01

17.6K 2.2K 429
                                    

"mamahhh, tasnya reito dimana? Kok ga ada dimeja???" Minhee menengok sang anak yang sedang menarik narik celananya. Meminta perhatian si mamah yang sedang menggoreng nugget untuk bekal putranya sekolah.

"Kemarin kan kamu sembunyiin tas kamu biar ga dibuka aunty hyewon. Kok sekarang malah balik mama yang ditanya?" Minhee menjawab anaknya, tangannya masih luwes membalikan nugget yang dimasaknya.

Tak lama setelahnya, sang putra berlari tergesa gesa menuju kamarnya. Membuat sang mama hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

5 tahun terakhir adalah tahun tahun sulit kang minhee. Setelah pengakuannya pada kedua orangtua, minhee diasingkan ke jeju selama 3 tahun bersama sang kakak perempuan yang ikut serta menemaninya.

Ayahnya tentu sangat marah besar. Putra bungsunya yang masih berusia 18 tahun datang ke hadapannya mengaku hamil dengan enggan menjawab siapa nama sang ayah si jabang bayi. Minhee mengaku jika sang ayah si jabang bayi enggan bertanggung jawab dan meminta minhee untuk mengugurkannya. Bohong jika ia bilang orangtuanya tak kecewa.

Sang mama bahkan menyibak kaos sang anak, memastikan perut putra bungsunya terasa keras akibat dinding rahimnya yang mulai membuat dinding pertahanan untuk calon cucunya kelak.

Raungan sang mama masih jelas diingat oleh putra bungsu keluarga kang tersebut. Minhee masih ingat dengan jelas saat sang mama menyalahkan dirinya sendiri yang terlalu sibuk bekerja serta suara papanya yang masih mencoba mengetahui siapa nama laki laki yang berani menghamili anaknya.

Semuanya menangis, minhee dipeluk oleh sang kakak perempuan dan mamanya. Keduanya berusaha membujuk sang kepala keluarga untuk berhenti menekan si bungsu kemudian si sulung yang menenangkan ayahnya hingga tuan kang akhirnya menyetujui minhee untuk merawat sang buah hati dengan syarat si bungsu harus pindah ke jeju, ke rumah sang nenek.

Minhee hidup dengan baik di jeju, sang nenek menerimanya dengan sukacita, sang kakak tercinta yang ikut menemani masa kehamilan adik bungsunya yang jauh dari seoul.

"Mamahh, tasnya sudah ketemu" lamunan minhee berhenti, ia mengangkat nugget dari wajan dan meniriskannya sebelum berbalik ke belakang. Disana dia melihat sang putra sedang bermain dengan kang hyewon, kakak perempuan minhee di sofa ruang tamu. Meskipun sudah pindah ke seoul, hyewon tetap bersikeras menemani sang adik tinggal. Ia ingin menjaga keponakan dan adiknya, menebus kesalahan dimasa lalunya.

"kamu ke restorannya jam 9 kan? Kalo gitu kakak aja yang nganter si krucil ini ke sekolah, sekalian mau ke toko. Kakak ada pesenan bunga banyak buat pagi ini jadi jam segini udah berangkat" minhee mengangguk, memasukan nugget nugget dan potongan brokoli ke dalam kotak bekal anaknya. Ia kemudian menggandeng tangan putra tunggalnya menuju pintu, memastikan semua barang si anak sudah terbawa sebelum mengecup pipi kiri putranya.

"Jangan nakal, nurut sama bu guru. Jadi anak yang baik disekolah, ya? " Reito mengangguk, mata besarnya ikut tersenyum bersama bibir sebelum mencium balik pipi kanan ibunya.

"Reito ga bakal nakal kok" katanya. Minhee tersenyum, tangannya melambai pada sang putra dan kakaknya yang sudah siap berangkat.

"Hati hati, nanti om daniel yang nganter reito ke restoran. Jangan minta eskrim lagi ke omnya, kamu udah pilek " reito mengangguk, si anak bahkan melayangkan flying kiss yang dibalas kekehan ibunya.

"Aunty, tadi mama ngelamun di dapur. Apa mama lagi sedih?" Kang hyewon menatap sang keponakan, bibirnya tersenyum tipis. Reito memang sangat peka tentang apapun yang berkaitan dengan sang mama. mulai dari bagaimana mood sang mama sampai kuatnya instingnya saat reito menemukan sang mama pingsan ditempat kerja.

Hyewon mengingatnya dengan jelas, sang keponakan merengek bahkan menangis meminta bertemu mamanya di restoran bahkan melupakan ajakan membeli eskrim auntynya saat ia merasa sang mama tak baik baik saja. Dan benar, minhee ditemukan tergeletak dikamar khusus yang ada di restoran.

