8. Dia yang Lebih

1.1K 66 0
                                    

Atta berdiri di hadapan cermin besar di toilet sekolah dan tersenyum pada dirinya sendiri. Hari ini ada pelajaran olahraga dan Atta merasa dirinya sudah cukup manis untuk bertemu Aksa, barangkali.

Ia melangkah keluar toilet dan menemukan Icha yang berangkat dengan lesu. Atta merangkul Icha dari belakang seperti parasit yang menggantung.

"ICHAAAA AYO SEMANGATTT!"

"Semangat pala lo kotak."

"CHAAAA! Hari ini Atta mau ketemu Kak Aksa, udah cantik belum??" Atta memasang wajah soim yang membuat Icha memberikan ekspresi muntah.

Keduanya berjalan bersama ke kelas. Atta melihat Ito sudah duduk dengan rapi di bangku ujung sambil bermain game di ponsel.

"ITOOO! Udah ngerjain kimia? Nyontek dong!" seru Atta memaniskan suaranya.

"Ga."

"Ih, jahat banget."

"Emang." Ito berdiri dari bangkunya dan mencari posisi nyaman lainnya.

Wajah datar Ito yang dilihat Icha makin membuatnya geram. Ia memaki Ito yang lewat begitu saja tanpa permisi dengan lantang.

"Dasar cowok sok!" Seru Icha hampir melemparkan pantofel bawaannya ke kepala Ito.

"Udah, Cha, udahhh..." Atta menghampiri Icha dan menepuk-tepuk punggung gadis itu untuk meredakan amarahnya.

Beberapa menit setelah kejadian itu, bel masuk berbunyi. Warga kelas XI MIPA 3 pun buru-buru menuju lapangan agar tidak kena hukuman. Namun ternyata hari ini mereka mendapat hari olahraga yang sama bersama kelas XI MIPA 1, kelas Ratu.

Ito mengedarkan pandangannya seolah mencari Ratu yang entah ada dimana. Pak Ardi mendapat tugas kelas MIPA 3, sementara Bu Elsa sebagai pengajar MIPA 1. Akhirnya Ito pun gagal menemukan Ratu untuk disapanya.

Selama pemanasan berlangsung, Ito memperhatikan Atta sesuai dengan apa perintah Aksa padanya. Apalagi gadis itu memang sikapnya paling mencolok diantara yang lainnya. Ikat kuda khasnya juga jadi yang membedakannya dengan gadis lain.

Atta membalikkan badan melihat Ito yang gelagapan karena menatap dari jauh. Ito mengalihkan perhatian Atta dengan pura-pura ngobrol bersama teman sebelahnya. Namun nampaknya Atta tidak curiga dengan apa yang Ito lakukan. Akhirnya Ito melakukan tugasnya lagi sambil memanaskan otot tanpa fokus.

Tiba-tiba seorang gadis datang dari jauh sambil berlari sendirian. Rambutnya yang semula dijepit rapi, tersapu angin dan dedaunan. Senyum manisnya walau bukan untuk Ito, dapat dirasakan menghangatkan hati Ito yang sebelumnya terasa hampa.

"Maaf Bu, saya telat!" serunya membuat tanda maaf dengan kedua tangannya dan masuk ke barisan samping Atta yang masih kosong.

Karena pemanasan juga masih dilakukan bersama, Ito jadi lebih senang. Kini ia hadir olahraga tak sia-sia. Bisa melihat bidadarinya juga melakukan hal yang sama sepertinya.

Tanpa sadar, Ito mengembangkan senyum di ujung bibirnya. Atta yang melihat kelakuan Ito jadi merasa aneh. Seolah Ito memang memandangnya dengan senyum seikhlas itu. Atta melambaikan tangan pada Ito, namun pria itu masih sibuk dengan pandangannya ke Ratu.

Jantung Atta jadi berdebar, kaget karena dilihat dengan sedalam itu oleh pria dingin seperti Ito. Apalagi kalau membandingkan Ito saat ia meminta contekan dengan Ito yang sekarang menatap begitu. Atta bergidik, seram.

Akhirnya setelah pemanasan, kelas pun kembali di pencar. Karena Pak Ardi ada panggilan sebentar akhirnya ia menyuruh muridnya untuk mencoba permainan softball yang sudah dipelajari di kelas X.

ALTERITO - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang