Bab 21

171 16 2
                                    

"Joheun achim."
Sapa Nyonya Kim dengan sumrimgah kepada anaknya yang baru saja turun. Mingyu pun membalasnya dengan senyuman, lalu segera duduk di meja makan menyusul Nyonya Kim yang sedang sarapan.
"Eomma apakah jalan-jalan kemarin menyenangkan ?"
"Geureom. Eomma sangat menikmatinya."
"Eomma tidak melakukan hal-hal yang akan membuat Tzuyu-ssi tidak nyaman bukan ?" Selidik Mingyu, hal ini karena sikap Tzuyu semalam, ia khawatir jika beberapa sikap Eommanya bisa menyebabkan Tzuyu mundur dari perjanjian ini.
"Eeeemmmmm." Nyonya Kim berpikir sejenak.
"Apakah Eomma melakukannya ? Apa yang sudah Eomma lakukan ?"
"Kau tidak perlu khawatir, seingat Eomma, tidak ada hal yang akan membuat Tzuyu tidak nyaman." Nyonya Kim mengelak.
"Apakah Eomma yakin ?"
"Yaaa.. sudahlah kau tidak perlu terlalu memikirkannya. Eomma tidak akan membebani Tzuyu karena Eomma tidak ingin kehilangan calon menantu sebaik dia."
"Baiklah, Eomma harus pegang janji Eomma ini."
"Baik, Eomma akan memegang janji ini."
"Kalau begitu aku berangkat sekarang."
"Bukankah kau baru saja makan ?"
"Ada banyak pekerjaan hari ini."
"Kau harus tetap jaga kesehatan." "Eomma tidak perlu khawatir. Aku pergi."
"Hm... hati-hati."
Mingyu bergegas ke kantor meninggalkan ibunya.
•••

"Tzuyu-ah !" Panggil Dahyun sambil melambaikan tangan.
"Ah... Dahyun-ah. Waw melihat dari raut wajahmu seperti kau sedang bahagia. Ada apa ?"
"Hmmm ? Kau ini, bagaimana mungkin kau tau ? Apakah terlihat jelas ?"
"Tentu saja, hanya dengan melihat wajahmu aku bisa tau kau sedang bahagia. Ada apa sebenarnya ?"
"Tzuyu-ah, apa kau tahu Vernon, pegawai baru yang masuk denganku ?"
"Ya, aku tau. Wae ?"
"Aahh.. Tzuyu-ah sepertinya aku suka padanya ?"
"Kenapa tiba-tiba ?"
"Kau taukan bagaimana rumornya di kantor ini ?"
"Ice Prince !" Jawab keduanya berbarengan.
"Yaaa, kau benar. Tapi akhir-akhir ini dia sepertinya sedang mendekatiku. Bukankah itu aneh ?"
"Benarkah ?" Setelah bertanya Tzuyu pun lantas tersenyum.
"Ya tentu saja. Dia sering mengajakku makan siang bersama dan...."
"Sedang apa kalian ?"
Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang tak diharapkan.
"Ah... Sajangnim, Annyeonghaseyo." Sapa Dahyun dan Tzuyu.
"Aniya, kami hanya sedang mengobrol sebentar. Anda tidak perlu khawatir kami akan segera bekerja. Annyeong Tzuyu-ah "
Dahyun menundukan kepalanya lalu pergi menyisakan Mingyu dan Tzuyu.
"Kau tidak akan naik ?" Tanya Mingyu karena Tzuyu hanya diam saja.
"Ah.. Ne."
"Apakah kau marah padaku ?"
"Ne ? Bagaimana mungkin ? Memang tidak ada apapun untuk dibicarakan, maka dari itu aku diam."
"Sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan Eomma ?"
"Tidak terjadi apapun."
"Lalu kenapa kau sampai ingin berhenti ?"
"Hanya saja samunim sangat baik padaku."
"Bukankah kau harusnya lega dan senang ?"
"Aku memang senang, tapi tetap saja..."
Mingyu menunggu kelanjutan dari perkataan Tzuyu itu, namun apa daya pintu lift sudah terbuka.
"Aniya, sebaiknya kita bicarakan itu nanti saja." Lantas Tzuyu keluat dari lift duluan dan tinggallah Mingyu yang masih dibuat penasaran dengan kelanjutan dari ucapan Tzuyu barusan. Namun apa boleh buat, benar yang Tzuyu katakan, sebaiknya persoalan itu dibicarakan ditempat lain.
•••