"Aunty lihat kan? Tadi mama bahkan menjatuhkan kotak bekal reito. Apa mama baik baik saja?"

"Mama ga papa, kemarin ada sedikit masalah di restoran. Rei jangan khawatir ya" helaan napas sang keponakan terdengar, ah betapa beruntung adiknya itu bisa mendapat putra seperti reito.

Hyewon tentu tahu apa yang menganggu pikiran adiknya. Tepat hari ini, minhee memilih membesarkan sang putra sendirian. Tepat 5 tahun lalu adiknya mengaku hamil, keluar dari sekolah, dan diasingkan ke rumah nenek mereka.

Hyewon melihat semuanya dengan jelas, beberapa kali ia melihat sang adik meremas tangannya kuat kuat. Menahan semua gejolak hatinya sendiri pagi ini. Namun ia tak bisa berbuat apa apa, sang adik bahkan masih bungkam tentang siapa ayah dari putranya.

Minhee memilih menutup telinga dan mengalihkan topik saat semua orang bertanya siapa ayah reito. Syukurnya sang keponakan seolah mengerti dengan semuanya. Ia tak pernah bertanya siapa ayahnya, ia bahkan tidak pernah menyebut kata ayah dihadapan sang ibu meski terkadang hyewon diberi pertanyaan tentang siapa ayah reito.

" Yen, nanti tolong titip reito ya. Hari ini kak daniel yang jemput, tolong suruh buat ga ngajak reito beli eskrim lagi. Kemarin reito udah bersin bersin, nanti takutnya keterusan jadi sakit" choi yena, si guru mengangguk tanda mengerti.

Hyewon berjongkok sebentar dihadapan sang keponakan. Menatap mata besar keponakannya sembari merapikan rambut lebat putra adiknya. "Inget pesan mama, jadi anak baik baik disekolah" hyewon mengecup pipi sang keponakan sebelum berdiri dan meninggalkan taman kanak kanak tempat sang keponakan bersekolah.

" Seonsangnim!!!" Yena yang barusaja menggandeng tangan reito menuju kelas langsung berbalik. Ada seorang gadis kecil memanggilnya sambil berlari kencang, dikuti oleh laki-laki dewasa dibelakangnya.

"Ssaem, eunbin juga ingin digandeng" gadis kecil tersebut mengulurkan tangannya, meminta sang guru menggandengnya.

"Eunbin ah, papa ga ngajarin eunbin buat kayak gini ya" gadis bernama yuna tersebut mengerucutkan bibirnya

"Maaf, eunbin sedikit tidak sopan" yena menggelengkan kepalanya, "tidak apa apa pak, eunbin masih anak kecil. Sudah hal wajar"

"Papa lihat, kemarin eunbin cerita ke papa kalau ada teman eunbin yang mirip papa namanya reito. Lihat, reito benar benar mirip dengan papa kan?" Eunbin menunjuk reito yang sedari tadi menatap pria dewasa yang bersama eunbin. Mata besarnya bertemu dengan mata laki laki dewasa tersebut.

Reito memilih diam, berusaha mengalihkan pandangannya kemanapun. Sementara hwang yunseong, si laki laki dewasa masih menatap reito tanpa berkedip. Kenapa anak ini terasa sangat familiar? Batinnya.

"Siapa namamu?" Pertanyaan mengambang dari mulut ya akhirnya keluar

" Bukankah eunbin sudah menyebutnya tadi? Papa lupa ya?" Eunbin menyela, menatap penasaran sang papa yang sepertinya tertarik dengan temannya

" Reito , jika paman masih ingin bertanya. Namaku reito" akhirnya sang anak menjawab

"Ssaem, bel sudah berbunyi. Ayo kita masuk kelas" reito kemudian berlari mendahului gurunya untuk masuk kekelas. Entah, ia merasa sedikit tidak nyaman dengan papa eunbin. Yena menatap kepergian reito kemudian membungkuk, "maaf yunseong-ssi, reito memang sedikit tertutup. Saya akan membimbingnya dengan lebih baik nanti" yena berjalan menuju jelas dengan eunbin dengan si gadis kecil yang melampaikan tangannya pada sang papa.

Sementara yunseong, perasaannya sedang tidak dalam keadaan baik. Ada sedikit ketidaknyamanan saat melihat respon reito terhadapnya.





Reito terlihat sedikit berbeda, ada sesuatu yang menarik yunseong untuk mengetahui apa dan siapa anak laki laki tersebut.



Tbc

Our Baby - HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang