03

13.1K 1.9K 266
                                    





"Dongpyo?" Minhee terkejut. Dihadapannya kini ada sang sahabat lama yang menatapnya dengan raut sendu dan mata berkaca kaca.

" Lo nutupin ini sendiri? Kenapa ga ngasi tau gue? Siapa gue bagi lo? Lo bilang kita sahabat, tapi lo ga mau bagi masalah lo, gue bahkan baru tau lo punya anak. Kenapa ga cerita? Kenapa gue harus tau dari orang lain?" dongpyo menubruk badannya, memeluk sang sahabat yang menghilang hampir 5 tahun dari hadapannya. Airmatanya tak terbendung, melampiaskan semua emosi yang ia tahan beberapa tahun terakhir.

Minhee akhirnya mengajak dongpyo ke salah satu meja di pojok restoran, dengan dongpyo yang memegang tangannya erat seolah tidak ingin dilepaskan

" Jelasin semuanya" minhee mengangguk, ia menyerahkan tissue untuk sahabatnya sebelum memulai cerita.

"Gue hamil. Papa anak gue gamau tanggung jawab, gue bilang ke orangtua dan gue diusir sama orangtua. Gue dipindah ke rumah nenek, kak hyewon ikut kesana buat jaga gue. Gue baru balik ke ibukota kurang lebih 2 tahun lalu. Gue ga bisa bilang ke kalian, takut beritanya nyebar" minhee menjelaskannya dengan satu tarikan napas, tentu saja setelah menghilangkan beberapa cerita asli yang ia alami.

Minhee bisa lihat dongpyo sedang terdiam kaku, ia diam diam melihat bagaimana dongpyo kini menatapnya dengan wajah shock plus tatapan sendunya yang seakan menusuk minhee. Kang minhee merasa bersalah menutupi ini.

"Gue gapapa, gue hidup dengan baik. Lihat kan? Anak gue juga gapapa, dia selamat. Gue ga gugurin dia seperti apa yang ayahnya minta" minhee akhirnya bersuara lagi.

Dongpyo, dengan tangan yang gemetar kemudian perlahan menyentuh tangan sahabatnya dimeja. Menunduk kemudian menangis kembali membuat minhee panik dan refleks mendekat lalu memeluk sahabatnya.

"Pantesnya gue yang nangis, kok jadi elo sih. Udah pyo, gue gapapa. Beneran" minhee menepuk nepuk punggung sahabatnya.

Setelahnya, dongpyo melepaskan pelukan minhee. Tangannya terulur, menyentuh perut datar sahabatnya sebelum menatap manik jernih pemuda kang tersebut.

"Siapa ayahnya?" Minhee tertegun, ekspresi wajah dongpyo terlihat lebih dingin. Ia tidak menyangka respon sahabatnya akan seperti ini. Minhee memilih diam, masih ingin bungkam.

"Gue tanya hee, siapa orangnya? Yang berani ngelakuin ini ke elo tanpa mau tanggung jawab" minhee menggeleng, meremat tangan dongpyo

"Mau liat reito? Dia lagi tidur sekarang. Baru aja tidur, tapi gapapa kok kalo mau liat. Anak gue tidurnya kayak kebo, mau ada gempa pun dia ga bakal bangun" minhee menarik tangan sang sahabat, berusaha mengalihkan topik ayah dengan mengajak pemuda yang lebih pendek menuju kamarnya.

Dongpyo menghempaskan tangan sahabatnya. Menatap minhee tajam seolah masih menginginkan jawaban dari pertanyaannya.

"Lo bakal tau siapa setelah liat anak gue" minhee menarik dongpyo lagi hingga mereka sampai disebuah pintu.

Minhee membukanya perlahan. meski sang anak kebo, naluri ibunya tetap meminta untuk membuka pintu secara perlahan, memastikan sang putra tercinta tidak terusik oleh kehadirannya.

Dongpyo dan minhee duduk ditepi kasur, dengan minhee yang mengelus pucuk kepala putranya sambil tersenyum teduh. Sementara pemuda 23 tahun lainnya masih menatap si kecil yang tidur dengan raut wajah tak percaya. Meski putra sahabatnya sedang terpejam, fitur wajahnya benar benar memberitahu siapa ayahnya. Ayah yang memilih lari dari tanggung jawabnya.

"Sedih ya, gue rawat anak gue dengan tangan gue sendiri tapi pas keluar malah mirip ayahnya. Persis kayak meme yang waktu ini gue baca" minhee mengelus pipi gembil putranya, mencoba menepis perasaan sesak yang dialaminya sekarang.

Our Baby - HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang