Tzuyu baru saja selesai menyalin semua file di ruang foto copy sebelah. Ia hendak kembali ke ruangannya, namun bayangan seorang pria di jendela sedikit menarik perhatiannya.
"Ah.. rupanya dia sudah kembali." Batinnya.
Tzuyu memperhatikan tampilannya dari atas hingga bawah, kemudian ia segera merapihkan pakaian dan rambutnya yang sebenarnya sudah rapih. Sebelum membuka pintu, Tzuyu lantas menarik napas dalam lalu membuangnya.Crekk
Akhirnya pintu terbuka dan Tzuyu keluar ruangan sambil memegang file yang tadi sudah disalinnya. Tzuyu terus berada di belakang pria itu tak berani untuk mendahului. Ada yang aneh, sepertinya pria itu berjalan sambil melamun sampai tak menyadari ada orang yang mengikutinya dari belakang. Saat keduanya tiba di depan pintu, pria itu terdiam untuk beberapa saat. Karena tak kunjung membuka pintu, akhirnya Tzuyu memberanikan diri menyapa lebih dulu.
"Sajangnim, annyeonghaseyo."
Pria itu membalikan badannya dan membalas sapaan Tzuyu.
"Ne, annyeonghaseyo. Kebetulan kau ada disini."
"Apa ada yang bisa saya bantu ?"
"Narang gatchi, deiteu haeju lae ?" Pria itu bertanya dengan nada dan ekspresi yang dibuat sesantai mungkin, namun tetap saja masih terdengar terbata-bata."Apa yang terjadi ? Apakah dia mengajakku kencan ? Kencan seperti apalagi ini ?" Pertanyaan-pertanyaan itu bermunculan di benak Tzuyu.
Melihat Tzuyu tak merespon, Mingyu segera memberi penjelasan.
"Kau jangan salah paham dulu. Aku mengajakmu berkencan untuk menumbuhkan chemistry. Kau pasti sadar bahwa terlalu banyak kecanggungan diantara kita selama makan malam waktu itu."
"Tapi kenapa harus ada chemistry diantara kita ?"
"Sebaiknya kita masuk dulu baru melanjutkan obrolan ini."
Mingyu membuka pintu diikuti oleh Tzuyu yang masih dalam keadaan linglung.
"Ibuku ingin bertemu dengan "pacarku". Kau tahu maksudku bukan ? Aku hanya tak ingin ibu curiga tentang hubungan kita. Kalau kita masih canggung satu sama lain saat dihadapan ibu itu bisa berbahaya. Bukankah begitu ?"
"Jadi maksud Anda saya harus berpura-pura menjadi pacar Anda di depan Samunim ?"
"Oh,, majayo. Wae ? Shireo ?"
"Ne, aku tak enak kalau harus berbohong padanya."
"Bukankah kau sudah memulainya, maka kau harus bertanggung jawab sampai akhir. Bertahanlah ini takkan lama, sampai situasinya membaik aku akan melepaskan kontrakmu."
"Na museowo. Bagaimana kalau ketahuan ?"
"Geuronikka, pergilah kencan denganku. Setidaknya kita bisa lebih akrab bukan ?"
Tzuyu hanya diam, ia berpikir keras tentang apa yang harus dilakukannya. Apakah ia harus melanjutkan sandiwaranya atau menyudahinya.
"Chou Biseo ? Kenapa hanya diam ?" Mingyu sedikit memiringkan kepalanya dan memberikan ekspresi wajah memelasnya tanda meminta jawaban.
"Baiklah, tapi Anda harus berjanji akan bertanggung jawab jika sandiwara ini terbongkar."
"Geuromnyo, aku akan bertanggung jawab." Mingyu lalu menggenggam tangan Tzuyu sambil melemparkan senyum membuat Tzuyu terkejut.
"Gomawo, Tzuyu-ssi."
Mendengar Mingyu menyebut namanya membuat Tzuyu benar-benar bahagia. Ia merasa ribuan kupu-kupu beterbangan di dalam tubuhnya.
