Son mengusap perlahan lelehan airmata di mata sang anak. Kang reito tidak sengaja mendengar sesuatu tentang adiknya dan berujung son yang memberitahunya. Kejadiannya tadi malam. saat minhee tiba tiba bangun di tengah malam, berjalan dengan mata lelah menuju dapur berniat membuat susu. Son yang barusaja keluar dari kamar untuk mengambilkan reito air -minhee tidur sendiri sementara reito tidur bersama papanya bertemu dengan minhee. Karna tak tega, laki laki itu akhirnya membuatkan susu hamil untuk minhee, tak lupa sedikit mengomel karena minhee bilang tak bisa tidur jika tanpa reito.
Sebenarnya, son hanya takut jika saja rei tidak sengaja menendang perut ibunya saat tidur. Maka dari itu, ia membujuk anaknya untuk tidur bersama.
Reito yang merasa sang papa terlalu lama mengambil air pun mengintip dari pintu kamar dan mendengar semuanya. Tentang minhee dan calon adiknya yang akan lahir beberapa bulan kedepan, tentang kandungan ibunya yang lemah, dan tentang son yang meminta minhee untuk sekali lagi bertahan untuk satu bayinya, meminta minhee untuk melupakan bahwa sekali lagi hwang yunseong secara halus menolak anak kedua mereka.
Berakhir dengan si kecil yang tak tidur nyenyak dan terus bergerak tak nyaman hingga son menyadari ada yang salah dengan anaknya.
Lalu disinilah kita, menatap manik si kecil yang menangis. Mengasihani adiknya.
Son yakin, putranya pasti berusaha memecahkan beberapa hal yang disembunyikan pada dirinya. Ia mengusap alis sang anak yang tegang lalu menatap manik hasil hwang yunseong itu.
"Papa tau kamu mikir apa. Jangan banyak pikiran sayang, ini masalah orang dewasa. Rei harus bahagia dulu sebelum jadi orang dewasa kayak mama, papa dan orang dewasa lain yang udah punya masalah berat. Kayak yang dulu papa tugasin ke rei, tolong jaga mama kamu. Mama gatau kalau kamu tau soal adik, jadi jagain adiknya diem diem. Untuk soal papa kandung kamu, papa nda berhak cerita. Suatu saat, pas rei udah dewasa, rei pasti tau. Sekarang tuhan nda mau rei tau dulu, nurut sama tuhan ya? Anak papa kan anak baik" reito mengangguk meski sekali menelan rasa kecewanya pada siapapun.
"Rei abis nangis, pasti ngantuk. Ayo papa anterin cuci muka lagi, abistu rei minum airnya. Baru papa peluk lagi" rei mengangguk, tak menolak ketika son menggendongnya menuju kamar mandi.
----------+++++++----------
Minhee menatap potongan kecil buah kiwi di mangkoknya, lalu menatap sang anak yang sedang tersenyum manis setelah memberi potongan terakhir miliknya pada sang ibu.
"Mama waktu ini sakit, jadi rei kasi punya rei lagi. Kata papa, buah bagus untuk mama"
"Kok cuma sepotong?" Minhee pura pura cemberut, dalam hati sedang tertawa karena ia mengerjai putranya sendiri.
Tapi respon yang diinginkan minhee tak terjadi, si kecil malah berlari menuju dapur. Lalu kembali dengan membawa box yang penuh potongan kiwi dan memberikannya pada sang ibu.
"Tadi pagi, rei buat itu sama kakek. Papa ikut sebentar, abistu papa pergi kerja" mata minhee berkaca kaca. Entah karena hormon kehamilan yang membuat dirinya lebih sensitif atau gimana, ibu muda itu kini membuat raut wajah anaknya khawatir
"Mama kok nangis?" Minhee sedikit terkekeh. Sebenarnya ia menangis karena terharu, tapi melihat sang anak terlihat khawatir saat ia menangis, minhee jadi terkekeh. Baru ingat jika sang anak tumbuh menjadi pribadi perhatian dan memiliki wajah menggemaskan meskipun sedang khawatir.
"Mama terharu, anak mama makin pinter" minhee mengangkat sang anak agar duduk di pangkuannya, namun rei langsung menolak
"Kok gamau?" Reito menggeleng
"Reito udah besar, gamau dipangku" reito gamau adik rei sakit
Minhee menggeleng
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby - HWANGMINI
Fanfic"ya elo emang gampang gue ajak tidur kan? bisa aja lo juga gitu ke orang lain" "kalo ga mau tanggung jawab gausah ngeles, gue bakal rawat dia sendiri supaya pas dia lahir nanti dia bisa tau sebejat apa ayahnya dulu" iya, ini tentang kang minhee yan...