Setelah satu minggu tiga hari dilalui dengan berat hati, akhirnya tibalah pada hari terakhir Ujian Tengah Semester.
Setelah menyelesaikan essaynya, Ito bergegas mengumpulkan lembar jawaban ke meja guru. Hari itu ia menjadi orang pertama yang mengumpulkan jawaban dan berjalan keluar kelas dengan lantang. Sementara Atta sendiri di ruang kelas yang berbeda sedang berpusing ria dengan pelajaran lintas minat yang tak ia minati.
Ito membuka ponselnya. Hari ini sesuai janji, ia akan keluar bersama Leonidas untuk menonton film. Ito melangkahkan kakinya menuju kantin. Dimana masih cukup sepi karena belum banyak orang yang sudah menyelesaikan ujiannya.
"Bu, opor satu." Ucap Ito memberikan lembar uang sepuluh ribuan.
"Ashiyyappp.."
Kantin Bu Niyah jadi tempat favorit Ito karena makanannya yang tak dihadirkan di warung lain. Selain itu, Bu Niyah selalu punya kabar terkini mengenai apa saja yang ada di sekolah. Lumayan, buat nambah ilmu.
Ito melahap opornya sambil bermain ponsel. Biasanya di waktu-waktu seperti ini Aksa akan datang dan duduk di sampingnya. Di susul Austin dan Leonidas lain sambil mencomoti makanan miliknya.
"Woi!" Panggil Austin mengacak rambut Ito. Tentunya perlakuan itu membuat Ito cukup geram, terlebih ia selalu berusaha menata rambut selama 15 menit lamanya agar mendapatkan hasil sempurna tiap pagi.
"Sendirian aja, neng?" Austin mengambil sebuah kerupuk di piring makanan Ito lalu mengunyahnya dengan mantap.
"Udah pesen tiket?"
Austin mengacungkan jempolnya. Kemudian ia melirik pada seisi kantin dan tak menemukan sosok lain selain dirinya dan Ito.
"Habis nonton nanti, kita ke kuburan ya." Ucap Austin membuat Ito tersedak.
"Hah? Ngapain njing, lo mau booking kuburan buat lo mati apa gimana?"
Austin tersenyum kecil. "Hari ini tahun ketiga kematian Aiden, To."
Ito diam. Rasanya apa yang diucapkan bibirnya barusan jadi seperti mengejek Austin. Ia jadi merasa bersalah. Terlebih, ia sangat tahu bahwa Austin tidak pernah bisa melupakan kakaknya, Aiden.
"Sans aja kali, gue juga kalo jadi lo bakal ngejokes kayak gitu, haha.." Austin menepuk pundak Ito karena menyadari kecanggungan yang tiba-tiba timbul di antara keduanya.
Ito masih terdiam. Ia melahap kecil opornya karena ragu hendak berkata apa.
Akhirnya Leonidas selesai menonton film yang merekan rencanakan hari-hari sebelumnya. Film tersebut merupakan bentuk kartun, karena Austin sedang ingin mengenang masa kecilnya. Entahlah, pria itu memang aneh. Suka kartun dan suka princess.
Austin, diikuti Aksa dan Ito, melajukan motornya ke sebuah tempat pemakaman di kota Jakarta. Mereka memarkirkan motor di parkiran dan berjalan mencari nisan yang mereka tuju sambil melewati kuburan-kuburan lain.
Rasanya bunga kamboja saat itu menjadi pengingat bahwa pada akhirnya manusia hanya akan kembali ke tanah dengan segala yang ia miliki.
Aiden Nicholas
Lahir 6 Agustus 1999
Wafat 27 September 2016Austin merendahkan kakinya hingga lututnya menyentuh permukaan tanah. Sebuah foto Aiden dengan jas hitam yang siap melaksanakan Ujian Nasional, terpampang jelas di depan nisan tersebut. Tatapan Austin terlihat sayu. Bibirnya tak mampu berucap.
"Halo ko. Ini Austin. Koko sudah ketemu Tuhan disana? Gimana? Tuhan baikkan sama Koko? Koko gak perlu khawatir soal mamah sama papah. Koko jangan datang di mimpi mamah terus ya, Ko. Koko datang ke mimpi Austin saja, kasihan Mama, Ko. Austin janji bakal jaga Leonidas, sebaik Koko jaga Damianos.. Austin kangen sama Koko.." kedua mata Austin tak mampu lagi membendung rasa rindunya yang bercampur dengan perih. Akhirnya air mata menjadi jalan terakhir yang mampu mengobati rasa pilunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTERITO - On Going
Teen Fiction"Cinta pertama itu bukan orang pertama yang kamu pacari, tapi orang pertama yang mampu melihatmu tanpa jaim dengan nyaman." -Austin Nicholas - Gara-gara menyatakan perasaan secara terang-terangan, Atta jadi buronan gengster SMA Tjraka. Selain diinca...