Minhee bisa merasakan bagaimana perutnya seperti teraduk setelah sesaat ia masuk ke kamar yunseong. Demi apapun, sepertinya bayi mereka ikut shock melihat bagaimana lebam ungu di tubuh yunseong sekarang. Belum lagi laki laki ini masih memaksa datang ke sini setelah mendapat hadiah dari ayah dan juga kakak tertuanya.
Minhee menyentuh luka sobek di bibir yunseong, terkejut saat yang sedang menutup mata itu kini berjengit dan memandang lekat dirinya
"Sakit?" Minhee bertanya lirih
Yunseong menarik tubuh minhee yang duduk di pinggir ranjangnya lalu memeluk yang kini berbadan dua.
"Ga sesakit apa yang kamu rasain pas aku bilang itu " minhee menutup mulutnya dan memejamkan matanya
"Aku kemarin minta ijin buat nikahin kamu, sorry for my lateness" yunseong melepaskan pelukannya
"Gimana kabar kalian?" Minhee dengan mata berkaca kaca menjawab,
" Kami baik baik aja"
"Can i touch-"
"You can, dia juga anak kamu" minhee sudah menangis, pelan pelan membawa tangan yunseong menuju perutnya
"Perut kamu lebih besar daripada perut kak minhyun dulu" yunseong dalam hati menyapa sang bayi yang masih tidur nyenyak di perut ibunya
"Itu karena reito udah pernah minjem perut aku untuk dia tinggal, perut aku udah menyesuaikan diri untuk jadi rumah buat adiknya rei" yunseong tersenyum mendengar jawaban minhee
" Setelah banyak buruk hal yang aku lakuin ke kamu beberapa tahun ini apa masih ada kesempatan buat aku nikahin kamu?" minhee tak menjawab
" Aku sadar aku ga bawa banyak kebahagiaan buat kamu bahkan ke anak anak kita. Aku perlakuin kamu ga baik saat kita pacaran, bahkan setelah kamu mau ngerawat darah dagingku sendirian. Kalo kamu ga bisa, aku gapapa. Kamu bisa dapat laki yang lebih baik dari aku" keduanya terdiam setelahnya sebelum tawa lemah yunseong terdengar
"Aku bahkan ngajakin kamu nikah pas keadaanku lagi kayak gini. Kurang bego apalagi aku?" Elusan yunseong mulai berhenti, sadar jika minhee memilih diam, dan yunseong menganggap cara diam minhee adalah tolakan secara halus dari ibu hamil didepannya ini.
Minhee menarik tangan yunseong yang barusaja berhenti menyentuh perutnya, yang membuat si empunya terkejut
"Jangan, masih kangen katanya" minhee terkekeh dengan kata katanya sendiri dengan airmata yang masih turun
"Mereka butuh kamu, bisa apa aku selain nerima kamu?" Yunseong tersenyum tipis
"Kamu bego, tapi aku lebih bego. Orang lain ga maafin kamu, tapi aku maafin kamu semudah ini. Iya kan?" Minhee menangis ditengah tawanya
Ya tentu saja menertawakan dirinya sendiri
"Tapi mau gimana? Sesakit sakitnya aku setelah kamu sakitin, aku tetep bego, temoat kamu ga berpindah meski otak aku udah minta kamu pergi" yunseong mengangguk, menghapus airmata minhee
"Mau tidur disampingku?" Minhee yang mengangguk sekarang, dia tidur disamping yunseong yang masih terbaring lemah
"Barusan minum obat pusing?" Yunseong mengangguk
"Kalo gitu, lanjut tidur aja. Obatnya bentar lagi kerja" yunseong memeluk minhee disampingnya, memberikan sedikit jarak pada kandungan minhee darinya
"Its okay, baby juga mau dipeluk papanya" minhee malah semakin mendekatkan tubuhnya pada yunseong dan membiarkan lelaki disampingnya mencari posisi nyaman sebelum menutup matanya
.
.
.
.
.
.
.
.
.Johnny menepuk pundak kang dongho pelan
"Mereka tumbuh dewasa bukan pada waktunya, kita harus membimbing mereka. Gimanapun, yunseong juga masih muda" dongho mendengus
![](https://img.wattpad.com/cover/202802826-288-k867216.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby - HWANGMINI
Fanfiction"ya elo emang gampang gue ajak tidur kan? bisa aja lo juga gitu ke orang lain" "kalo ga mau tanggung jawab gausah ngeles, gue bakal rawat dia sendiri supaya pas dia lahir nanti dia bisa tau sebejat apa ayahnya dulu" iya, ini tentang kang minhee yan...