Tzuyu kini tengah terbaring di salah satu sofa di ruangan Mingyu. Mingyu yang juga duduk di sofa itu terus menatap Tzuyu dengan khawatir karena sampai saat ini Tzuyu masih belum sadar.
"Sajangnim, ini air minum yang Anda minta." Seorang penjaga datang dengan segelas air ditangannya.
"Simpan saja di meja." Mingyu bangkit dari duduknya.
"Ne."
"Terima kasih. Ah.. kejadian hari ini jangan sampai ada yang tahu, selain itu besok pagi kalian harus memberikan laporan terkait detail kerusakannya. "
"Ne ! Saya mengerti."
"Kau boleh kembali ke tempatmu."
"Jika ada hal lain yang Anda butuhkan silahkan hubungi kami."
"Hm."
Belum lama sejak Mingyu berdiri dan bermaksud untuk kembali duduk tiba-tiba ia merasakan tangannya ditarik. Mingyu pun segera berbalik dan berjongkok di depan Tzuyu.
"Chou Biseo gwaencanhanayo ? Apakah kau sudah sadar ?" Mingyu bertanya dengan nada khawatir. Namun tak ada jawaban dari Tzuyu, dan memang mata Tzuyu masih tertutup. Tak lama kemudian Tzuyu membuka suara, namun bukan untuk menjawab Mingyu, melainkan sedang mengigau sambil ketakutan dan meremas tangan Mingyu.
"Kajima, jebal dowajuseyo. Sallyeojuseyo. Dowajuseyo." Tzuyu terus meracau sambil menangis, namun matanya tetep masih tertutup.
"Keokjonghajima, na yeogisseo. Kau bisa membuka matamu sekarang."
Perlahan Tzuyu mulai tenang dan membuka matanya. Setelah sadar Tzuyu segera duduk dan melepaskan tangan Mingyu yang sedari tadi ia genggam dengan erat.
"Mianhaeyo."
"Aniya, sepertinya keadaan tadi membuatmu sangat ketakutan."
Keadaan canggung kini tercipta diantara keduanya. Untuk memecahkan kecanggungan ini Mingyu pun mulai beraksi.
"Lagi pula, sebenarnya apa yang kau pikirkan ? Bukankah sudah ku katakan jangan bekerja terlalu larut apalagi sendiri ? Apakah kau sangat gila pekerjaan ? Bukankah masih ada hari esok ?"
"Mianhae. Aku hanya ingin semuanya selesai hari ini. Lagi pula aku tidak sendiri, ada Jung Bujangnim bersamaku."
"Jung Bujangnim ? Mana ? Pada kenyataannya sekarang kau hanya sendiri. Bahkan penjaga pun tak menyadari kau ada di dalam."
"Jung Bujangnim hanya pergi 5 menit lebih dulu."
"Kenapa kau selalu menjawab ? Sudahlah aku sudah tidak ingin lagi marah-marah.""Siapa yang menyuruhnya marah-marah. Lagi pula mengapa dia sangat marah. Bukankah saat ini seharusnya dia membantuku dan menenangkanku." Batin Tzuyu.
Tzuyu pun bangun dari duduknya membuat Mingyu kembali berkomentar.
"Eodigayo ?" Suara Mingyu sedikit meninggi.
"Bukankah ini sudah malam ? Tentu saja aku akan pulang."
"Kau akan pulang dengan keadaanmu seperti sekarang ini ? Seorang diri ? Apakah kau tidak sadar, tubuhmu bahkan masih gemetar, bagaimana mungkin aku membiarkanmu pulang sendiri. Sebagai atasanmu aku akan mengantarmu pulang."
Setelah berbicara panjang lebar, Mingyu mendekatkan dirinya pada Tzuyu dengan maksud untuk memapah Tzuyu keluar dari gedung itu.
"Aku bisa jalan sendiri."
"Sudahlah aku tidak ingin berdebat lagi."
Akhirnya dengan ketidakberdayaannya untuk menolak, Tzuyu mengikuti apa yang Mingyu katakan. Karena pada kenyataannya tubuh Tzuyu saat ini masih sangat lemah.
•••Setelah Mingyu membantu Tzuyu sampai duduk di dalam mobil, Mingyu dengan cekatan membantu Tzuyu memasangkan seatbelt. Tindakan Mingyu kali ini berhasil membuat Tzuyu menahan napas dan diam mematung. Tzuyu tak ingin Mingyu mendengar jantungnya yang kini sedang berdentum itu. Setelah selesai membantu Tzuyu Mingyu pun berlari kecil menuju kursi pengemudi.
"Kau sebaiknya tidur saja. Aku akan membangunkanmu jika sudah sampai."
"Ne."