"Apakah aku harus memberitahunya atau tidak ? Memberitahu atau tidak ? Beritahu atau tidak ? Beritahu atau tidak ? Dia bilang aku harus memberitahunya ? Tapi apa memang perlu ? Sepertinya aku harus memberitahunya, daripada nanti dia memarahiku lagi." Baru saja selesai dengan pemikirannya dan berniat untuk menemui Mingyu di ruangannya, namun ternyata orang yang maksud kini muncul dihadapannya.
"Apakah Anda akan pergi ?"
"Hm, bukankah tadi siang kau bilang sore ini aku ada meeting ?"
"Oh.. benar. Semoga berjalan dengan lancar."
"Hm, gomawo. Ngomong-ngomong kau mau kemana ?"
"Ah... saya ingin menemui Anda."
"Wae ?"
"Aniya, hanya ingin menawarkan kopi. Tapi Anda akan berangkat sekarang jadi aku batalkan."
"Baiklah, aku pergi sekarang."
Setelah kembali bepikir, akhirnya Tzuyu memutuskan untuk berbicara maksud sebenarnya lada Mingyu.
"Sajangnim."
Mendengar Tzuyu memanggilnya tentu membuat Mingyu berhenti dan berbalik.
"Wae ?"
"Hmmm... tentang kerja lembur..."
"Oh.. wae ?"
"Hari ini aku dan beberapa staf lain akan kerja lembur. Aku hanya ingin memberitahumu masalah ini. Bukankah kau bilang waktu itu aku harus memberitahumu ?"
"Aahh.. baiklah, tapi ingat jangan bekerja terlalu larut. Sepertinya aku juga tidak akan kembali lagi ke kantor. Kau tidak boleh sampai bekerja sendirian."
"Ne. Akan kuingat."
"Jika tak ada lagi yang ingin kau bicarakan aku berangkat sekarang."
"Ne, Hwating !!" Tanda semangat yang Tzuyu berikan disambut oleh senyuman keduanya.
•••

Sudah pukul 8.00 pm, namun semua orang masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Untuk kerja lembur malam ini, semua pegawai bekerja dalam satu ruangan meeting, hal ini dilakukan untuk memudahkan komunasi satu sama lain. 1 jam sudah berlalu, kini beberapa diantara karyawan yang lembur sudah menyelesaikan pekerjaaannya dan satu persatu mulai berpamitan pulang duluan.
Selang setengat jam, kini tinggal Tzuyu dan Soo Jung yang bertugas untuk menyusun laporan akhir.
"Chou Biseo aku sudah menyelesaikan pekerjaanku."
"Benarkah ? Aku masih mengerjakan bagianku. Jika Anda ingin pulang duluan silakan saja, lagi pula sebentar lagi bagianku juga selesai."
"Apakah tidak apa-apa ?"
"Tentu saja."
"Baiklah kalau begitu aku duluan ya. Kau juga sebaiknya cepat selesaikan pekerjaanmu."
"Ne. Hati-hati dijalan."
10 menit berlalu akhirnya Tzuyu menyelesaikan pekerjaannya. Setelah membereskan barang-barangnya lantas Tzuyu bergegas untuk pulang.
Tak lama setelah masuk ke dalam lift, tiba-tiba lift tersebut berhenti bergerak.
"Wen-iriya ? Kenapa tiba-tiba liftnya berhenti ? Jeogiyo, apakah ada orang di luar. Yeogi saram isseoyo. Jeogiyo ! Jeogiyo!"
Tzuyu segera memencet tombol darurat, namun baru saja beberapa kali menekannya tiba-tiba listrik  padam yang diikuti dengan teriakan Tzuyu. Kondisi yang gelap pun membuat Tzuyu semakin panik. Ekspresi dan bahasa tubuh Tzuyu mengisyaratkan ketakutannya. Tzuyu terus berusaha untuk meminta pertolongan dengan berteriak dan menggedor pintu lift. Tzuyu mulai merasakan sesak lantas segera memegangi dadanya. Tubuh Tzuyu kini gemetar karna rasa takut dan cemas. Di tengah kondisinya itu, Tzuyu masih terus berusaha meminta bantuan. Nihil tak ada seorangpun yang dapat mendengarnya. Selang beberapa waktu, napas Tzuyu sudah mulai berat, teriakannya pun sudah tak sekeras tadi, bahkan kini suaranya mulai putus-putus.
"Siapapun tolong selamat aku." Ucapan putus asa seorang Tzuyu yang kini hanya bisa terduduk lemas dan mulai hilang kesadarannya.

Love Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang