Shirazumi melihat ke sekeliling berusaha menemukan sumber suara lembut itu. Tapi tak ada siapa-siapa di tempat itu selain Shirazumi dan Tanjiro.
Berikutnya terdengar Tanjiro berbicara dengan 'arwah' itu seperti sedang berdebat. Kemudian kembali Tanjiro diserang bertubi-tubi. Menurut suara yang didengar Shirazumi, Tanjiro akan menjadi lebih kuat. 'Mungkinkah ada seseorang yang sedang melatihnya?' Ucap Shirazumi dalam hati.
Suara yang lembut tadi terdengar lagi oleh Shirazumi. "Tenanglah. Aku tahu kau tak bisa melihat kami. Tapi kau bisa mendengar suaraku. Kami berdua akan membantu adikmu agar bisa membelah batu itu. Namaku Makomo, yang sedang bersama adikmu itu Sabito".
Tak disangka, Shirazumi tak terlalu terkejut dengan suara itu. Adiknya kini tengah melawan arwah gentayangan.
Selagi mendengarkan Makomo, Tanjiro dikalahkan oleh Sabito hingga tak sadarkan diri. Dia segera menghampiri adiknya yang telentang dan tak sadarkan diri.
Setelah memastikan adiknya baik-baik saja, Shirazumi menarik nafas lega. Dia ingin membawa Tanjiro kembali ke rumah Sakonji, tapi tubuhnya tak kuat mengangkat Tanjiro yang lebih berat darinya.
Shirazumi tak bisa membawa Sakoni karena pria tua itu sedang pergi ke desa membeli beberapa barang dan menurut pesannya, dia tak akan pulang hingga besok siang.
Tak ada pilihan lain, Shirazumi harus menunggu adiknya tersadar. Hingga matahari tenggelam, Tanjiro tak kunjung sadar. Shirazumi semakin khawatir.
.
.
.
Akhirnya, saat matahari tergantikan oleh bulan sabit, Tanjiro tersadar. Belum apa-apa dia langsung meracau mengenai anak laki-laki yang telah mengalahkannya itu. Tentang seberapa kuatnya dia, seberapa bagus gerakannya.
"Nee-chan! Apa Nee-chan melihatnya!? Gerakannya sangat bagus. Sangat rapih. Tak ada satupun gerakannya yang sia-sia. Aku ingin menjadi sepertinya!!?" Tanjiro berkata dengan semangat.
Shirazumi tak bisa menjawab adiknya itu karena di tak benar-benar melihat pertarungan singkat antara Tanjiro dan Sabito.
Tanjiro mencium bau yang tak biasa dari kakak perempuannya. Wajah Shirazumi yang tak tertutupi oleh topinya itu tersenyum kecil seperti menyembunyikan sesuatu.
"Nee-chan. Apa Nee-chan menyembunyikan sesuatu dariku?" Tanya Tanjiro sambil sedikit mengerutkan dahinya.
Shirazumi langsung mengubah raut wajahnya dan berdiri dan melipat tangannya di dada dan berkata "Ngak sopan! Nee-chan ini perempuan. Pastinya punya banyak rahasia"
Tanjiro menatap kakak perempuannya itu dengan agak terkejut. Dua detik berlalu dengan kesunyian kemudian terdengar tawa. Shirazumi dan Tanjiro tertawa karena tingkah mereka sendiri.
.
.
.
Shirazumi dan tanjiro berjalan bersama kembali ke rumah guru mereka. Selagi berjalan, dua kakak adik itu saling berbincang.
"Nee-chan, apa aku bisa jadi kuat seperti orang tadi?" tanya Tanjiro pada kakaknya. Dia belum sadar kalau Shirazumi tak bisa melihat Sabito.
"Jangan pakai kata 'orang itu'. Mereka punya nama. Sabito, dan Makomo". Jawab Shirazumi menasihati.
"Nee-chan mengenalnya? Eh, tunggu. Ada dua orang?" Tanya Tanjiro bertubi-tubi. Tanjiro baru bertemu dengan Sabito, karena itu dia tidak tahu kalau ada satu orang (arwah) lagi tadi.
"Aku tak tahu. Anak perempuan bernama Makomo yang memberitahuku nama mereka. Oh iya. Lebih baik jangan katakan mengenai Sabito dan Makomo pada Urokodaki-san". Shirazumi berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thousand of Tears
Fiksi Penggemar#1 In DEMONSLAYER (Oktober 2020, Bahasa Indonesia) ~Alur cerita ngikutin komik dengan penambahan OC dan sedikit (atau banyak) perubahan jalur~ Kamado Shirazumi adalah Anak pertama dari 7 bersaudara.Adik laki-lakinya yang bernama Tanjiro menjadi kepa...