Benar saja selama perjalanan Tzuyu pun tertidur, dan Mingyu tak bisa menampik bahwa Tzuyu memang sangatlah cantik. Dalam diam Mingyu memperhatikan setiap inci wajah Tzuyu yang kini terlelap. Sejenak terlintas lagi tentang kejadian tadi. Ia bisa membayangkan betapa ketakutannya Tzuyu di dalam lift itu hanya dengan melihat betapa gemetarnya tubuh Tzuyu saat ia menemukannya. Tapi, kenapa tiba-tiba listrik di kantornya bisa rusak ? Dan kenapa ia tidak melihat Soo Jung keluar dari kantor, padahal Tzuyu dan penjaga itu bilang bahwa Soo Jung sudah keluar. Apa mungkin Mingyu melewatkan kejadian saat Soo Jung keluar ? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benak Mingyu sekarang. Mingyu pun memutuskan untuk menyelidiki kasus ini besok. Tak terasa waktu berlalu, mobil Mingyu sudah berhenti di depan sebuah bangunan yang tak lain adalah apartemen Tzuyu.
"Chou Biseo bangunlah kita sudah sampai."
Mendengar namanya disebut Tzuyu pun terbangun.
"Ah.. mianhaeyo, sepertinya aku tidur terlalu pulas. Terimakasih sudah mengantarkanku pulang."
Tzuyu segera melepaskan seatbelt yang menempel pada tubuhnya dan bermaksud untuk membuka pintu mobil.
"Chou Biseo !" Suara Mingyu menghentikan gerakan Tzuyu.
"Ne ?"
"Lain kali jangan pernah melakukan hal yang bisa membuatku khawatir lagi."
"Maksud Anda ?"
"Aniya, sebaiknya kau cepat turun dan istirahat sana."
"Ah.. ne. Sekali lagi terimakasih karena sudah mengantarku pulang dan juga...untuk bantuanmu tadi aku sangat berterima kasih. Geurom. Annyeongigaseyo."
Setelah Tzuyu turun Mingyu pun pergi dengan mobilnya.
Selepas kepergian Mingyu tak terasa senyuman kecil itu tersimpul dibibir Tzuyu. Apakah ia tak salah dengar ? Apakah Mingyu bilang ia tadi sangat khawatir ? Padanya ? Pemikiran itu seperti sebuah asupan yang membuat Tzuyu tiba-tiba menjadi bertenaga lagi. Sampai ia tak sadar bahwa ia telah tiba di depan pintu. Tzuyu kaget karena pintu terbuka bahkan saat Tzuyu belum menyentuhnya sama sekali.
"Chaeng !! Kau membuatku terkejut." Ternyata Chaeyoung yang membuka pintu dari dalam.
"Tzuyu-ah akhirnya kau pulang. Darimana saja kau. Kenapa baru pulang selarut ini ? Apakah terjadi sesuatu ? Tunggu ! Ada apa dengan wajahmu ? Mengapa pucat sekali ? Apakah kau sakit ?"
"Hentikan Chaeng ! Apakah kau sedang menginterogasiku ? Bolehkah aku masuk dulu ?"
"Ah.. benar. Kaja !"
"Apakah terjadi sesuatu ?"
"Hmmm.. ada sedikit insiden di kantor. Tapi kau tak perlu khawatir, sekarang aku baik-baik saja."
"Sebenarnya apa yang terjadi ?"
Tzuyu pun menceritakan detail kejadian yang menimpanya di kantor. Tapi yang membuat Chaeyoung aneh, adalah sikap Tzuyu saat bercerita. Seharusnya berdasarkan cerita yang ia bicarakan itu sangat menakutkan, karena Chaeyoung tahu bahwa Tzuyu tak bisa berada di tempat sempit dan gelap. Tapi kenapa saat ini Tzuyu bercerita dengan senyuman diwajahnya ?
"Wajahmu yang pucat memang menggambarkan bagaimana takutnya kau. Tapi... senyuman itu ? Bagaimana kau bisa tersenyum disaat seperti ini ?"
"Mingyu ! Orang yang menyelamatkanku adalah Mingyu."
"Kau benar-benar menyukainya bukan ?"
"Hmm. Dia juga bilang sangat khawatir padaku."
"Araso. Sepertinya kau memang sudah jatuh kepelukan Mingyu. Sebaiknya kau cepat istirahat. Kau memang terlihat bahagia tapi tetap saja tubuhmu butuh istirahat."
"Hmmm. Selamat malam Chae-ah."
•••Setelah membersihkan tubuhnya, Tzuyu segera pergi ke tempat tidur. Tzuyu kembali teringat dengan perkataan Mingyu.
"Apakah dia memarahiku karna dia sangat khawatir ? Dia bilang jangan membuatnya khawatir lagi bukan ? Wae ? Apakah dia mulai melihatku sebagai wanita ? Jika kau memang khawatir seharusnya bilang saja dengan jelas, mengapa malah memarahiku ? Huh... Jinjja. Kim Mingyu, Sebaiknya kau jangan salahkan aku jika mulai sekarang aku akan menganggap ini sebagai kenyataan. Kau sudah membuka jalan untukku. "
Kini Tzuyu terlelap dalam tenang dengan seyum terukir diwajah indahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is You
RomanceTerkadang untuk mencintai seseorang itu butuh pengorbanan yang besar. Dan terkadang pengobanan itu menyebabkan luka yang sama dalammya dengan cinta yang kita berikan. Namun, percayalah setiap usaha akan ada hasilnya. Dan jika dia memang ditakdirkan...