai jika harus bertemu Mingyu setiap harinya. Masih dibutuhkan banyak keberanian bagi Tzuyu untuk bertatapan langsung dengan Mingyu. Rasanya masih sulit untuk melihat langsung wajah Mingyu hari ini. Tzuyu takut jika ia terus bertemu dengan Mingyu hatinya akan goyah lagi. Tapi apa boleh buat, ia masih terikat "kontrak" dengan Mingyu. Tzuyu berencana akan pergi setelah kontrak itu selesai, walaupun ia sendiri tak tahu kapan kontraknya akan berakhir. Saat ini yang Tzuyu pikirkan hanyalah perasaan Nyonya Kim. Itu adalah satu-satunya alasan Tzuyu masih bisa bertahan.
•••

Sesampainya di kantor, Tzuyu segera menyibukkan diri dengan pekerjaan yang bisa membuatnya jauh dari ruangan Mingyu. Benar saja, saat Mingyu tiba, ia tak bisa menemukan Tzuyu di mejanya.

Klik !
Knop pintu terbuka, membuat Mingyu segera berbalik.

"Tzuyu-ssi..." Mingyu tak melanjutkan ucapannya setelah tahu siapa yang datang.
"Anyeonghaseyo Sajangnim."
"Ada apa kau kemari ? Dimana Chou Biseo ?"
"Oh, rupanya Anda mencari Chou Biseo. Dia sedang sibuk berdiskusi dengan bidang perencanaan untuk mengerjakan proyek resort baru, oleh sebab itu dia meminta bantuanku untuk membantumu hari ini."
"Aku tidak membutuhkanmu, kau bisa pergi."
"Algyesoyo. Kalau begitu saya permisi."
"Lee Chan !"
"Ne ? Apa sekarang Anda membutuhkan bantuanku."
"Aniya, kau bisa pergi."
"Ne."

Mingyu tidak bisa fokus pada pekerjaannya sebelum ia bisa menemui Tzuyu. Tapi setelah dipikir lagi Mingyu juga tak mungkin memanggil Tzuyu jika yang dikatakan Lee Chan itu benar. Ia tak ingin mengganggu pekerjaan Tzuyu. Semuanya membuat Mingyu serba salah. Sampai waktu makan siang tiba, Mingyu masih belum bisa menemukan Tzuyu.
•••

Tzuyu, orang yang dari pagi paling dicari oleh Mingyu saat ini sedang berada di kantin bersama dengan Dahyun. Ya, sejak pagi Tzuyu memang bekerja bersama Dahyun dan Vernon. Sebenarnya Dahyun sudah ingin mengobrol dengan Tzuyu tentang gosip itu dari tadi, tapi Dahyun seperti tahu bahwa suasana hati Tzuyu sedang tidak baik. Hal tersebut membuatnya mengurungkan niat. Walaupun Dahyun sudah berusaha untuk tidak menyinggung masalah itu, tapi tetap saja rasa penasaran yang terus menggerogotinya membuat dia ingin bertanya langsung kepada Tzuyu.

"Tzuyu-ah."
"Wae ? Jika diperhatikan, dari tadi pagi sepertinya ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku."
"Bingo !"
"Geuge mwoya ?"
"Tentang gosip yang aku katakan terakhir kali, apa kau benar-benar sedang dekat dengan Kim Sajangnim ?" Tanya Dahyun dengan hati-hati. Tak ingin jika masalah ini sampai terdengar oleh yang lain.
"Apa maksudmu ?"
"Kau benar-benar belum mendengar apapun ?"
"Hm."
"Gosip kedekatanmu dengan Kim Sajangnim sepertinya sudah jadi yang terhangat di seluruh kantor ini. Neo molla ?"
"Dan kau percaya ?"
"Aniiii, aku hanya penasaran. Jadiiii, apa sebenarnya hubungan kalian ?"
"Aku tidak punya hubungan apapun dengannya. Apa kau puas ?"
"Kau yakin tidak berbohong padaku? Sebagai temanmu kau tidak seharusnya bohong padaku. Semua orang membicarakan kalian, aku juga bisa melihatnya. Memang terjadi sesuatu antara kau dan Kim Sajangnim."
Tzuyu yang sejak tadi menikmati makananya tiba-tiba berhenti.
"Apakah aku mungkin untuk dekat denganya ?" Jawab Tzuyu santai namun menampilkan senyum getir.
"Tzuyu-ah wae geurae ? Tentu saja kau bisa. Kenapa tidak ? Kau sering menghabiskan waktu bersamanya."
"Sudahlah aku tak ingin membicarakan masalah ini lagi. Mianhae Dahyun-ah."
"Hm, arraso. Tapiii, apakah kau marah padaku ?"
"Aniya." Kali ini Tzuyu tersenyum dengan tulus.
"Tentu saja, kau pasti belum bisa melupakan cinta pertamamu kan ? Bagaimana bisa kau mencintai pria lain. Benarkan ?"
"Amado." Tzuyu kembali tersenyum dengan getir.
•••

Sudah hampir jam pulang kantor, tapi ruangan Tzuyu masih kosong. Walaupun kosong tapi pandangan Mingyu tak bisa beralih darinya.

Klik !
Pintu ruangan Mingyu kembali terbuka, tapi kali ini tak membuat Mingyu bergerak sampai dia mendengar suara itu.
"Maaf mengganggu waktu Anda, ada beberapa laporan yang harus Anda tandatangani."
Dalam sekejap tubuh Mingyu dengan otomatis menghadap kepada yang punya suara.
"Akhirnya kau datang juga. Seharian ini kemana saja kau ? Apakah kau terlalu sibuk hingga tak pernah muncul dihadapanku ?"
Bukannya segera menerima berkas laporan itu, Mingyu malah mengungkapkan keluhannya kepada Tzuyu.
"Joesonghabnida."
Hanya itu yang keluar dari mulut Tzuyu. Dan setelah itu Tzuyu segera menyimpan laporannya di atas meja Mingyu, bermaksud untuk segera mengakhiri pertemuan ini.
"Aku tidak akan tandatangan sebelum kau menjawab pertanyaanku. Kemarin, apa yang membuatmu tiba-tiba pergi ? Kau bilang pada Eomma kau akan menghubungiku. Nyatanya tak ada, kau bahkan tak menjawab telpon dariku."
"Ada pekerjaan mendesak yang harus saya lakukan. Karena pekerjaan itu, kemarin saya tidak bisa menghungi dan menerima panggilan Anda."
"Pekerjaan apa ?"
"Itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Anda, jadi saya tidak harus memberitahukan itu."
Walaupun Tzuyu sudah menjawab, tapi Mingyu masih belum puas dengan jawaban itu. Terlebih lagi Tzuyu kembali menggunakan bahasa formal.
"Saya benar-benar minta maaf, tapi saya membutuhkan tandatangan Anda sekarang. Saya harus kembali bekerja."
Dengan terpaksa akhirnya Mingyu pun menandatangani berkas itu.
"Gamsahamnida. Kalau begitu saya permisi."
Mingyu hanya diam saja lalu memalingkan wajahnya, tak terima dengan sikap yang Tzuyu tunjukan. Tanpa mempedulikan Mingyu, Tzuyu berusaha meninggalkan ruangan itu. Langkah Tzuyu yang terburu-buru membuatnya tersandung.

"Aya !"
Tzuyu kini memegangi pergelangan kakinya.
Hal tersebut sontak membuat Mingyu menghampiri Tzuyu. Khawatir, itulah gambaran wajah Mingyu saat ini.
"Kau baik-baik saja ?" Mingyu segera memeriksa kaki Tzuyu setelah melihat Tzuyu memeganginya.
"Saya baik-baik saja." Jawab Tzuyu sambil berusaha hindarkan kakinya dari tangan Mingyu. Rasanya memang sakit, tapi jauh lebih sakit ketika Tzuyu harus menerima kenyataan bahwa Mingyu tak bisa melihatnya.
"Sini, biar kulihat, apakah kakimu bengkak ?"
"Tidak perlu, saya baik-baik saja."
Kemudian Tzuyu berusaha untuk berdiri dengan susah payah.
"Kau, berdiri saja sulit. Kau bilang baik-baik saja ? Sebaiknya sekarang kita periksakan kakimu ke kliknik." Mingyu lantas merangkul bahu Tzuyu bermaksud untuk membatunya berjalan.
"Aniyo, saya bisa memeriksakannya sendiri. Sekarang tolong lepaskan saya."
Tzuyu melepaskan rangkulan Mingyu.
"Aku hanya ingin membantumu." Mingyu kembali merangkul Tzuyu.
"Jebal ileojimaseyo !" Kali ini suara Tzuyu meninggi, membuat Mingyu dengan sendiri melepaskan Tzuyu.
"Kau ini sebenarnya kenapa ? Apakah aku ada salah padamu ? Sebenarnya apa yang terjadi kemarin malam ? Eomma bilang kau menangis. Kau tahu Eomma sangat khawatir padamu." Kini suara Mingyu pun meninggi, bahkan suara napasnya pun dapat terdengar.
Seluruh tubuh Tzuyu bergetar.
"Joesonghabnida. Secepatnya saya akan menghubungi Samonim."
Mendegar itu membuat Mingyu kehilangan kata-katanya, Sedangkan Tzuyu, ia pergi dengan langkah kaki yang timpang setelah mengatakan itu. Tak bisa berjalan jauh, Tzuyu kini bersandar di luar pintu menahan sakit dikaki dan hatinya.

Drtt drtt drtt
Posel Tzuyu bergetar, ada pesan masuk diponselnya.

Pesan masuk : Nomor tak dikenal
"Annyeong Chou Tzuyu. Sepertinya kita akan segera bertemu. Kita lihat apakah Kim Mingyu bisa membantumu ?"

Isi dari pesan itu membuat Tzuyu tertegun. Kenapa dia tahu tentang Mingyu ? Siapa sebenarnya orang ini ? Tzuyu sama sekali tak punya gambaran, yang pasti orang ini berada didekatnya dan sedang mengawasinya.

"Neo nuguya ?"

"Neo nuguya ?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang