Bab 24

194 19 3
                                    

"Dahyun-ah !"
Dahyun berbalik ketika namanya dipanggil.
"Oh Tzuyu-ah... annyeong."
"Sesuatu yang baik sepertinya telah terjadi padamu ? Hari ini kau tampak lebih bersinar."
"Huuhh... Chou Tzuyu, kau benar-benar pintar membaca ekspresi orang."
"Tentu saja ! Sebenarnya apa yang membuatmu secerah ini ?"
"Tapi kau jangan bergosip ! Janji ?"
"Oh..."
"Kemarin malam Vernon mengajakku makan malam bersama."
"Benarkah ? Waahh sepertinya sebentar lagi akan ada pasangan baru di kantor ini."
"Geurojimayo, ini hanya makan malam biasa.
"Ah.. makan malam biasa ? Tapi sepertinya begitu spesial untukmu. An-geurae ?"
"Yaahhh begitulah. Semoga saja ini memang permulaannya. Tapi kau harus janji jangan membuat gosip tentang kami."
"Yaksok." Jawab Tzuyu dengan yakin sambil mengangkat jari kelingkingnya.
"Gomawo, aku percaya padamu. Kaja, sebentar lagi jam kerja akan dimulai."
"Oh.. kaja."
•••

"Apa hasilnya ?"
"Beberapa kabel putus karena tebakar. Kemungkinan besar karena terjadi korsleting."
"Kau yakin ?"
"Sebenarnya kami menemukan ini di dekat instalasi listrik." Jawab penjaga itu sambil memberikan sebuah korek gas."
"Korek gas ? Bagaimana bisa ? Apakah maksudmu kemungkinan ada orang yang mendekati instalasi listrik dan sengaja melakukan itu ?"
"Itu baru dugaan kami."
"Kalian yakin ini bukan milik salah satu dari kalian ?"
"Kami yakin."
"Oke. Kau boleh kembali."
"Ne."
Saat Tzuyu baru saja menutup pintu, suara pintu lainnya membuat Tzuyu secara otomatis berbalik. Ia sedikit kecewa ternyata orang yang keluar bukanlah orang yang ia harapkan. Walaupun begitu tetap saja ia bertukar sapa dengan orang yang baru saja keluar itu ?"
"Kenapa pagi-pagi begini penjaga sudah datang ke ruangannya ? Ah.. benar, apakah karena kejadian semalam ? Ya sepertinya memang benar." Ucap Tzuyu pada dirinya sendiri.
"Tunggu dulu.... kalau penjaga itu keluar dari sana.... (sambil menunjuk pintu di seberangnya) berarti dia sudah datang." Pikir Tzuyu diikuti dengan senyumannya. Diam-diam Tzuyu mulai bergerak dan memperhatikan Mingyu dibalik jendela.

"Apa yang sedang menggagu pikirannya ? Kenapa wajahnya begitu serius ? Jal saenggyeotta, Kim Mingyu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Apa yang sedang menggagu pikirannya ? Kenapa wajahnya begitu serius ? Jal saenggyeotta, Kim Mingyu."
Tzuyu kaget tiba-tiba saja Mingyu beranjak dari tempat duduknya. Tzuyu pun dengan terburu-buru duduk dikursinya dan memegang beberapa dokumen yang ada disana secara acak.
"Oh... kau sudah datang ?"
"Ne."
"Kenapa kau belum ke ruanganku ?"
"Ah.. rencananya aku akan kesana setelah merapihkan laporan kemarin."
"Bagaimana keadaanmu hari ini ?"
"Jigeumeun jo gwaenchanayo."
"Dahaengida."
"Ne. Sajangnimeun odiegasseoyo ?"
"Hmm ? (Mingyu sedikit berpikir, sebab tujuan utamanya keluar hanyalah untuk mengecek keberadaan Tzuyu) Kopi !"
"Ne ?"
"Aku hanya ingin membuat kopi saja."
"Bukankah kau bisa memanggil OB saja ?"
"Aku hanya sedang ingin membuatnya sendiri."
"Ah... kalau begitu biar aku saja yang membuatkannya ?"
"Oke."
"Ne."
Sementara Tzuyu pergi ke pantry Mingyu kembali ke ruangannya. Setelah beberapa menit kemudian Tzuyu masuk ke ruangan Mingyu dengan secangkir kopi ditangannya.
"Ini kopinya."
"Gomawo."
"Ne."
"Laporan kemarin ?"
"Aku akan segera menyerahkannya."
"Oke. Ah.. Chou Biseo bisakah siang ini kita makan bersama ? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Kenapa tidak bicarakan sekarang saja ?"
"Wae ? Kau sudah ada janji ?"
"Ne. Aku sudah berjanji akan makan dengan temanku."
"Sekarang waktunya bekerja, dan hal yang akan kubicarakan sedikit di luar pekerjaan."
"Apakah itu sangat penting ?"
"Oh."
"Geureom eotteoke ?"
Sebenarnya apa yang akan Mingyu bicarakan bukan hal yang begitu penting. Hanya saja Mingyu ingin mengajak Tzuyu makan bersama. Tapi sepertinya keinginan Mingyu tidak bisa terlaksana siang ini.
"Kalau begitu kita bicara setelah pulang kerja saja."
"Ne ?"
"Kita bicara saat makan malam."
"Ah algesseoyo."
"Oke kalau kau sudah mengerti kau boleh keluar."
"Ne."
•••

"Sajangnim, Anyeonghaseyo."
"Oh wae ?"
"Bukankah ini sudah jam makan siang ? Apakah Anda tidak akan pergi makan ?"
"Apakah Chou Biseo sudah pergi ?"
"Sepertinya begitu. Kursinya sudah kosong. Wae ?"
"Aniya."
"Dia benar-benar sudah pergi. Sebenarnya siapa teman yang dia maksud ?" Pikir Mingyu
"Lalu mari kita pergi. Sajangnim ? Sajangnim ? Apakah Anda tidak akan pergi ?"
Chan memanggil Mingyu sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Mingyu.
"Araso. Kenapa kau sangat tidak sabar ?!" Respon Mingyu dengan nada sedikit tinggi.
"Ah, ne joesonghamnida. Geureom..." Chan tak melanjutkan perkataannya dan hanya memberikan isyarat dengan kedua tangan untuk mempersilahkan Mingyu. Mingyu pun beranjak dari tempat duduknya yang diikuti oleh Chan.
"Apakah suasana hatinya sedang buruk ? Kenapa marah hanya karena masalah sepele. Benar-benar ada yang aneh dengannya. Apakah dia benar-benar sedang menjalin hubungan ? Aahh molla." Chan mengikuti langkah Mingyu sambil menggerutu karena sikap Mingyu tadi.
•••

Setelah berkendara beberapa menit dengan, Chan dan Mingyu sampai di "pusat" jajanan. Ya, di persimpangan jalan itu menyediakan banyak pilihan kedai, kafe, dan restoran.
"Sajangnim, sebaiknya kita makan dimana ?"
"Terserah kau saja."
"Baiklah kalau begitu....  (memidai beberapa kafe dan restoran di sekitar), bagaimana kalau kita makan disana saja. Aku dengar kafe ini sedang hits." Chan menunjuk salah satu kafe yang ada disana dengan antusias.
"Oh."
Chan tak ingin melanjutkan obrolannya karena respon Mingyu yang begitu singkat.
Setelah sampai dan memarkirkan mobilnya, Chan dan Mingyu pun turun dari mobilnya. Chan yang melihat seseorang yang dikenalinya lantas berhenti sejenak untuk menyapa.
"Dahyun-ssi ?"
"Ah, Anyeonghaseyo Lee Biseonim." Setelah menjawab sapaan Chan, Dahyun segera berlalu.
Berbeda dengan Chan, kini Mingyu sudah lebih dulu tiba di depan pintu masuk. Namun sesampainya disana, sebuah pemandangan begitu menyita perhatian Mingyu.
"Oohh, jadi ini teman yang dimaksud ? Sampai berani menolak ajakanku. Huh... menyebalkan." Mingyu menggerutu lalu berbalik arah melewati Chan yang baru saja tiba.
"Sajangnim, eodigasseyo? Kenapa kau tidak masuk ?"
"Aku tidak lapar."
"Ne ? Bagaimana mungkin ? Tapi aku sangat lapar."
Mingyu terus berjalan tak menghiraukan ocehan Chan. Walaupun terus Chan terus mengoceh tapi kakinya dengan spontan mengikuti langkah Mingyu hingga sampai di tempat parkir naiki. Sasampainya di tempat parkir Mingyu lantas masuk ke dalam mobilnya.
"Wae ? Kau tidak akan masuk ?" Tanya Mingyu dengan nada kesal.
"Ah yeee aku akan masuk sekarang." Jawab Chan yang juga dengan nada kesalnya.
"Neomu isanghae." Lagi-lagi Chan menggerutu karena tak bisa berbuat apa-apa untuk menentang Mingyu.
•••

Akhirnya waktu kerja untuk hari ini telah selesai. Tzuyu pun bersiap untuk pergi makan malam dengan Mingyu. Klik ! Daun pintu ruangan Mingyu terbuka. Namun bukan seperti yang diharapkan Tzuyu, Mingyu hanya berlalu begitu saja di depannya.
"Apakah dia lupa ? Bukankah dia yang mengakakku lebih dulu ?" Batin Tzuyu.
"Sajangnim, bukankah kau bilang kita akan membicarakan sesuatu ?"
Mendengar Tzuyu berbicara Mingyu pun menghentikan langkahnya tanpa memalingkan wajah.
"Aku merasa lelah hari ini, kita bicara nanti saja." Jawab Mingyu dingin.
"Ah ne. Geureom annyeonghi gaseyo."
Tanpa menjawab dan melirik ke arah Tzuyu Mingyu pun meninggalkan ruangannya. Hal yang baru saja terjadi entah kenapa membuat Tzuyu merasa kecewa. Tanpa disadari air mata Tzuyu mulai menetes. Dinginnya sikap Mingyu begitu menusuk.
"Wae uro ? Tzuyu-ah apa yang kau tangisi ? Mungkin dia sedang dalam keadaan yang tidak baik saja. Gwaencanha. Sebaiknya aku segera pulang, ne kaja Tzuyu-ah." Tzuyu akhirnya meninggalkan ruangan.
"Dahyun-ah !" Tzuyu memanggil Dahyun yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Namun siapa sangka, seperti tak mendengar panggilan Tzuyu, Dahyun tetap berjalan menjauh.
"Apakah dia tidak mendengarku ? Bukankah jaraknya tidak terlalu jauh ?" Tanpa merasa curiga Tzuyu pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulangnya.
•••

Di kamarnya, Mingyu kini terus memandangi posel yang sudah lama ia pegang. Sepintas terlihat di layarnya yang sedang membuka ruang obrolannya bersama Tzuyu. Setelah beberapa saat kemudian Mingyu menurunkan ponselnya yang sedari tadi berada tepat di depan wajahnya.
"Apakah sikapku tadi berlebihan ? Mengapa aku bisa begitu kesal ? Padahal yang ia lakukan hanya menolak ajakan makan siangku karena janji makan besama "teman"nya. Kenapa aku selalu tidak suka melihat mereka bersama ? Apalagi saat dia bisa tersenyum lepas di depan orang itu, seperti tadi siang. Benar-benar membuatku tidak nyaman. Jamkkan.... APAKAH AKU SUDAH BENAR-BENAR JATUH CINTA PADANYA ?"

❤❤❤❤❤

Love Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang