15

9K 1.3K 94
                                    

"boleh ya ma? Yaaaa.... Boleh ya? Rei pengen liat dedek" sudah lelah minhee mendengar rengekan anaknya.

Kemarin malam son menelepon dan secara tidak sengaja reitolah yang mengangkat teleponnya. Si kecil mendengar sang ayah yang mengoceh tentang bagaimana ia menenangkan anaknya, lalu reito langsung sadar jika sang adik sudah lahir. Dan disinilah dia sekarang, merengek tak mau berangkat sekolah sampai sang mama bilang bahwa mereka akan menjenguk putra dari ayahnya.

"Rei sayang, thailand jauh lho. Mama gamau kamu kenapa napa pas naik pesawat nanti" kata minhee. Ia khawatir karena menurutnya, sang anak masih belum cukup umur dan belum siap untuk menyebrangi lautan dengan pesawat terbang.

"Mama.."dipelupuk mata sang putra sudah terlihat bulir bulir airmata yg siap jatuh.

Astagaa, minhee semakin pusing jika begini.

"Coba sini minta ijin sendiri sama papa, itupun kalau diijinin" minhee akhirnya menyerah, ia memberikan handphonenya pada sang putra, tentunya setelah mendial nomor sonjae terlebih dahulu.

"Papaa......" Minhee mendengus, putranya langsung memberikan nada memelas untuk yang diseberang telepon. Belajar dari siapa dia?

"Rei mau jenguk adik bayi" minhee memilih menyandarkan kepalanya di tempat duduk, melihat putranya memelas pada sang ayah ditelepon

"Tapi rei pengen liat..."

"Gamauuu, Rei Pengen liat adek sekarang"

Sesaat setelah itu, reito langsung menatap sang ibu. Ia menyerahkan handphone pada sang mama.

"Kamu berani ajak rei terbang ke sini?" Minhee menggeleng. setelah sadar jika son tidak mungkin melihatnya, ia langsung menyahut. "aku ga berani, kamu tau kan rei masih kecil" katanya

"Mamaaa...." Pusing kepala minhee mendengar tangisan anaknya. Sepertinya reito mengerti jika sang mama tidak mau pergi.

"Tapi kalo aku ga ajak, dia bakal terus terusan nangis. Reito kalo ngambek kan suka aneh aneh" yang diseberang menghela napas.

"Papa aku juga mau kesini kamis depan, kamu mau ikut berangkat sama papa? Rei sama papa kan nurut. Ga bakal macem macem" minhee terdiam sebentar

"Papa kamu ga langsung ke thailand pas baby lahir?"

"Enggak, waktu itu papa lagi meeting penting. Perusahaan lagi sibuk sibuknya, aku ga mungkin bisa handle karena istri aku masi masa penyembuhan, jadi ya Baru kosong sekarang. Yang kesini cuma mama sama kakak doang" minhee mengangguk

"Tuh kan mamaaaaa, kakek aja kesana. Masak rei nda bolehhh" minhee mendengus, anak siapa sih? Kok gini banget?

"Gausah sok sokan gatau dia kayak siapa, kang reito itu anaknya kang minhee. Dia batu, persis kayak kamu" minhee memutar bolamatanya malas. Boleh tidak ia gadai saja orang ini?







Yah selingkuhan saya jangan digadai





"Mama, pengen liat dedek"

"Iya iya, minggu depan, kamis depan. Udah gausah nangis, nanti mama ga jadi ngajak" son yang diseberang sana langsung tergelak mendengar pekikan senang sang putra dan dengusan malas dari minhee ditelepon. Lucu sekali ibu dan anak ini

Reito memang tahu jika son bukan ayah kandungnya, sebuah ketidak sengajaan saat son masih mencoba bertanya tentang siapa ayah dari reito pada minhee dan si anak mendengarnya. Si kecil reito pertamanya menangis dengan keras, diikuti oleh minhee yang menangis menyesal karena telah memberi anaknya keadaan seburuk ini. Semuanya berakhir dengan son yang memeluk reito, menenangkan sang putra dan meminta reito untuk tidak berpikir aneh aneh tentang dirinya.
Son lah salah satu alasan reito tetap bungkam meski ia tak tahu siapa ayahnya. Diam diam son meminta si kecil untuk tetap diam didepan sang ibu, dan reito kecil menyanggupinya. Sang anak tak ingin melihat ibunya menangis keras lagi seperti apa yang sang ibu lakukan saat pertamakali memberitahu secara tak langsung jika rei bukanlah anak kandung papa kesayangannya.

Our Baby - HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang