Chapter Bonus I: Zenitsu dan Seleksi Akhir

824 92 2
                                    

Terdengar teriakan dan rengekan di sebuah rumah kecil. Tangisan itu terdengar menggema, untungnya tak ada rumah lain di sekitar sana. 

Sumber dari teriakan dan rengek tangis itu adalah seorang anak laki-laki berumur 16 tahun.

Anak laki-laki itu terus merengek di depan seorang pria tua yang merupakan gurunya. Alasan dari tangisan yang dikeluarkan oleh pemuda itu adalah karena gurunya menyuruhnya untuk mengikuti seleksi akhir pemburu oni.

Sebetulnya ini bukan pertama kali sang guru menyuruh murudnya itu mengikuti seleksi akhir. Tahun lalu pun sang Guru menyuruhnya untuk mengikuti seleksi akhir itu. Tapi muridnya itu menolak dan terus menangis histeris hingga akhirnya sang guru memberikan muridnya itu satu kesempatan lagi dengan mengundur waktu selama satu tahun. Tapi kali ini, sang Guru tak memberikannya kesempatan lagi untuk mengundur waktu.

"Zenitsu! Kau itu kuat. Percayalah padaku! Kau pasti bisa melewati seleksi akhir ini!!" Ucap sang guru yang bernama Kuwajima Jigoro.

"Ngak! Ngak! Ngak mau!! Aku pasti mati kalau ikut! Aku masih belum mau mati!!!" Ucap Zenitsu sambil memeluk batang pohon yang dia panjat untuk menghindari gurunya itu.

Walaupun sang guru sudah berusia senja, tapi dirinya dulu adalah seorang hashira. Walaupun kehilangan salah satu kakinya, gerakannya masih gesit.

Jigoro sudah memukul dan menendang pohon itu agar Zenitsu goyah dan jatuh, tapi yang ada hanyalah buah persik yang berjatuhan.

Dia juga sudah menggunakan tali untuk menarik anak didiknya itu turun dari pohon. Percobaan itu gagal karena Zenitsu masih terus memeluk batang pohon dengan erat walaupun tali itu melilit di lehernya dan membuatnya tercekik.

Apapun yang dilakukan sang mantan hashira, anak didiknya itu masih tetap bertengger di pohon sambil menangis.

Sang guru akhirnya melakukan hal yang tak ingin dilakukannya. Dengan menggunakan pernafasan petir, dia merobohkan pohon tempat Zenitsu berada hanya dengan menggunakan tongkat kayu yang dipegangnya.

Karena pohon itu roboh, otomatis Zenitsu terjatuh. Tanpa basa-basi, Jigoro langsung menarik  kerah kimono Zenitsu menjauh dari area penuh pohon itu.

"Jii-chan!! AKu tak mau!! Kalau aku mati bagaimana dengan Jii-chan!!!" Ucap Zenitsu sambil terus menangis. 

Zenitsu memang menanggap gurunya itu seperti kakeknya sendiri. Dialah yang membantunya saat Zenitsu sedang terlilit hutang karena ditipu seorang wanita.

Karena itu, sebenarnya Zenitsu sangan menghormati gurunya. Tapi dirinya sama sekali tak memiliki kepercayaan diri. Bahkan dirinya sendiri tak menyadari potensi besar yang dimilikinya. Karena melihat potensi yang dimilikinya itulah, Kuwajima Jigoro mengangkatnya sebagai murid. 

.

.

.

Jigoro terus menyeret paksa murid termudanya itu menuju Gunung Fujikasane tempat seleksi akhir itu diadakan.

Gunung Fujikasane dikelilingi pohon wisteria yang mekar sepanjang tahun. Tempat itu terlihat indah, namun di waktu yang bersamaan, tempat itu juga terasa angker. Tanaman berbunga itu ada sebagai penjara untuk mengurung para oni yang digunakan sebagai objek tes bagi para calon pemburu oni. 

Zenitsu Gemetaran begitu melihat pohon wisteria itu. Dia bisa mendengar suara puluhan oni yang terkurung di dalam penjara bunga itu.

"Ji....Jii-chan. Ki... kita pulang saja ya..." Ucap Zenitsu terbata-bata. Gurunya itu mengabaikan ucapannya. Mungkin kesabarannya sudah hampir habis.

Beberapa anak yang sudah sampai lebih dulu di kaki gunung itu melihat tingkah laku guru-murid itu. Dalam benak mereka terpikir sesuatu. 'bagaimana bisa anak cengeng seperti itu bisa mengikuti seleksi akhir'.

Thousand of TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang