22. Belajar Bareng

812 56 12
                                    

Ito memarkirkan motor di halaman depan. Rumah jadi sepi karena Bunda masih di rumah sakit dan Si Mbok juga ikut menjaga ibunda. Ayah Ito tidak tahu pulang kapan, tidak jelas.

Ito akhirnya mengajak Atta untuk masuk dan menyuruh gadis itu duduk di ruang tamu. Ito berjalan ke dapur untuk mengambilkan beberapa minuman dingin.Terlebih lagi suasana hatinya sedang menginginkan hal yang menyejukkan. Kemudian Ito menyalakan AC di ruang tamu dan menutup jendela agar anginnya tidak keluar.

Atta mengambil buku sesuai persiapannya. Sejak semalam ia sudah memperkirakan hal yang akan ia lakukan hari ini. Untung saja Ito mengiyakan ajakannya. Coba saja kalau tidak, sia-sia sudah ia membawa tas seberat batu.

Ito membuka buku matematika. Setelah dipikir-pikir ia juga masih penasaran dengan matematika. Karena masih ada beberapa soal yang belum ia bisa pecahkan.
Tentunya hal itu berbeda dengan Atta. Walaupun gadis itu bagus dalam bahasa, namun ia sangat minus di hitung-hitungan. Apalagi soal matematika yang sedikit kurang logis baginya.

Baru bab pertama pun, Atta sudah banyak bertanya. Ito menyuruh untuk sama-sama mengerjakan sebuah latihan soal. Namun nyatanya Atta stuck di nomor pertama. Atta jadi mendengus sebal. Karena bagaimanapun ia mencari, tetap tidak ketemu hasilnya. Ia melempar pensil pelan. Mengacak rambutnya dan memajukan bibir lima senti.

Ito melihat perlakuan Atta. Ia tersenyum kecil. "Yang mana yang susah?" tanya Ito mendekatkan wajah pada Atta.

Bagi Atta suasana detik itu seperti sengaja diberhentikan Tuhan. Seolah memang kedua mata Ito menatapnya sekitar berjam-jam. Anehnya lagi, jantung Atta pun ikut berdebar. Ditatap pria dengan sedekat itu.

"Hai?" Ito melambaikan tangannya beberapa kali di hadapan wajah Atta. Gadis itu mematung, tersadar beberapa detik kemudian.

"I-iya. Ini susah semua!"

Ito terkejut. Ekspresi panik yang diurungkan membuat Atta jadi gemas sendiri.

"Masa semuanya?" tanya Ito membuat coretan-coretan rumus di buku Atta.

"Ini coba." Ito menyerahkan pensil pada Atta.

Atta seperti sudah muak dengan angka. Padahal belajar pun belum seperempat jam, tapi frustasinya seperti belajar bertahun-tahun tanpa henti.

"Gak gitu. Ini ditukar kesini. Lalu X kan jadinya bernilai ini. Kamu kalikan dengan yang ini." Jelas Ito sambil menarik pensil dari tangan Atta dan membuat coretan di buku Atta.

Atta menggeleng pelan. Sungguh ia masih jauh dari kata paham. Tentunya hal itu membuat Ito ikut geleng kepala karena pusing. Ini sih, bukan belajar bareng. Tapi mengajari Atta!

"Yaudah sini. Gue kasih contoh soal."

"Kan rumusnya ini. Udah tau a sama b, kamu masukin kesini. Cari. Kamu coba itung pasti hasilnya ketemu segini kan. Terus ....." Ito menjelaskan panjang lebar disertai tulisan coretan di kertas kosong.

Jauh dari perkiraan Atta, ternyata Ito benar sosok yang hangat. Buktinya ia mau berbagi hal semacam ini. Ito terlalu dipandang buruk oleh banyak orang. Kenyataannya Ito tidak seburuk yang mereka semua katakan. Ito tidak sesok yang mereka bayangkan. Mungkin pertama kali pandangan Atta dan Icha pun buruk pada Ito. Sosok dingin yang suka berkata kasar. Namun setelah bisa mengenal lebih jauh, Ito memang memiliki sosok baik yang entah mengapa ingin ia sembunyikan. Yang sampai kini masih menjadi pertanyaan di benak Atta.

"Ta? Lo dengerin gue gak sih?" Ito membangunkan Atta dari lamunan yang cukup panjang.

"Ng—iya To? He-hehe anu..." Atta menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ito memundurkan duduknya. Ia memutar bola mata pelan dan mendengus dengan kode super sabar. Mana penjelasannya juga sangat banyak, tapi gadis itu malah bengong entah nyangkut kemana pikirannya.

ALTERITO - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang