#1 In DEMONSLAYER (Oktober 2020, Bahasa Indonesia)
~Alur cerita ngikutin komik dengan penambahan OC dan sedikit (atau banyak) perubahan jalur~
Kamado Shirazumi adalah Anak pertama dari 7 bersaudara.Adik laki-lakinya yang bernama Tanjiro menjadi kepa...
Seorang gadis berumur 15 tahun sedang mengisi sebuah keranjang bambu dengan banyak arang. Di sebelahnya sorang anak laki-laki berumur 14 tahun sedang menggendong keranjang bambu yang lebih besar dibandingkan sang gadis. Isinya sama, yaitu arang kayu.
Mereka berdua berniat menjual arang-arang itu ke desa. Padahal hujan salju bisa turun kapan saja.
"Tanjiro, Shirazumi, kemari sebentar! Wajah kalian kotor sekali" Ucap suara lembut ibu mereka. Tanjiro dan Shirazumi yang sudah selesai mengisi keranjang bambu itu berjalan menghampiri ibu mereka.
Wajah Tanjiro berhiaskan jelaga di sana-sini. Begitu pula Shirazumi, walaupun tidak separang Adiknya. Tanjiro bisa sampai dipenuhi jelaga karena dia masuk sampai kedalam tungku pembakaran untuk mengumpulkan arang, sedangkan Shirazumi tidak melakukannya. Jelaga pada wajahnya menempel saat tangannya yang habis memegang arang menyentuh wajahnya.
Shirazumi hanya memasukkan arang yang diambil Tanjiro ke dalam keranjang bambu. Arang yang ada di dalam keranjang bambu yang dibawa Tanjiro juga Shirazumi yang mengisinya.
Sambil membersihkan wajah Tanjiro dengan sehelai kain, Ibu mereka berkata "Padahal kalian tidak perlu pergi. Kalau salju turun nanti bisa bahaya"
"Karena sebentar lagi tahun baru, aku ingin semuanya bisa makan sampai kenyang" Tanjiro berkata. Shirazumi yang sedang membersihkan wajahnya dengan kain yang diberikan oleh ibunya, mengangguk tiga kali lalu berkata "Itu betul Bu. Kami akan menjual arang-arang ini walau hanya sedikit".
Tiba-tiba Adik Tanjiro dan Shirazumi yang bernama Hanako dan Shigeru datang dengan suara bersemangat "Nii-chan, Nee-chan, Kalian mau pergi ke desa kan?" Ucap Shigeru dengan semangat dan disusul oleh Hanako "Aku juga pengen ikut!". Setelah itu dari samping rumah muncul Takeo yang sedang memegang kapak untuk memotong kayu. Takeo juga terkejut melihat dua kakaknya yang bersiap pergi ke desa.
Walaupun Hanako dan Shigeru sangat ingin ikut dengan kakak mereka, tapi ibu mereka melarangnya. "Jangan. Kalian tak boleh ikut. Kalian kan tak bisa berjalan secepat Tanjiro dan Shirazumi."
Takeo dan Hanako bersikeras ingin ikut, tapi Ibu mereka tetap melarangnya. "Tanjiro tidak bisa membawa gerobaknya seperti biasa, nanti kalau kalian capek tak ada yang bisa memberikan tumpangan" Kata ibu mereka dengan lembut.
Kalau tidak sedang musim salju lebat seperti ini, Tanjiro dan Shirazumi turun gunung sambil membawa gerobak kayu. Selain bisa mengajak adik-adiknya ikut turun gunung, mereka juga bisa membawa Arang dengan jumlah yang lebih banyak. Tapi dengan jalan yang ditutupi salju tebal seperti sekarang, gerobak itu tak bisa dipakai.
Karena sedih tidak diizinkan untuk ikut ke desa dengan kedua kakaknya, Shigeru menangis dan memeluk tanjiro, Hanako juga hampir menangis tapi tidak jadi karena kepalanya dielus lembut oleh kakak perempuannya.
"Takeo, aku tahu kau tak bisa menebang banyak, tapi bisakah kau menebang beberapa pohon?" Tanya tanjiro pada Takeo sambil menenangkan Shigeru.
"Bisa saja sih, tapi... Kukira kita akan melakukannya bersama..." Jawab Takeo sambil memajukan bibirnya karena kesal.
Shirazumi yang melihat tingkah takeo melepaskan dirinya dari pelukan Hanako dengan lembut dan menghampiri Takeo. Pipi kiri takeo dicubitnya pelan karena tak suka dengan sifat adiknya itu yang sering memajukan bibirnya kalau kesal. "Jangan majukan bibirmu, wajah tampanmu jadi berubah mirip bebek lho" Kata Shirazumi menggoda adiknya.
Godaan kakak perempuannya itu selalu ampuh. Wajah Takeo memerah dan menepis tangan kakaknya yang sedang mencubitnya. Berikutnya terdengar suara tawa dari semua yang ada di tempat itu. Diantara keenam adiknya, Takeo lah yang paling sering dan paling mudah digoda oleh Shirazumi. Bahkan Tanjiro dan Nezuko juga sering ikut menggoda Takeo.
Akhirnya Hanako, Shigeru, dan Takeo merelakan dua kakak tertua mereka untuk pergi. Semuanya mendoakan keselamatan Tanjiro dan Shirazumi dalam perjalanan mereka.
Belum terlalu jauh Shirazumi dan Tanjiro berjalan, mereka berpapasan dengan Nezuko yang sedang menggendong Rokuta yang sedang tertidur.
"Aku baru saja menidurkan Rokuta. Karena tadi dia rewel" Ucap Nezuko. Tanjiro mendekati Rokuta yang sedang digendong Nezuko, lalu mengelus kepalanya pelan agar Rokuta tak terbangun.
"Sejak Ayah meninggal, Rokuta jadi sangat kesepian. Bukan hanya Rokuta, Semuanya juga kini sangan bergantung padamu Onii-chan"
Sebagai anak laki-laki tertua, Kamado memikul tanggung jawab yang lebih besar dibanding semua saudaranya.
Sejak ayah mereka meninggal, semuanya menjadi merasa sangat kehilangan. Rokuta yang masih sangat kecil dan belum mengerti tentang kematian, terus menangis selama beberapa hari. Sampai sekarang pun Rokuta masih mengalami susah tidur karena rindu ayahnya.
Karena itu Nezuko sering menggendong adik bungsunya itu sambil berjalan-jalan agar Rokuta mengantuk dan tertidur.
Setelah Shirazumi dan Tanjiro bertukar perpisahan dengan Nezuko, Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka.
Hidup mereka mungkin memang tidak mudah, tapi mereka bahagia.
Tapi kehidupan itu bagaikan sebuah musim. Kehidupan selalu berubah.
Langit tidak akan selalu cerah. Salju tidak akan terus turun.