"bangsat, gue kira bakal baku hantam. Kalo tau endingnya gini mah mending kita pulang aja tadi" midam menempeleng kepala suaminya
"Inget, anak kamu masih ada diperutku. Ga bagus anakmu denger popinya ngumpat" kata midam
Keduanya sedang ikut duduk di salah satu meja didekat yunseong dan minhee. Tentunya setelah midam mengganti seragam kerjanya, dan memakai masker. Keduanya ikut menyamar , seobin masih takut temannya pulang dengan keadaan nyawa yang sudah di awang awang.
Tapi apa? Laki laki brengsek itu malah dengan beraninya mencium korbannya sendiri. Ga abis pikir gue si minhee masih mau aja dicipok sama modelan manusia lempeng plus brengsek kayak yunseong batin seobin
Setelah sadar, minhee langsung melepaskan ciumannya secara sepihak. Tangannya langsung melepaskan pelukan yunseong dan berusaha pergi dari tempatnya. Yunseong yang sadar langsung menarik pinggang minhee, menguncinya hingga ibu satu anak itu menatap langsung ke matanya.
"Minhee, gue mohon banget. Seenggaknya kasi gue liat dia" kata yunseong, mata besarnya memelas persis seperti mata sang anak saat memohon sesuatu.
"Setelah 5 tahun hwang yunseong, dan lo baru dateng sekarang. Hati gue terlanjur busuk, ga ada yang bisa nyembuhin luka hasil perbuatan elo sampai sekarang. Seenggaknya biarin gue hidup normal, seenggaknya jangan lo ubek ubek lagi luka gue. Hidup gue 5 tahun ini udah berat banget hwang yunseong" nada lelah minhee benar benar membuat midam dan seobin yang ikut melihat drama mereka pun menjadi iba.
5 tahun menerima cacian, mencari uang untuk makan sang anak, menerima cibiran selama itu tidaklah mudah.
Jika diibaratkan, minhee seperti tentara tanpa alas kaki yang berjalan diatas bara api dengan memikul air untuk minum keluarga yang menunggunya. Ia harus menahan sakit di telapak kaki, lapar, malu akibat pakaiannya yang tak layak, dan matahari yang menusuk kulitnya."Untuk hal ini, kak minhyun yang sebegitu pinternya pun kalah sama minhee. Kak minhyun lebih milih nyerah" monolog midam, seobin yang mendengar kata istrinya langsung meremat tangan sang istri.
"Lo boleh liat dia, asalkan gue ga tau. Terserah lo, gue capek. Seenggaknya gue masih murah hati buat ngasi lo kesempatan ngeliat anak yang mau lo bunuh dulu kini bisa tumbuh tanpa ayah disampingnya" minhee langsung menghempas kasar tangan yunseong sebelum berlari kencang keluar dari restoran.
Yunseong langsung terduduk begitu saja. Tenaganya habis. Semua kata kata minhee seakan berputar putar dikepalanya. Cacian makian serta fakta yang terus ditekankan minhee membuatnya ikut sakit hati.
Pukkk
Yunseong langsung menatap seseorang yang menepuk pundaknya. Itu seobin serta midam yang ada dibelakangnya.
Keduanya tersenyum pedih, mereka duduk dibangku seberang yunseong sembari menatap ayah 1 anak itu dengan tatapan simpati.
"Adanya eunbin mungkin benar benar jadi karma singkat dan nyata yang tuhan kasi ke gue" seobin menatap sahabatnya yang sedang tersenyum pedih.
"Gue lagi berusaha buat bahagiain eunbin, lalu minhee dateng dan bawa rei dihadapan gue. Bin, gue gatau harus apa" yunseong meremat kepalanya, serasa ingin mencopotnya sekalian seakan ingin menghilangkan semua penat dalam pikirannya.
"Eunbin masih sakit?" Yunseong mengangguk menjawab pertanyaan midam.
"Setelah mamanya meninggal, daya tahan eunbin lebih cepat nurun. Dia bilang kepalanya sering banget pusing akhir akhir ini" seobin langsung mendekat pada sahabatnya. Mengelus pundak yunseong untuk memberikan empatinya.
"Gue gatau gue harus gimana, apa segini besarnya hukuman yang tuhan kasi ke gue? Kematiannya kak minhyun, sakitnya eunbin, terus sekarang minhee dan reito. Gue harus apa bin?" Midam ikut menangis mendengarnya.
Ia mengenal eunbin sangat baik. Sejak bayi, midamlah yang merawat gadis kecil itu layaknya putrinya sendiri. Midam yang setiap hari membantu yunseong memandikannya, membawanya imunisasi, bahkan eunbin pernah menyusu padanya walau pada saat itu dirinya masih belum bisa menghasilkan kelenjar susu.
Eunbin lahir dengan kondisi yang kurang baik. Bayi perempuan itu lahir saat usianya baru 7 bulan. Ia lahir dengan bobot yang sangat kecil juga terlihat lemah. Karena lahir sebelum waktunya, eunbin menjadi anak yang sangat lemah daya tahan tubuhnya. Gadis kecil itu benar benar mudah sakit. Sedikit terkena air hujan, eunbin akan langsung bertemu dokter setelahnya.
Itulah salah satu alasan kenapa yunseong tidak mencari minhee. Eunbin selalu menahan yunseong dengan penyakitnya, entah itu sekedar demam biasa atau yang sampai dirawat dirumah sakit.
"Gue bakal bantu lo deketin minhee. Ga janji bakal bikin minhee balik ke elo, tapi gue cuma berharap dengan bantuan gue, minhee seenggaknya ngasi lo ketemu reito dan ga ada yang namanya sembunyi sembunyian kayak gini" midam akhirnya bersuara. Seobin menatap sang istri tak percaya.
"Meski aku seorang ibu, aku tetep ga tega liat yunseong yang kepisah sama anaknya sendiri. Yunseong udah dapet karma, sekarang aku cuma bantu supaya dia bisa nebus kesalahannya dia" seobin mengangguk. Kembali menatap sang sahabat yang melamun.
"Midam bakal bantuin elo, udah sini. Gue anter lo balik kerumah dulu" seobin berusaha membangunkan tubuh besar yunseong.
"Gue gapapa, gue bisa pulang sendiri"
" Gue gamau ada berita tentang hwang yunseong kecelakaan karna lo bawa mobilnya pas lagi tanpa nyawa gini, udah ayo gue anter" yunseong akhirnya berhasil diseret seobin menuju mobil.
"Minhee goblok, mau maunya lo dicium anjing" entah sudah berapa kali minhee mengumpat. Karena demi apapun, kenapa dia bisa mau mau aja sih dicium yunseong?!?!?
" Padahal dia masih brengsek hee, dia bahkan punya anak seumuran reito. Kenapa lo masih suka aja sih" minhee tak peduli jika ia dikira orang gila karena menangis selama hanpir 2 jam di bangku taman setelah mengumpat tadi. Pikirannya kacau, hidupnya yang tadinya masih berusaha ia perbaiki kini hancur sekejap setelah hwang yunseong kembali hadir.
Apa tuhan sebegitu dendam dengannya hingga tak membiarkan dirinya beristirahat sebentar?
Minhee langsung mengusap air mata serta menjernihkan suaranya saat dering telpon dari dongpyo tiba tiba datang.
"Hee, anak lo udah capek. Ngantuk katanya. Lo udah selesai? Kalo belum gue bisa temenin dia tidur dirumah elo bentar. Lo gapapa kan? Hee? Lo dengerin gue? Kang minhee"
"Iya, gue denger. Lo duluan aja ke rumah. Gue gapapa kok. Tolong temenin rei ya, anak gue ga bisa tidur kalo ga dikelon dulu" minhee berusaha menyamarkan suara seraknya, bagaimanapun ia tak ingin membuat dongpyo khawatir akan keadaannya.
"Lo beneran gapapa kan? Daritadi reito pengen balik jemput lo, katanya takut mama kenapa napa. Beneran kan hee lo gapapa?" Minhee tersenyum dalam sisa airmatanya, sang putra tetaplah yang pertamakali tahu jiks dirinya tak baik baik saja sekarang.
"Bentar lagi gue pulang, beneran kok. Nanti tolong minta anak gue ganti baju dulu ya. Bajunya mau langsung gue rebdem" minhee langsung berucap terimakasih setelah mendengar 'iya' dari sahabatnya.
Minhee menghela napasnya panjang. Ya, ia tak boleh putus asa seperti ini. Ada reito yang bergantung padanya, pada ibunya.
Tbc
Mian aku baru apdet lagi
Sumpah aku ga ada ide sama sekali belakangan ingin. Belum lagi tugas numpuk terus ujian udah makin deket, kepala rasanya mau pecah aja huhuApa kabar? Hai tim penghujat hwang yunseong, apa kabar? Hehe
Yunseongku masih dihujat kah?Oiya kalo mau kasi masukan boleh kok, aku menerima masukan dengan baik karena aku juga masih belajar.
Masukannya bisa disini, hehe
So.........see you di next chapter?
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby - HWANGMINI
Fanfiction"ya elo emang gampang gue ajak tidur kan? bisa aja lo juga gitu ke orang lain" "kalo ga mau tanggung jawab gausah ngeles, gue bakal rawat dia sendiri supaya pas dia lahir nanti dia bisa tau sebejat apa ayahnya dulu" iya, ini tentang kang minhee yan...