Pandangan Shirazumi makin lama makin buram. Tanpa sadar dirinya kin beranjak dari posisinya yang awalnya duduk meringkuk menjadi berdiri terhuyung-huyung. Dia berusaha menggapai sesuatu, tapi dia tak ingat apa yang ingin digapainya. Dia hanya tahu kalau dirinya sangat menginginkan hal itu.
Satu langkah diikuti langkah yang lainnya. Totalnya lima langkah. Tinggal dua langkah lagi, Shirazumi akan sampai pada apa yang sangat diinginkannya itu.
Tapi tiba-tiba, sebuah suara menghentikannya untuk melangkah lebih jauh lagi.
"Berhenti Shirazumi. Kau tak boleh melakukannya".
Shirazumi tak tahu dari mana suara itu berasal. Tapi suara itu membuatnya merasakan sebuah kerinduan. Suara laki-laki dewasa yang lembut dan ramah. Shirazumi merasa suara itu sangat tidak asing.
Dengan Langkahnya yang berhenti, Shirazumi menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba mencari sumber suara itu. Walaupun matanya belum menunjukkan kalau dirinya telah tersadar, tapi hati nuraninya mengatakan kalau dia harus mendengarkan suara itu.
"Shirazumi aku tahu kau bisa. Lupakanlah bau darah itu. Lakukanlah apa yang seharusnya kau lakukan".
Suara itu kembali terdengar. Kali ini, Shirazumi bisa melihat sosok pemilik suara itu sedang berdiri tepat di hadapannya.
Seorang pria dengan tubuh yang kurus dan kulit yang pucat. Di dahinya terdapat bekas luka. Raut wajahnya terlihat sangat lembut. Warna kulitnya yang pucat tak bisa menutupi aura kelembutan yang dipancarkan oleh pria itu.
Tiba-tiba Shirazumi meneteskan air mata.
"Ayah..."
Shirazumi bergumam hampir tak bersuara. Sosok pemilik suara lembut itu adalah ayahnya sendiri, Kamado Tanjuro yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.
Entah bagaimana itu bisa terjadi, tapi Shirazumi tak mungkin salah mengenali ayahnya sendiri.
Tanjururo mengangkat tangan kanannya dan mengelus pipi Shirazumi. Terasa kehangatan yang sangat dirindukan olehnya dari tangan kurus tersebut. Sungguh, Shirazumi tak ingin elusan tangan itu terlepas dari pipinya.
Tetapi, begitu Shirazumi mengedipkan matanya, Sosok yang sangat dirindukannya itu menghilang dari hadapannya. Suaranya pun sudah tak terdengar lagi.
Shirazumi mengingat kembali kata-kata ayahnya itu. Entah kenapa, dia merasa harus melakukan sesuatu.
Hasrat haus darahnya sudah berkurang drastis. Dengan terus mempertahankan akal sehatnya, Shirazumi merasa harus mendekati jasad gadis di depannya itu.
Bukan untuk dimakan. Tapi dia merasa harus melakukan sesuatu.
Dengan pandangannya yang masih agak berkabut, Shirazumi mendekati jasad gadis itu dan menyentuh bahunya.
Tiba-tiba, dari tangannya yang menyentuh jasad itu, muncul api berwarna putih. Dengan cepat, api putih itu menutupi seluruh tubuh jasad gadis itu. Setelah itu, tak lama kemudian api itu berubah warna menjadi api biru, kemudian api itu lenyap.
Setelah api itu lenyap, jasad gadis itu tidak terlihat terbakar sama sekali. Malah, semua luka di tubuh gadis itu kini menghilang seakan tak pernah terluka. Semua darahnya pun menghilang. Yang tak berubah hanyalah pakaian gadis itu yang sudah rusak dimana-mana dan... Gadis itu tetap tak bernafas. Tetap menjadi jasad tak bernyawa.
Beberapa detik setelah api itu lenyap, Shirazumi roboh dan kembali tak sadarkan diri di samping jasad gadis yang seharusnya menjadi 'makanannya'.
.
.
.
Muzan terus menyaksikan apa yang sedang dilakukan Shirazumi. Dia merasa bingung dengan sikap Shirazumi yang seakan sedang mencari sesuatu. Juga saat gadis itu tiba-tiba menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thousand of Tears
Fanfiction#1 In DEMONSLAYER (Oktober 2020, Bahasa Indonesia) ~Alur cerita ngikutin komik dengan penambahan OC dan sedikit (atau banyak) perubahan jalur~ Kamado Shirazumi adalah Anak pertama dari 7 bersaudara.Adik laki-lakinya yang bernama Tanjiro menjadi kepa...