14. Versus Rasa

952 70 1
                                    

Ito memantapkan langkah untuk mengganggu kemesraan diantara kedua insan itu. Rupanya Aksa juga tidak begitu kaget dengan keberadaannya. Sementara Atta masih memberikan senyum lebar tanpa bersalah yang membuat Ito makin benci berada di situasi itu.

"Semuanya aman, beres. Wibawa udah damai. Austin juga udah balik." Jelas Ito dengan kode yang hanya dipahami oleh anggota Leonidas.

"Loh, Kak Austin emang kemana?" Atta dengan wajah sangat polos menatap Ito dan Aksa bergantian.

"Bukan urusan lo." Jawab Ito datar.

"Udah, lo cewek, pulang. Lo cowok ikut gue." Lanjut Ito masih dengan wajah datar.

Atta kaget mendengar cara bahasa bicara Ito yang tanpa penghormatan sedikitpun. "Ito jangan kasar-kasar ih! Sama kakak kelas!" Atta menepuk pundak Ito beberapa kali di hadapan Aksa seperti kucing dan anjing yang bertengkar.

Keduanya cek cok di depan Aksa. Kedua mata Aksa yang menyaksikan itu pun jadi merasa tidak nyaman. Ia berdehem cukup kencang dan mengode pada Ito bahwa dirinya ingin segera pulang dan berhenti melihat kekonyolan yang tak dapat ia pahami.

"Sekarang lo pulang, gue juga mau pulang." Ito lagi-lagi tidak bisa mengontrol gas on-nya yang justru seperti menarik perhatian orang lain.

"Ya gak usah ngegas! Biasa ajah!" Atta mengambil tas kecilnya dan berjalan keluar dari rumah sakit mendahului Ito.

Lega rasanya Aksa saat melihat Ito yang sudah memperbaiki mood wajahnya. Sebelumnya Ito terlihat seperti memendam kebencian mendalam pada Atta yang tak dapat diutarakan.

"Apa lo liat-liat gue? Bangun anying!" Bentak Ito berjalan keluar mendahului Aksa yang masih kesulitan berjalan karena pusing.

"Tunggu, To! Bantu gue!"

Akhirnya Ito dan Aksa berjalan bersama menyusuri jalan menuju parkiran motor yang lumayan jauh karena rumah sakit cukup ramai. Motor Ito ada di ujung sehingga harus menyusuri jarak yang cukup panjang, cukup untuk berbincang banyak hal.

Bintang-bintang malam itu sangat indah di mata Ito. Namun dengan siapa ia berjalan saat ini, rasanya seperti neraka. Manalagi Aksa sangat suka bercerita tentang kaos kaki warna-warninya yang ia koleksi dari sekolah dasar.

"Lo akrab juga sama Atta."

Tiba-tiba bibir Aksa seolah berubah arah untuk membicarakan hal lain yang tanpa angin tanpa petir langsung terucap begitu saja.

"Kenapa?"

"Tapi lo juga gak suka Atta kan?" tanya Aksa seolah menusuk langsung ke inti pembicaraan yang biasanya hanya basa basi semata.

"Ga jelas."

"Loh? Jelas lah. Kan gak lucu kalo demen ama cewek yang sama. Macam drama aja!"

"Bukan kita yang gak jelas."

"Terus?"

"Atta cewek gak jelas."

Aksa tertawa ngakak. Entah mengapa ejekan yang dibuat Ito kali ini terdengar seperti pujian di telinga Aksa.

"Lagipula ya, To, gapapa sih. Kalo kita suka sama cewek yang sama." Aksa merangkul Ito makin erat.

"Kok gitu?"

"Ya itu sih tergantung ceweknya. Kalo Atta sih 100% pasti pilih gue, cowok yang dia suka dari kelas sepuluh! Hehehe." Aksa tersenyum tengil dan dibalas tatapan malas Ito.

"Gak gitu. Tergantung ceweknya juga. Belum tentu cinta pertama sama lo tapi ntar jadinya juga sama ...." ucapan Ito terpotong karena ragu untuk dilanjutkan.

ALTERITO - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang