1. Utara Selatan

4.6K 157 4
                                    

Bagi sebagian besar siswa-siswi, kembali masuk dan menjalani hari sebagai pelajar adalah hal yang teramat membosankan. Namun berbeda dengan seorang gadis ikal satu bernama Alfattamora. Gadis dengan satu kata di namanya, menggambarkan pribadi dan wajah cantik yang di dambakan semua pria. Tapi sepertinya image-nya tidak sekeren yang kita pikirkan.

Sebagai anak tunggal, Alfattamora atau yang nyaman dengan sapaan Atta itu, tumbuh sebagai pribadi yang manja. Sikap kekanak-kanakannya sering kali membuat orang di sekitarnya terganggu. Rambut ikal dengan jepit hello kitty ia tunjukkan dengan bangga tanpa rasa malu.

Pagi itu, sekolah jadi ramai karena fenomena murid baru yang datang berduaan sambil gandengan ke sekolah. Icha sebagai teman Atta yang terkesan sinis menggelengkan kepala perlahan lalu berbalik badan saat menyaksikan kejadian itu.

"Kenapa balik badan?" tanya Atta, polos.

"Rese mata gua liat cabe-cabean ama pare-parean lagi bucin. Dikata SMA cuma buat pacaran apa?" jawab Icha.

"Oooh, ya emang masa remaja paling indah buat dijalani sama orang yang kita suka, kok." Atta memasang senyum kesengsem yang dibalas dengan pukulan pada ubun-ubun ala emak ke anak.

"Apaan sih lo, Ta! Eling-eling umat maneh ih, goblok!" bentak Icha merapikan baju dan berjalan pergi. Namun langkahnya tetiba dihentikan kasar oleh tarikan Atta.

"Eh, liat dulu tuh!" pinta Atta menunjuk pada barisan pria berjas biru.

Di SMA Tjraka, jas biru dengan logo OSIS di bagian lengan kanan menandakan almamater tugas OSIS. Setiap pengurus yang bertugas akan memakai jas tersebut.

Icha tersenyum miris. "Cha, sumpah Kak Aksa manisnya ga nahan, ..." bisik Atta pelan dengan senyum-senyum yang ga bikin nahan.

"Lo udah suka sama dia dari kelas 10 Ta. Sadar dikit lah! Udah yuk, gua mau nemuin Santo!" Icha berteriak dengan kasar demi menyadarkan Atta dari mimpi khayalnya.

Atta memang sudah menyukai pria yang cukup populer di kalangan wanita itu. Selain karena tampan dan berbadan bagus, Aksa adalah sosok yang diidamkan karena white heart-nya. Aksa menjadi lebih populer saat memilih untuk menjadi ketua ekskul volu. Hal itu membuatnya semakin disanjung dengan segala sisi baik yang ia tampilkan.

Senyum Atta tak berhenti mengembang, seirama dengan senyuman pria itu yang tak pudar saat menatap lawan bicaranya. "Ganteng banget, sih. Jadi gemes sama ibu bapaknya!" seru Atta mengepalkan kedua lengan di samping wajah.

***

Berbeda dengan Atta yang maha semangat menjalani hidup, sisi bertolak belakang yang juga memiliki wajah biasa dengan senyum luar biasa, muncul ke sekolah saat jam sudah menunjukkan pukul 8. Pria itu melepas helm-nya dan berjalan santai ke arah kelas yang ramai karena tak ada guru.

"Assalamualaikum." ucapnya pelan, hampir tak terdengar.

Seluruh mata seketika menatap padanya tanpa bergeming. Begitupun laki-laki yang kagum karena bisa mendapat satu kelas bersama pria kokoh.

"WAALAIKUMSALAM CALON IMAM!" teriak seorang gadis tanpa nametag dengan senyum bungah.

Pria itu hanya melirik tanpa bergeming, membuat seisi kelas dibuat kesal dengan angkuhnya.

Tak lama setelahnya guru masuk dan menanyakan kehadiran pria yang datang dengan santai tanpa merasa bersalah. Karena terlambat hari itu, ia jadi harus masuk ke BK dan menulis sejumlah surat pernyataan.

"Nama saya Saveri Alterito, biasa di panggil Ito. Dari XI MIPA 3, Saya berjanji tidak akan terlambat lagi. Jika saya terlambat lagi, saya akan menerima konsekuensi yang sesuai." Ucapnya dengan lantang sambil membaca hasil tulisnya di hadapan guru BK.

"Ito, ibu harap besok-besok kamu tingkatkan disiplinmu, ya. Kamu udah bagus kok dalam akademik, tinggal non-akademiknya. Ya, To?" ucapan panjang kali lebar guru konseling diabaikan oleh Ito yang justru kabur untuk membeli salad kesukaannya dan minuman dingin.

"ASSALAMUALAIKUM PAK KANTIN!" sapa sebuah suara khas dengan riangnya.

"Nape lagi elu, nong?" jawab Pak Hadi sebagai petugas kantin yang keheranan setiap kali melihat gadis dengan senyum lebar itu.

"Biasa lah, pak. Kak anu." bisik Icha dengan lirikan tajam pada Atta yang senyumnya masih belum usai.

"Eh, mau dong!" Atta menunjuk pada salad di genggaman Ito. Tentunya hal itu membuat Ito bingung dan mengangkat alis kanannya.

"Iya itu! MAU DONG!! MAU SALAD BUAH!" Atta berteriak ala anak kecil dan berlari ke arah Ito.

Tatapan Ito membulat, ekspresi kaget bin ngeri yang tak pernah terbayangkan oleh sekawanan orang yang mengenal Ito. Tiba-tiba suasana seperti hampa. Debu seperti berhenti mengudara dan oksigen tak lagi masuk ke pernapasannya.

Namun naas. Berharap berlari ke arahnya, Atta ternyata berlari untuk mengambil salad buah yang masih sisa banyak. Ia bersorak gembira, disertai wajah tegang Ito.

"Ini, pak! Total berapa?" Atta kembali ke arah Pak Hadi dengan lari kancil.

Ito membuang wajahnya, lalu menaruh uang pas tanpa banyak basa basi. Icha sebagai orang yang teramat sangat peka hal semacam itu, melirik pada Ito dengan sinis. Berharap tak sekelas dengan anak semacam itu.

Setelah berterimakasih dan menerima kembalian, Icha dan Atta kembali ke kelas. Keduanya masuk sambil menggigit permen di ujung gigi.

Tiba-tiba sekujur tubuh Icha rasanya membeku, setelah pandangannya menemukan sosok pria dingin yang ia temui sebelumnya, sedang duduk di pojok kelas sambil memasang headphone.

"Jancok," cetusnya pelan, namun mengena.

"Hah?" Atta mengikutkan pandangannya pada tatapan Icha.

"Oh, cowok tadi?"

Icha tanpa banyak omong, membanting buku asal ambil ke lantai. Berharap pria dingin itu peka. Kebiasaan Icha adalah benci ya benci, suka ya suka. Sekalinya first impession jelek, ya akan jelek seterusnya.

"Sabar, Cha, sabar. Itu buku orang, eling!" Atta tersenyum ragu sambil mengusap-usap punggung Icha untuk meredakan amarahnya.

Namun Ito yang berada di ujung terlalu sibuk untuk menatap kedua wanita itu, kembali. Kedua jarinya harus mengalahkan pistol dan langkah untuk membunuh musuh.

"Ta, gua bakal jagain lo dari cowok yang suka merendahkan orang lain!" teriak Icha tanpa rasa malu depan banyak orang yang sebagian besar tak ia kenali.

"Icha sabar ichaaa" Atta merenggut kesal.

Walau memakai penutup telinga, bukan artinya suara kencang Icha tak terdengar oleh kedua telinganya. Ia mendengar, namun ia memilih untuk tak menjawab. Semudah itu hidup menjalani ala Ito.

-tbc

ALTERITO - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang