Alarm telah menggema di kamar Mingyu menandakan waktunya untuk bangun telah tiba. Tak lama setelah jiwanya terkumpul, Mingyu segera mengambil ponselnya. Apalagi kalau bukan untuk memeriksa pesan balasan Tzuyu. Nihil, sampai pagi ini masih belum ada notofikasi pesan masuk di layar ponselnya. Mingyu segera membuka ruang obrolannya dengan Tzuyu.
"Apa ini, dia sudah membacanya tapi tak membalas pesanku ? Berani sekali dia mengabaikannya ? Benar-benar menyebalkan !"
Mingyu membanting benda kecil ditangannya itu ke atas kasur lantas beranjak untuk bersiap berangkat kerja.
Singkat cerita, Mingyu pun sampai di tempat kerjanya. Sesampainya di halaman gedung, Mingyu menyaksikan suatu adegan yang membuat suasana hatinya makin kesal. Entah apa yang membuatnya begitu kesal saat ini, padahal yang ia lihat hanya seorang Tzuyu yang sedang berbincang dengan seorang pria. Mungkinkah karena ia iri melihat Tzuyu bisa bicara begitu santainya dengan pria itu, bahkan sampai saling melempar senyum. Tapi ia tak ada diposisi untuk merasa iri. Mingyu yang tak ingin menyaksikan lagi pemandagan itupun segera melangkah dan melewati keduanya begitu saja.
Dapat terlihat dengan jelas bahwa baik Tzuyu maupun pria itu membungkuk padanya bahkan dapat terdengar bahwa Tzuyu juga menyapanya. Tapi kali ini Mingyu sama sekali tak ingin melirik ke arah Tzuyu. Hanya saja saat ini ia sedang tak ingin melihat wanita itu. Entah mengapa ia tak suka melihat Tzuyu asik berbincang dengan pria lain.
•••Tzuyu yang baru sampai di ruangannya segera memeriksa Mingyu melalui jendela penghalang antar ruangan keduanya. Mingyu tengah duduk dan fokus menghadap layar laptop di mejanya. Namun ada air muka kesal terpancar jelas pada wajah Mingyu yang membuat Tzuyu semakin gelisah. Tzuyu bingung apa yang harus ia lalukan disaat seperti ini. Setelah berpikir sejenak, Tzuyu memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan Mingyu dan menawarinya untuk dibuatkan minuman.
"Sajangnim, apakah kau ingin dibuatkan minuman ? Kopi atau teh mungkin ?"
"Tidak perlu." Jawab Mingyu singkat dengan sikap dingin bahkan tanpa menoleh pada Tzuyu.
"Ne, saya mengerti. Kalau begitu saya akan kembali ke ruangan."Tzuyu kembali ke mejanya dengan perasaan sedih karena sikap Mingyu. Sesampainya di meja kerja Tzuyu hanya bisa mengobati sedihnya dengan menyakinkan diri bahwa sikap Mingyu seperti itu mungkin karena memang Mingyu sedang tidak ingin diganggu. Setelah meyakinkan diri Tzuyu segera melanjutkan pekerjaannya.
Waktu berlalu begitu lambat, itulah yang Tzuyu rasakan. Tentu saja itu karena selama berjam-jam Mingyu sama sekali tak bicara padanya. Kalaupun butuh bantuan, Mingyu malah meminta bantuan dari Lee Chan. Tzuyu tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun, Tzuyu tak pernah sadar bahwa sebenarnya sedari tadi Mingyu sering curi-curi pandang ke arah Tzuyu. Mingyu pun dapat melihat raut wajah sedih Tzuyu. Mengingat sikapnya tadi pagi, membuat Mingyu sedikit merasa bersalah. Namun, rasa bersalah itu belum bisa menyaingi kekesalan yang ia rasakan sejak pagi ini.
"Ini sudah jam makan siang, tapi dia masih disana. Apakah dia tidak lapar ?" Gumam Mingyu.
Beberapa saat kemudian Mingyu beranjak dari tempat duduknya, ia pikir Tzuyu akan pergi istrahat setelah melihatnya keluar dari ruangan.
•••Mendengar suara knop pintu membuat fokus Tzuyu berpindah pada seseorang yang mungkin muncul dari balik pintu itu. Tzuyu segera berdiri dan bersiap untuk menyapanya. Setelah seorang pria keluar dari ruangan itu Tzuyu pun menyapanya dengan membungkukkan badan. Ternyata hasilnya sama saja, pria itu sama sekali tak melihat ke arahnya. Tzuyu tak tahan dengan sikap dingin atasannya itu sehingga membuat keberaniannya muncul.
"Sajangnim. Apakah aku telah melakukan kesalahan ? Mengapa sejak pagi tadi Anda tidak berbicara padaku. Bukan hanya itu, Anda bahkan tak pernah melihat ke arah ku untuk sekedar membalas sapaanku. Jika memang aku telah berbuat sesuatu yang salah seharusnya Anda segera memberitahuku, jangan hanya diam seperti ini."
"Apakah kau sudah selesai ?"
"Ne."
"Lebih baik kau tidak usah memikirkan sesuatu yang tidak penting. Kau hanya perlu fokus pada peranmu nanti malam. Aku tak mau kalau sampai diakhir nanti ada masalah dengan pacarmu.
"Pacar ? Bukankah sudah aku katakan bahwa aku tidak punya pacar. Jadi Anda tidak perlu mengkhawatirkan masalah itu.
"Kau yakin ?"
"Tentu."
"Atau mungkin pria yang sedang dekat denganmu ? Aku juga tak ingin ada urusan dengan yang itu."
"Aku juga tidak sedang dekat dengan siapapun jadi Anda tak perlu memikirkannya."
"Baguslah kalau begitu." Pungkas Mingyu yang tak bisa menyembunyikan seulas senyum dibibirnya dan segera berbalik hendak pergi meninggalkan ruangan.
"Jadi, apakah aku sudah melakukan kesalahan atau tidak ? Kau belum memberikanku penjelasan."
"Siapa yang bilang aku marah padamu. Itu sekedar perasaanmu saja, aku hanya sedang sibuk maka dari itu tak berbicara padamu."
"Benarkah ?"
"Ya." Jawab Mingyu dengan tegas sambil tersenyum.
Senyuman yang Mingyu berikan memancing senyum Tzuyu. Lega, itulah yang Tzuyu rasakan sekarang.
"Aku akan pergi makan, kau juga sebaiknya segera makan siang. Jangan memikirkan sesuatu yang tidak penting." Setelah mengatakan itu, Mingyu lantas pergi.
"Ne." Jawab Tzuyu sambil membungkukkan badannya.Kini kesalahpahaman diantara kedunya telah terselesaikan. Baik Mingyu maupun Tzuyu tak bisa menyembunyikan kebahagiannya. Kini bibir keduanya dihiasi dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is You
RomanceTerkadang untuk mencintai seseorang itu butuh pengorbanan yang besar. Dan terkadang pengobanan itu menyebabkan luka yang sama dalammya dengan cinta yang kita berikan. Namun, percayalah setiap usaha akan ada hasilnya. Dan jika dia memang ditakdirkan...