Bab 15

194 12 2
                                    

Makasih buat yang udah baca, vote, maupun komen. Gak nyangka juga viewernya bisa sebanyak itu. Semoga kalian suka sama ceritanya. Buat kedepannya maaf banget karena kemungkinan bakal telat update soalnya aku lagi sibuk. Tapi semoga bisa update lagi dalam waktu dekat ini.

HAPPY READING ...

.
.
.
.

Tzuyu baru saja menutup pintu, namun Chae langsung menghampiri dan menghujaninya dengan berbagai pertanyaan.
"Chae, aku baru saja tiba belum juga duduk kau sudah menanyaiku dengan pertanyaan-pertanyaan itu."
"Maaf, aku hanya penasaran saja bagaimana kencan pertamamu bersama Mingyu."
"Semuanya berjalan baik, aku menikmatinya."
"Lalu kenapa mukamu terlihat sedih ? Bukankah harusnya kau bahagia ?"
"Ya aku memang bahagia, tapi aku meninggalkannya dalam mimpiku, sekarang mimpi itu sudah berakhir, aku tak ingin berharap terlalu tinggi."
"Tzuyu-ah... kau tak boleh patah semangat. Dalam cinta kau bisa terus berharap, lagi pula kau dan Mingyu sama-sama masih sendiri, jadi masih terbuka lebar kemungkinannya. Apalagi sekarang kau menjadi lebih dekat dengannya, bukankah itu bagus ? Mana Tzuyu yang selalu semangat jika mendengar nama Mingyu ?"
"Gomawo Chae-ah kau selalu mendukungku." Ucap Tzuyu sambil memeluk Chaeyoung.
Suara hp Tzuyu dalam sekejap menghentikan obrolan kedua sahabat ini.

-Nomor tidak dikenal

Annyeong. Aku harap kau dan Chaeyoung bisa datang ke kafe ku besok malam jam 8.30 untuk memenuhi janji kita.

Dari tetangga barumu Jungkook.

"Chae-ah ini dari Jungkook, dia meminta kita datang ke kafe nya besok."
"Benarkah ? Kalau begitu katakan saja ya, besok aku tak punya janji apapun."
"Ok, aku juga tak ada acara."

Balas :
Ok, aku dan Chae akan datang.

Kirim

•••

Mingyu yang baru saja sampai tak bisa menyembunyikan binar bahagia di wajahnya. Tidak, bukan hanya saat ini, tapi selama perjalanan Mingyu tak bisa menahan senyumnya mengingat setiap kejadian yang terjadi hari ini. Hal tersebut tentu saja menarik perhatian sang ibu yang sedari tadi memperhatikan kedatangannya.
"Apakah kau sangat menyukainya ? Eomma jadi tambah penasaran seperti apa yeoja chingu mu itu."
Mingyu kaget mendengar suara itu. Ia baru menyadari bahwa daritadi ada ibunya memperhatikan.
"Apa yang eomma bicarakan ?" Jawab Mingyu gelagapan
"Kau pasti sangat menyukainya. Wajahmu tak bisa berbohong. Kau sangat bahagia saat ini Mingyu-ah. Eomma juga senang melihatnya."
"Sudahlah Bu, aku lelah. Aku akan ke kamarku."
Ucap Mingyu sambil berjalan melewati ibunya.
Sang eomma pun hanya bisa tersenyum melihat anaknya itu. Ia merasa ini pertama kalinya Mingyu sebahagia ini karena berkencan dengan seorang wanita setelah kepergian Chaeyeon. Hal ini benar-benar membuatnya lega.
Sesampainya di kamar Mingyu merenung, teringat ucapan ibunya tentang.
"Mwo ? Aku menyukainya ? Tidak, itu tidak mungkin. Aku hanya menikmati perjalanan hari ini  itu saja. Ya, itulah yang terjadi. Aku tidak mungkin menyukainya. Hmmm....Sudahlah Kim Mingyu lebih baik sekarang kau tidur saja."
Itulah ucapan yang Mingyu katakan pada dirinya sendiri. Mungkinkah saat ini hati Mingyu sudah mulai terbuka untuk wanita lain ? Entahlah hanya saja sisi lain dari hatinya masih menentang hal itu. Ia sudah berjanji memberikan hatinya hanya untuk satu orang saja, dan orang itu adalah Chaeyeon.
•••

Hari senin tiba, Tzuyu pun berangkat menuju kantornya.
"Tzuyu-ah !"
Panggil Dahyun yang sama-sama baru sampai di depan gedung.
"Ah, annyeong Dahyun-ah." Balas Tzuyu sambil tersenyum.
"Malam itu kau pulang duluan ya ? Aku tak melihatmu saat acaranya berakhir."
"Ya, aku sudah tidak tahan makanya aku keluar lebih dulu."
"Hmmmm." Jawab Dahyun sambil mengangguk tanda mengerti penjelasan Tzuyu.
Tzuyu dan Dahyun terus berjalan sambil melanjutkan pembicaraan. Di tengah perjalan, mereka bertemu dengan Chan dan menghentikan perjalanannya. Chan yang melihat Tzuyu segera melemparinya dengan pertanyaan.
"Tzuyu-ssi bagaimana keadaanmu ? Kau baik-baik saja bukan ?"
"Tentu saja aku baik-baik saja, kau bisa lihat sendiri ?"
"Syukurlah kalau begitu."
"Ah, aku ingin berterimakasih padamu karena sudah mengantarkanku pulang."
"Soal itu, kau tidak perlu berterimakasih padaku. Itu adalah tugasku."
Dahyun yang sedari tadi tak bisa mengerti arah pembicaraan kedua orang itu akhirnya buka suara.
"Tunggu-tunggu, kenapa kau bertugas mengantarkan Tzuyu ?"
"Apakah kalian berkencan ?"
"ANIYO !" Jawab Tzuyu dan Chan bersamaan.
"Lalu ?" Tanya Dahyun meminta penjelasan.
"Dahyun-ah ini adalah Lee Biseo, sekretaris Kim Sajang juga."
"Aku tahu itu."
"Dia adalah pacar sahabatku Chaeyoung. Chaeyoung yang memintanya untuk mengantarkanku pulang. Sudah jelas bukan ?"
"Aaaah... yaa sangat jelas."
"Chan-ssi ini adalah Dahyun, dia karyawan baru di departemen pengembangan, dia adalah sahabat kecilku."
Dahyun dan Chan kemudian saling menyapa.
"Mengapa kalian malah mengobrol disini ?"
Kedatangan Mingyu disambut dengan sapaan dari ketiga orang yang sedang mengobrol tadi. Mingyu pun membalas sapaan mereka dengan senyuman.
"Chou Biseo, bisakah kau ikut denganku ? Ada berkas yang aku butuhkan."
"Ne Sajangnim."
Tzuyu segera mengikuti Mingyu ke ruangannya.
•••

Mingyu dan Tzuyu sedang duduk di sofa dengan menghadapi begitu banyak kertas dan ditemani oleh dua cangkir kopi yang sesekali mereka sesap. Tzuyu bertugas menyusun kertas-kertas itu ke dalam map yang berbeda-beda. Tak ada pembicaraan, selain di awal pekerjaan tadi dan sedikit saja disela-sela pekerjaannya. Itupun hanya berupa intruksi dari Mingyu untuk Tzuyu. Setelah cukup lama mereka bekerja dalam "diam", akhirnya semua berkas yang Mingyu butuhkah sudah selesai Tzuyu siapkan.
"Ah... akhirnya selesai juga. Terimakasih Tzuyu-ssi."
"Ne."
"Kau bisa simpan itu di atas mejaku."
"Baiklah."
Tzuyu beranjak dari tempat duduknya hendak menyimpan berkas itu di atas meja Mingyu. Tanpa Tzuyu ketahui, Mingyu juga beranjak dari sofa lengkap dengan cangkir ditangannya.
"Tzuyu-ssi ?"
Tzuyu yang mendengar namanya dipanggil secara otomatis memutarkan tubuhnya. Tzuyu kaget karena Mingyu tiba-tiba ada di belakangnya. Hal itu menimbulkan gerakan refleks dari tangan Tzuyu sehingga menyebabkan kopi yang ada di tangan Mingyu tumpah, dan tentunya mengenai baju dan jas Mingyu. Mingyu segera melepaskan jas yang melekat pada tubuhnya.
Tzuyu yang melihat itu segera meminta maaf dan mencoba membersihkan baju Mingyu tanpa melihat wajah Mingyu yang saat ini sedang memerah. Ya, wajah Mingyu memerah karena apa yang sedang Tzuyu lakukan saat ini. Sekarang ini Mingyu dan Tzuyu begitu dekat. Tapi bukan hanya wajahnya yang memerah, tapi jantungnya juga sedang berdetak lebih cepat. Mingyu tak tahu apa yang sedang terjadi padanya, yang jelas saat ini ia ingin segera mengakhirinya.
"Biar aku saja." Mingyu segera mengambil tisu yang juga Tzuyu gunakan untuk membersihkan baju Mingyu dan menjauhkan dirinya dari Tzuyu.
"Apakah kau ingin aku mencuci bajumu ?"
"Tidak perlu. Aku menyimpan baju gantiku. Kalau begitu aku akan ke kamar ganti sekarang."
Mingyu menjawabnya dengan cepat dan agak kelagapan, lalu ia segera pergi dari ruangan itu.
Sebenarnya Tzuyu sedikit bingung dengan sikap Mingyu, namun Tzuyu tak mau terlalu memikirnya.

Sebenarnya Tzuyu sedikit bingung dengan sikap Mingyu, namun Tzuyu tak mau terlalu memikirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di ruang ganti, Mingyu segera memeriksa dadanya. Jantungnya kini mulai berdetak dengan normal.

"Mengapa aku begini ? Hoksi.... aku benar-benar menyukainya ?

Ost Part 2



Love Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang