"Buat lomba 'mencari harta karun' yang main Atta sama Ito aja ya—" suara Riko dipotong oleh gebrakan meja dari Ito dengan cukup lantang.
"Maksud lo apa? Ogah. Gue gak suka main lomba-lomba. Ganti!"
"Tapi To, cowok lain udah dapet giliran game semua. Tinggal lo doang."
"Gue belum baca nama lo di papan tulis, lo banci apa waria?"
Icha melirik Ito dengan malas. "Sama aja anjing!" Seru Icha tanpa rem sedikitpun, membuat seisi kelas rasanya seperti melihat tawuran.
"Udah udah, kalo gue ikut, gak ada yang lapor ke OSIS, gak ada yang jaga tenda, repot lagi. Pokoknya lo sama Atta deh. Soalnya cewek lain gak ada yang mau. Kalo gak ikut, kelas kita denda, To!"
"Gue yang bayar dendanya."
Seisi kelas menatap Ito dengan tatapan kaget. Terlebih denda perlombaan juga seharga make up wanita. Tidak murah.
"Iya Atta sama Ito yang bagian itu, Ko. Siappp!" Seru Atta yang bangkunya berada tak jauh dari tempat duduk Ito.
Tatapan Atta yang melirik tajam ke arahnya membuat Ito tak mampu berkutik lagi. Tak mampu menolak permintaan diluar batas yang ingin sekali dia abaikan.
"Oke. Deal ya, teman-teman.." Riko mengetuk meja guru beberapa kali sebagai tanda setuju untuk pembagian tugas lomba.
***
Hari pelaksanaan kemah blok pun akhirnya datang. Semua siswa sudah siap dengan tendanya masing-masing. Kali ini, tempat kemah blok yang mereka lakukan adalah di sebuah desa dimana masih terdapat lapangan dan udara yang cukup sejuk. Juga pastinya beberapa rumah warga dan saluran air serta listrik. Yah, bahayanya memang minus sinyal.
Seluruh kelas XI dan XII berangkat dengan truk, sedangkan beberapa ada yang nekat membawa motor atau mobil pribadi karena malas panas-panasan. Begitupun dengan Ito. Ia memilih membawa motor bersama Leonidas lainnya untuk konvoi bersama melewati rute berbeda. Sekalian refreshing.
Sesampainya di tempat yang dituju, siswa-siswi segera memasang tendanya secara mandiri tanpa bantuan guru. Biasanya sudah terbantu oleh anak pramuka yang super cerdas dalam hal berkemah. Syukurlah di kelas Atta terdapat cukup banyak anak pramuka yang mampu membantu membangun tenda. Bayangkan kalau tidak, mungkin mereka akan memilih kehujanan saja daripada repot memasang ini itu.
"Hidup pramuka!" Seru Atta menyemangati teman-temannya yang baru selesai memasang tenda.
"Maaf ya guys, Atta gak bisa pasang tenda jadi cuma bisa lihatin sama bantu doa.." lanjut Atta sambil memeluk tiang.
"Asal lo gak rubuhin nih tenda, ya gapapa sih. Hahaha.." Dera tertawa dengan ceplos membuat Atta refleks memajukan bibir lima senti.
Atta mengedarkan pandangan ke arah tenda pria yang berada di samping tenda wanita. Beberapa barang wanita pun masih ada yang disimpan di tenda pria. Ia mengintip, barangkali ada Ito yang ikut membantu beres-beres atau semacamnya.
"Ngapain lo?"
Atta loncat di tempat karena kaget. Kedua matanya refleks menatap Ito yang berdiri di belakangnya sambil membawa galon ukuran sedang.
"Minggir." Ucap Ito tak seramah waktu di mall.
Atta jadi makin yakin, Ito adalah warga gengsian. Jadi lebih suka diam di sekolah dan bacot di rumah.
Setelah menata beberapa barang, upacara pembukaan kemah blok pun dilaksanakan. Dilanjut oleh lomba masak karena waktu sudah hampir sore. Saat tibanya waktu makan, pria dan wanita makan di satu tenda yang sama. Dan kelas Atta memilih makan di tenda pria karena lebih rapi daripada tenda wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTERITO - On Going
Teen Fiction"Cinta pertama itu bukan orang pertama yang kamu pacari, tapi orang pertama yang mampu melihatmu tanpa jaim dengan nyaman." -Austin Nicholas - Gara-gara menyatakan perasaan secara terang-terangan, Atta jadi buronan gengster SMA Tjraka. Selain diinca...