02

13.8K 1.9K 218
                                        

Gimana tadi dianter papa yunseong?" Eunbin menatap sang nenek yang sedang memangkunya.

"seneng, tadi eunbin nunjukin temen eunbin yang mirip banget sama papa. Namanya reito nek, nenek tahu kan? Papa juga udah kenalan" eunbin menjawab pertanyaan neneknya dengan ceria, ia menggoyang goyangkan pantatnya dalam pangkuan sang nenek.

"Temen kamu beneran mirip sama papa? Kok nenek ga pernah liat tuh. Biasanya kan nenek yang nganter"

"Ada, reito biasanya keluar jelas nek. Kalau jam bermain reito pasti menggambar, lalu setelah masuk reito bakal ngasi gambarannya ke yena ssaem" sang nenek terdiam,ia menatap cucunya

"Benar begitu? Wah papa yunseong juga begitu saat kecil dulu. Nenek sampai membeli banyak buku gambar untuk papa yunseong saat ia kecil" raut wajah sang cucu terlihat semakin cerah, matanya berbinar setelah mendengar apa yang diucapkan sang nenek

"Wah reito juga begitu, reito bahkan bilang ia sampai dibeli bekal oleh mamanya dan selalu diingatkan yena ssaem agar makan karena terlalu asik menggambar. Apakah menggambar memang semenyenangkan itu nek?" Eunbin bertanya pada sang nenek

"Coba tanya papa sana, nenek ga suka menggambar" eunbin mengangguk, sepulang papanya kekantor, ia akan segera bertanya pada sang papa.





"Gimana sekolah hari ini? Kamu gambar apa lagi sayang?" Daniel menggandeng tangan sang keponakan menuju restoran. Reito mendongak menatap sang paman,

"hari ini reito menggambar Dania, Daddynya Dania, dan Mommynya Dania. Ada adik juga diperut mommy" Daniel terkekeh, mata keponakannya terlihat selalu bersemangat saat ditanya tentang hasil gambarnya.

Padahal seingatnya, garis keturunan kang tidak baik dalam menggambar. Dulu si adik bungsu bahkan selalu mengeluh saat diminta membawa buku gambar lengkap dengan crayon besar untuk mewarnai. Reito benar benar berbeda dengan sang ibu.

Bohong jika Daniel tak penasaran tentang siapa ayah sang ponakan. Tapi saat sang adik yang selalu bercerita apapun tentang hari harinya tiba tiba menjadi bungkam, Daniel membiarkannya. Tak ingin memaksa karena, ya semuanya sudah terlanjur. Tugasnya sekarang adalah menebus kesalahannya dan membantu sang adik bangkit lagi.

Daniel pernah mencoba menyelidikinya. Bertanya pada semua teman Minhee tetapi tak satupun yang menjawab. Apa adiknya diperkosa? Minhee juga tidak mau mengakui siapa ayah dari anaknya. Apa minhee takut menceritakannya? Pertanyaan pertanyaan tanpa jawaban memenuhi kepala si sulung kang saat ini.

"Apa mama suka menggambar dad?" Daniel menarik senyumnya. "Mama suka melihat gambar. Reito tau komik kan? Dulu mama reito selalu meminjam komik milik daddy, dia suka melihat gambar" mendapat nilai 75 saja minhee sudah bersyukur saat itu, batin daniel.


Minhee memang tak bisa menggambar, karena itulah dia mengagumi seseorang yang sangat pintar menggambar

"Mama, senin nanti akan ada pekan olahraga. Semua murid diminta membawa orangtua. Mama bisa datang?" Reito mendongak menatap sang mama yang sedang mengelus rambut halusnya. Mereka sedang ada di restoran saat ini.

Minhee sengaja membuat kamar khusus untuk dirinya dan reito, kamar khusus saat dirinya atau reito ingin tidur siang.

"Kita akan berlomba?" Sang anak mengangguk mengiyakan.
"Oke, mama bakal dateng. Reito mau ajak aunty juga?" Reito berpikir sebentar sebelum mengangguk.

"Aunty bisa menjadi penyemangat" minhee terkekeh mendengar jawaban polos sang anak.

"Reito mau tidur siang?" Reito mengangguk. Minhee kemudian membiarkan anaknya mengambil posisi nyaman untuk tidur.

"Tapi mama temenin ya sampe Rei tidur" minhee mengangguk, ia merapikan baju sang anak agar tak tersingkap. Reito sudah mengganti baju seragamnya. Minhee sengaja menyediakan beberapa bajunya serta baju sang anak di restoran, yah restorannya memang tampak seperti rumah kedua untuk dirinya maupun anaknya.

Reito akan diantar menuju restoran selepas sekolah, ia akan mengerjakan pekerjaan rumah disana. Kadang Daniel akan mengajaknya ke mansion kang. Kedua orangtuanya memang menerima cucu pertama mereka. Melihat seberapa gigih putra bungsu mereka mempertahankan si buah hati akhirnya membuat keduanya luluh, apalagi tatapan polos sang cucu membuat mereka menahan gemas.

Bagaimanapun juga, sang cucu juga korban. Ia hidup tanpa sang ayah biologis, keadaan memaksanya untuk memaklumi hal tersebut.

"Jangan cepet gede ya sayang, mama masih pengen gandeng tangan kamu pas nyebrang jalan " minhee mengecup dahi putra tunggalnya sebelum meninggalkan kamar. Membiarkan sang putra bergelung di dunia mimpi.

"Loh kak, rei udah bobo?" Minhee mengangguk. Ia menatap sekeliling restorannya, hari ini pelanggan lumayan ramai.
"Hari ini emang lumayan rame kak, tadi kak kangmin sampe kewalahan" keum donghyun, salah satu karyawan kepercayaannya.

Minhee mengangguk, fokusnya kembali pada buku yang mencatat semua kebutuhan serta keuangan restorannya. Ia memang mengurus restorannya sendirian, ia merintis usahanya dengan tangan sendiri. Minhee yang saat hamil sedang berada di kelas akhir menengah atas akhirnya mengambil home schooling, mengambil ujian paket C dan kuliah sambil membesarkan sang putra. Setelah lulus ia memutuskan untuk membuat sebuah restoran dengan berbekal hasil kuliahnya dan didukung daniel dengan memberi adiknya pinjaman modal.
Dan disinilah minhee sekarang. Di salah satu restorannya. Ia mempunyai 2 restoran dengan satunya lagi berada di jeju.

Minhee memang sengaja pindah ke seoul. Ia tak selamanya meninggalkan kota tercinta saat sang putra harus mendapat pendidikan yang lebih tinggi yang hanya bisa didapatkan di ibukota. Minhee juga sengaja tak tinggal dengan orangtuanya, ia masih merasa bersalah pada keduanya tentang kesalahan yang ia buat dimasa lalu.

"Kak, waktu ini ada yang cari kakak. Katanya sih temennya kakak" minhee menatap donghyun yang tiba tiba membuka topik pembicaraan asing. Selama di seoul, ia tak terlalu banyak berinteraksi dengan orang orang. Ia berusaha terlihat tak kasat mata untuk menjaga dirinya sendiri. Semenjak dikaruniai putra, ia selalu berhati hati pada seseorang. Takut mengulangi masa lalu atau bertemu mereka yang berasal dari masa lalunya.

"Dia bilang waktu ini kalo pengen ketemu kakak. Janjinya sih dia mau dateng ke sini lagi" donghyun masih melanjutkannya

"Jam berapa hyun?"




Kling....







"Oh, itu orangnya kak"




Tbc

Our Baby - HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang