[Di chapter 1 ada yang salah. Harusnya Tanjiro umurnya 13 tahun, bukan 14 tahun......]
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kedua bersaudara yang masing-masing menggendong keranjang bambu berisikan arang terus menuruni gunung dengan hati-hati. Salju yang tebal membuat jalan mereka terasa berat.
"Aah... Aku tak sabar untuk menunggu tahun baru. Aku ingin makan senbei buatan ibu..." Ucap sang Shirazumi mengingat senbei yang selalu dibuatkan oleh ibu dan ayahnya setiap tahun baru.
"Iya. Senbei buatan ayah dan ibu enak sekali. Walaupun kita memakan senbei sampai remah-remahnya berantakan, kita tak dimarahi" Tambah Tanjiro ikut mengenang rutinitas tahun baru keluarga mereka.
"Tanjiro, kau masih ingat 3 tahun yang lalu saat Rokuta mencoba makan senbei?" Sang kakak berkata mengingat adik bungsunya tiga tahun lalu.
"Ya, aku ingat. Karena giginya masih belum kuat, dia menjatuhkan senbeinya dan menangis karena gigi depannya langsung lepas" Jawab sang adik sambil tertawa pelan.
Mereka berdua terus mengobrol hingga akhirnya batas desa terlihat. Mereka memasuki desa dengan semangat. Berharap arang yang mereka berdua bawa bisa terjual walaupun tak habis.
.
.
.
.
.
Banyak hal yang terjadi selama Shirazumi dan Tanjiro menjual arang mereka. Tanjiro cukup terkenal di antara orang desa karena sering menolong siapa saja yang membutuhkannya. Juga karena penciumannya yang sangat kuat, dia bisa menangkap pencuri sekalipun.
Akhirnya arang yang dibawa Shirazume dan Tanjiro sudah habis terjual, dan hari sudah sore. Tapi Tanjiro belum bisa pulang karena sedang menolong seorang pria tua yang membawa banyak barang.
"Nee-chan pulang saja lebih dulu. Aku titip pesan pada ibu yang lainnya kalau aku akan pulang agak terlambat" Ucap Tanjiro pada kakaknya.
"Apa kau yakin?" Tanya Shirazume pada adiknya. Walaupun Shirazume tahu Tanjiro akan baik-baik saja karena penciumannya yang tajam, tetap saja dia khawatir pada adiknya ini.
"Hmm... Ya tak apa-apa. Aku akan segera menyusul setelah ini" Jawab Tanjiro sambil tersenyum.
Ini bukan pertama kalinya Shirazumi pulang duluan sebelum Tanjiro. Biasanya arang yang dibawa Shirazumi lebih cepat habis dibandingkan arang yang dibawa Tanjiro. Itu karena keranjang yang dibawa Shirazumi lebih kecil dari yang dibawa Tanjiro. Otomatis isinya juga lebih sedikit.
Walaupun Shirazumi memiliki fisik yang cukup kuat untuk membawa sekeranjang arang dan kayu, Tapi tetap Tanjiro lebih kuat walaupun lebih muda.
Shirazumi juga tak memiliki bakat penciuman seperti adiknya. Sebagai gantinya, Shirazumi memiliki bakat memasak dan menjahit sebagai keterampilan umum seorang perempuan.
~***~
Shirazumi berjalan sendirian menuju rumahnya sambil menggendong keranjang bambu yang kini terasa ringan karena sudah kosong.
Sambil bersenandung, Sang gadis terus berjalan hingga akhirnya rumah mungil tempatnya dilahirkan kini terlihat.
Anggota keluarganya yang pertama dia lihat adalah ibunya yang sedang mengangkat kain jemuran terakhir, dibantu oleh Nezuko.
Shirazumi mempercepat langkahnya, ingin segera menemui ibu dan adiknya. Nezuko yang menyadari kedatangan kakaknnya, cepat-cepat melipat kain yang sedang dipegangnya dan menarihnya di keranjang, lalu berjalan mendekati Shirazumi.
"Onee-chan, selamat datang" Ucap Nezuko dengan wajah yang berseri-seri. Tapi saat dia menyadari kalau Tanjiro tak ada bersama Shirazume, senyumannya meredup.
"Onee-chan, Onii-chan dimana?" Tanyanya penasaran.
"Tanjiro masih sibuk seperti biasa. Kadang-kadang aku berpikir, dia itu mau jadi pembuat arang atau sukarelawan desa sih..!?" Jawab Shirazumi sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
Setelah mendengar jawaban Kakak perempuannya, Nezuko tertawa kecil yang kemudian merambat pada Shirazume yang juga ikut tertawa. Mereka berdua berjalan ke arah rumah mereka sambil tersenyum, disusul dengan ibu mereka.
~***~
Makan malam hari itu adalah sayur jamur dan nasi. Ada satu tempat yang kosong karena Tanjiro belum pulang. "Nee-chan, Kenapa Nii-chan belum pulang juga?" Tanya Hanako yang sendang memegang mangkuknya. "Hmm... Mungkin paman Saburo menahannya lagi. Di musim seperti ini badai salju bisa datang tiba-tiba waktu malam hari. Lebih baik berjaga-jaga dari pada terjadi sesuatu saat di perjalanan pulang. Dia pasti akan pulang setelah matahari terbit besok" Jawab Shirazumi menenangkan Hanako.
Seorang pria tua bernama Saburo yang tinggal di kaki gunung sering tidak memperbolehkan siapapun yang ingin naik gunung jika cuaca tidak mendukung. Shirazumi dan Tanjiro sering dipaksa menginap di rumahnya kalau cuaca buruk, atau kalau mereka berdua pulang terlalu malam.
~***~
Makan malam sudah selesai. Shirazume dan Nezuko kini sedang merapihkan mangkuk dan gelas yang tadi dipakai untuk makan malam. Ibu mereka sedang menggendong Rokuta yang seperti biasa, Rokuta tak bisa tidur.
Hanako dan Takeo sedang menyiapkan futon untuk tidur, kecuali futon milik Tanjiro.
Benar saja, tak lama setelah futon disiapkan, terdengar suara angin yang cukup kencang. Badai salju telah datang walaupun tidak begitu lebat. Dalah hatinya, Shirazumi bersyukur akan dirinya yang pulang lebih dulu. Dan juga dia berharap, Tanjiro benar-benar sedang bersama Saburo.
~***~
Akhirnya satu keluarga itu telah tertidur, termasuk Rokuta yang akhirnya bisa tidur.
Tapi tidak satupun dari mereka akan menduga. Siluet dari seorang pria yang mendekati rumah mereka. Kehadiran pria itu.... Akan mengubah jalan hidup Tanjiro, Shirazumi dan Nezuko.
Di saat kebahagiaan berakhir...
Selalu tercium bau darah.
TBC
________________________________________________________________________________
Ada kritik & saran?
Aku tunggu ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Thousand of Tears
أدب الهواة#1 In DEMONSLAYER (Oktober 2020, Bahasa Indonesia) ~Alur cerita ngikutin komik dengan penambahan OC dan sedikit (atau banyak) perubahan jalur~ Kamado Shirazumi adalah Anak pertama dari 7 bersaudara.Adik laki-lakinya yang bernama Tanjiro menjadi kepa...