"Ah... mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan nama kalau tak ada karyawan lain, kau juga sebaiknya mulai memanggilku dengan nama jika kita sedang berdua. Supaya terbiasa dan lebih akrab sebaiknya kau juga bisa menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal jika sedang bersamaku saja. Arachi ?"
"Ah.... Ne, Sajang-, ~diam sejenak ~ Mingyu-ssi ?" Jawab Tzuyu sambil melayangkan senyum manisnya.
"Geure, geurochi. Geureom kau boleh kembali ke ruanganmu."
"Ne."
Keduanya saling melempar senyum sebelum Tzuyu benar-benar meninggalkan ruangan Mingyu.
Tanpa mereka sadari selalu ada mata seorang wanita yang memperhatikannya. Lagi, wanita itu menatap tidak suka dengan kedekatan Tzuyu dan Mingyu.
"Anak baru benar-benar cari masalah. Secepatnya akan ku beri dia sedikit pelajaran." Wanita itu berkata sambil tersenyum sinis.
•••
Waktu sudah menunjukkan pukul 6.00 sore, Tzuyu segera bersiap untuk pulang. Tzuyu menghentikan aktivitasnya seraya dengan terbukanya pintu ruangan Mingyu.
"Kau sudah mau pulang ?"
"Ah, ne. Anda tidak pulang ?"
"Kau bisa lebih santai, hanya ada kita sekarang."
"Ne."
"Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan, Lee Biseo akan menemaniku menyelesaikannya."
"Ah, begitu."
"Pulanglah, hati-hati di jalan Tzuyu-ssi."
"Ne. Semoga kau cepat menyelesaikan pekerjaanmu. Fighting, Mingyu-ssi."
"Ne."
"Geureom, Annyeongigyeseyo."
Tzuyu menundukkan sedikit kepalanya lalu berpamitan kepada Mingyu. Mingyu terus memperhatikan punggung Tzuyu yang semakin jauh dan kini hilang dibalik pintu, tanpa ia sadari senyuman tersimpul dibibirnya.
•••
Di depan pintu keluar, Tzuyu bertemu dengan seorang karyawan wanita yang tak lain adalah Jung Soo Jung.
"Chou Biseo, kebetulan kita bertemu disini."
"Ah, Jung Bujang. Apakah ada hal yang ingin kau bicarakan ?"
"Kami berencana mengadakan pesta penyambutan untuk para karyawan baru. Sebagian besar karyawan lama akan hadir. Ini sudah tradisi bukan ? Dan kau tak bisa menolak untuk datang."
"Oh... algyesseoyeo. Eonje ?"
"Naeil. Sepulang kerja di kedai X. Pastikan kau datang.
"Ne."
"Geureom, na monjeo galge, Chou Biseo."
"Ne, anngyeongigaseyeo."
Setelah berbalik, Soo Jung tersenyum licik menyiratkan ada makna lain dibalik ajakannya tersebut.
•••
Drtttt Drtttt DrtttPesan masuk : Kim Sajang
"Bisakah kau luangkan waktumu minggu ini ?"Balas :
"Ne, apakah ada masalah ?"Pesan masuk : Kim Sajang
"Aniya. Aku hanya ingin mengajakmu kencan, sesuai rencana tadi siang. Eotte ?"Balas :
"Ne, algyessemnida. Kita bertemu dimana ?"Pesan masuk : Kim Sajang
"Biar aku jemput."Tzuyu berhenti sejenak, memikirkan apa yang harus diketik olehnya. Namun pada akhirnya hanya itu yang dapat ditulis olehnya.
Balas :
"Ah. Ne."Tak ada lagi balasan dari Mingyu, dan obrolan mereka berakhir begitu saja. Tzuyu segera masuk ke apartemennya setelah selesai dengan "percakapannya" itu karena udara malam dingin cukup dingin, maklum sebentar lagi memang sudah memasuki musin dingin.
"Wasseo ?"
Tzuyu yang baru datang disambut oleh Chae yang sampai lebih dulu.
"Oh." Jawab Tzuyu acuh, namun Tzuyu tak bisa menutupi kebahagian yang didapatnya hari ini. Dan pastinya Chae sebagai sahabat terdekatnya bisa mencium itu.
"Kau terlihat bahagia sekali. Apakah terjadi sesuatu yang luar biasa ?"
Namun Tzuyu sepertinya tak ingin menjawab pertanyaan Chae dan malah mengalihkan pembicaraan.
"Hmm ... Kau sedang memasak apa ? Baunya enak sekali."
"Kau takkan bercerita ? Baiklah kalau begitu kau tidak boleh makan."
"Arasseo, aku akan menceritakannya sambil makan. Ne ?"
"Ckkk, kau ini."
Chae akhirnya menyerah, ia tahu sekali bagaimana Tzuyu.
Tzuyu segera duduk di kursi meja makan diikuti Chae yang membawa semangkuk sup melengkapi sajian makan malam hari ini.
"Jal mokgetseumnida !"
Tak ada obrolan antara keduanya, hanya terdengar suara sumpit, sendok, dan mangkuk yang saling bersahutan sampai akhirnya Chae membuka obrolan.
"Tzuyu-ah tadi pagi aku bertemu dengan Jungkook. Katanya dia akan mengajak kita ke cafenya sebagai perayaan tetangga baru."
"Ah... sebenarnya aku yang meminta duluan." Jawab Tzuyu dengan ekspresi nyengirnya (😁).
"Oh.... begitu. Ah benar aku hampir lupa. Dia bilang bagaimana kalau acaranya hari minggu ini ?"
Tzuyu segera menghentikan makannya.
"Hari minggu ini ?"
"Oh.. wae ? Kau ada janji ?"
"Oh, sebenarnya Kim Sajang mengajakku pergi kencan minggu ini."
"Mwo ? Kencan ? Mingyu ? Wah daebak ! Jinjjaya ? Ooooh.. itukah sebabnya kau terlihat begitu senang ?" Ucap Chae sambil tersenyum menggoda.
"Tenanglah. Ini hanya sekedar untuk membuat kami lebih akrab. Dia memintaku bertemu dengan ibunya."
"Wooohhhh, sepertinya tak akan lama lagi sabahatku ini mendapatkan cinta sejatinya."
"Chae, kumohon hentikan. Aku sudah berusaha untuk tidak terlalu berharap."
"Baiklah, akan ku hentikan. Kalau begitu biar aku katakan kepada Jungkook bahwa kita tak bisa mengadakan acaranya hari minggu ini."
"Itu lebih baik."
Mereka berdua melanjutkan makan malam, dan Chae tentu tak henti-hentinya menggoda Tzuyu.
•••
Tzuyu sedang bersiap untuk berangkat ke kantor, hari ini ia bangun terlalu siang. Bahkan Chae pun sudah tidak terlihat di rumah.
Tzuyu segera menyantap sarapan yang sudah disediakan Chae sebelumnya. Tzuyu menyantap makanannya dengan tergesa-gesa karena sadar ia benar-benar terlambat. Seberesnya makan, Tzuyu lantas segera turun dari apartemennya. Tzuyu berjalan cepat saat menuruni anak tangga di depan apartemennya. Namun, seketika Tzuyu terdiam, ada sebuah pemandangan tak biasa di depannya pagi ini.
"Sajangnim...?"
Hanya itu kata yang bisa diucapkan Tzuyu dengan mata terbelalak karena tak percaya dengan penglihatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is You
RomanceTerkadang untuk mencintai seseorang itu butuh pengorbanan yang besar. Dan terkadang pengobanan itu menyebabkan luka yang sama dalammya dengan cinta yang kita berikan. Namun, percayalah setiap usaha akan ada hasilnya. Dan jika dia memang ditakdirkan...