Atta membereskan bukunya dengan cepat. Ia bahkan meninggalkan Icha yang masih bermain cacing di ponsel. Sore itu sepulang sekolah, Atta membulatkan tekad dan nekatnya untuk mendekati Ratu. Bertanya banyak hal tentang Ito yang mungkin selama ini tak diketahuinya.
Sementara Ratu yang baru keluar kelas, dikejutkan oleh pemandangan Atta yang berdiri di samping pintu kelasnya. Gadis itu seperti biasa. Menyapa dengan ramah nyaris seperti tidak punya malu.
"Kamu Ratu ya?" Sapa Atta menunjuk Ratu.
"Iya. Ada apa?"
"Mau pulang bareng?"
Ajakan Atta saat itu sebenarnya terdengar cukup aneh di telinga Ratu. Bagaimana tidak, seorang gadis yang bahkan tak ia kenal, mengajak pulang bersama sudah seperti penculik bayaran.
"Aku cuma mau berteman sama Ratu kok! Oiya kenalan dulu, Alfattamora dari ipa sebelah. Boleh dipanggil Atta. Si cantik juga boleh, hehehe."
Ratu menahan tawa kecil dan menjabat tangan Atta.
"Ratu. Yaudah, ayo pulang?"
Atta tersenyum lebar. Ia menyejajarkan langkahnya dengan Ratu. Rasanya seperti berjalan dengan primadona kayangan. Terlebih lagi Ratu memang bertolak belakang dari Atta yang tak punya urat malu. Ratu bahkan memiliki wibawa di setiap langkahnya. Dan senyumnya semanis boba brown sugar. Pantas saja kalau Ito suka, sih.
"Ratu teman dekat Ito ya?" Tanya Atta memecah keheningan di antara keduanya.
Ratu menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa tiba-tiba tanya gitu?"
"Oh, gapapa gapapa, Atta sekelas sama Ito soalnya. Dan banyak yang gak suka Ito di kelas karena yah,..."
"Jutek? Hahaha.."
"Iya itu. Hehe." Atta menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ito gak jutek kok. Dia emang suka males berteman sama orang."
Atta diam, menunggu Ratu melanjutkan pendapatnya mengenai Alterito.
"Gue udah jadi teman dekat sama Ito sejak awal SMA. Dan menurut gue dia orang yang care. Banget malah."
"Oooh gituu.. Waktu itu Atta liat Ratu ke kelas bawa makanan buat Ito loh! Jangan-jangan Ratu pacarnya Ito? Cieee..."
Pipi Ratu berubah jadi semerah apel Snow White. "Eh, bukan. Gue sama Ito cuma teman."
"Ratu, di antara hubungan antara cewek dan cowok itu, gak ada yang namanya sebatas teman. Kalau gak pacar ya mantan. Atau jangan-jangan..." Atta melirik Ratu dengan ekspresi kaget dengan ekspektasinya sendiri.
"Bukan. Ceritanya panjang, Ta. Dia dulu satu-satunya orang yang ada waktu gue ngerasa gue orang paling menderita di dunia ini. Dia orang yang selalu kasih sandaran buat orang lain."
"Terus Ito nya suka sama Ratu?"
"Hah? Enggak lah! Haha, apa sih Ta. Kalaupun Ito suka sama gue, mungkin dia sekarang udah kecewa banget sama gue."
"Karena?"
"Gue bohong sama dia."
Tak disangka, rupanya Ratu adalah sosok humble yang mau menceritakan segala keluh kesah hidupnya kepada orang asing. Atta pikir wanita seperti Ratu akan sulit untuk digali, tapi nyatanya seperti mencabut rumput teki saja.
"Kalau lo penasaran sama Ito, kenapa lo gak temanan sama dia aja?"
"Ide buruk!! Dia itu super seram, Ratu!!"
Ratu terbahak-bahak dengan pernyataan Atta. Walau sebagai orang asing, Atta menggambarkan sosok Ito dalam wujud wanita. Ratu jadi merindukan masa-masa bersama Ito. Walau keadaan itu, dirinya sendiri yang menghancurkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTERITO - On Going
Teen Fiction"Cinta pertama itu bukan orang pertama yang kamu pacari, tapi orang pertama yang mampu melihatmu tanpa jaim dengan nyaman." -Austin Nicholas - Gara-gara menyatakan perasaan secara terang-terangan, Atta jadi buronan gengster SMA Tjraka. Selain diinca...