Atta menendang pelan ban motor Ito. Hari ini adalah jadwal keduanya belajar bersama lagi. Tapi jadi kacau karena ban motor Ito sepertinya bocor.
Pria itu masih sibuk menelpon seseorang untuk mengambil motornya. Siapapun yang bisa segera membawa motor itu dan memperbaiki. Ia paham sekali dengan ekspresi kesal Atta.
"Lo kesini. Gue depan ATM bersama dekat sekolah. Ambil motor, beresin." Jelas Ito dengan suara dingin dan segera mematikan telfon tanpa banyak bicara.
Ia menatap Atta. Mungkin gadis itu sedang PMS atau semacamnya, entahlah. Ito jadi bingung. Terlebih lagi anak manja saat PMS lebih buruk dari pada raja hutan.
"Terus sekarang gimanaa?" keluh Atta memajukan bibirnya lima senti.
"Ada yang mau lo kerjain atau gimana? Kok kayaknya kesal banget?"
Atta melirik pada Ito. Lirikan tajam bak panah yang sudah dipanaskan oleh bara api neraka.
"ATTA TUH MULES ITOOO!!!"
Yup, persis seperti teriakan yang ada di film-film. Membuat burung serta dedaunan berterbangan tanpa arah. Yang penting tak mau berdekatan dengan suara nyaring Atta.
Ito sedikit lebih peka sepertinya. Ia mencari di google, suatu produk yang tak ia ingat namanya.
"Butuh kiranti ya, Ta?" tanya Ito yang segera mendapat tamparan keras dengan suara nyaring lagi.
"BUKAN ITUUUU!!!"
Ito diam. Kemudian ia berpikir lagi dengan otak jeniusnya. Menemukan sebuah kunci yang sepertinya adalah jawaban dari permasalahan Atta.
"Pengen buang air besar ya—"
"ITOOOOOOO!!!!!"
DUARRRR
Tanpa petir asli pun, teriakan Atta sukses seperti petir. Rupanya sia-sia juga Ito jadi sok peka. Kalau urusannya sudah tentang wanita, pria akan selalu salah.
Tak lama suruhan Ito akhirnya datang juga. Setelah selesai motornya diambil, Ito segera memesan taksi online. Datanglah taksi online yang tak jauh dari lokasinya. Hingga ia segera masuk karena langit juga mulai mendung.
Selama perjalanan, Ito jadi sasaran mendapat cuek dari Atta. Namun, bagi Ito gadis itu tetap menarik. Amarahnya pun cukup membuat gemas. Memang tidak salah lagi Ito membuat taruhan dengan Aksa pada beberapa hari lalu.
Akhirnya taksi sampai di depan rumah Ito. Setelah membayar, Ito mempersilahkan Atta untuk masuk. Namun karena hari ini bunda Ito ada di rumah, Ito jadi sedikit tidak nyaman kalau harus belajar di ruang tamu. Ito akhirnya menyuruh Atta untuk masuk duluan ke kamarnya sementara pria itu membuatkan minuman.
Atta duduk di tepi kasur Ito. Kamar pria itu cukup luas dan sangat rapi. Nyaris seperti tak pernah dihuni. Atta mengedarkan pandangan ke sekitar. Di samping kanan kasur terdapat meja belajar yang cukup lengkap. Buku-bukunya pun tak sebatas buku pinjaman perpus, tapi juga buku latihan soal. Mulai dari seni budaya sampai ilmu codding. Pria itu sepertinya sangat agresif terhadap pembelajaran.
Di sisi kirinya terdapat jendela yang sangat luas. Menampilkan pemandangan halaman yang indah dengan bunga-bunga bermekaran.
Atta berdiri dari kasur dan melihat ke meja belajar Ito. Di samping laptop terdapat foto Ito kala kecil. Betapa imutnya Ito pada masa itu. Atta jadi ikut senyum saat melihat pose Ito yang bergaya dua jari dan senyum lebar.
Selain itu, ia juga menemukan foto tiga serangkai dengan seragam SMP. Ia tahu persis disana ada Aksa dan Austin kakak kelasnya sedang saling merangkul dengan Ito. Ketiga pria itu memakai jas abu-abu dan menggigit sebuah medali.
Di figura lain, ia menemukan foto keluarga Ito yang sedang liburan di Singapura. Muka Ito sangat lugu. Namun dari tahun yang tertera pada foto, menunjukkan tanggal beberapa minggu setelah UNBK SMP.
Atta memperhatikan foto terakhir itu dengan seksama. Bunda Ito sepertinya sudah berubah banyak setelah dua tahun. Saat itu Bunda Ito masih terlihat segar dan bugar. Juga kantong matanya belum setebal sekarang. Atta jadi bertanya-tanya mengenai kejadian apa yang bisa membuat semua hal berubah begitu saja.
BRAKK
Atta kaget. Rupanya Ito segera menggebrak meja dan menutup foto itu. Juga foto-foto yang lain agar gadis itu tak menggali jauh masa lalu Ito.
"Lo ngapain?" tanya Ito dengan nada serius.
Atta jadi gugup. "Ng-nggak! Ayo belajar!" Dengan segera gadis itu berjalan ke arah karpet berbulu di depan kasur dan mengambil beberapa buou dari tasnya.
Ito masih dalam posisi yang sama. Ia melirik pada foto keluarga yang barusan ia tutup. Ada banyak hal yang terlalu pahit untuk dikenang dalam foto itu.
Kemudian Ito segera mengambil sebuah remot di laci kecil depan kasurnya. Rupanya ada dua remot di dalam sana. Satunya remot untuk mengatur gorden dan jendela serta lampu kamar. Satunya adalah remot untuk menyalakan proyektor yang di hadapkan langsung ke tembok depan kasur.
Atta berdecak kagum. Ia tak menyangka ternyata rumah Ito lebih canggih dari yang ia bayangkan. Pantas saja Ito tidak perlu penjelasan guru, rupanya dia adalah guru untuk dirinya sendiri.
Ito menyalakan laptop yang sudah tersambung ke layar. Ia mengotak-atik untuk mencari sebuah file berisi latihan soal dan video penjelasan.
Melihat Ito yang sibuk begitu, Atta jadi semakin yakin untuk bertanya. Lagipula sekararng mereka sudah teman, tidak ada salahnya untuk saling bertanya bukan?
"To, foto tadi ... liburan setelah UNBK SMP ya?" tanya Atta dengan nada canggungnya.
"Kenapa?" Ito masih terfokus pada laptop.
"Gapapa-gapapa. Ito dulu lucu ya,"
"Sekarang juga lucu gue mah."
"Ge-er banget sih!"
Ito tertawa kecil. Atta tidak menyangkan hal seperti itu dapat membangkitkan senyum Ito. Tak seperti waktu pertama kali jumpa.
"Ito kalo ada masalah, cerita ya sama Atta."
Ito hanya mengangguk pelan. Pikirannya buyar karena lupa menaruh file pentingnya dimana. Setelah beberapa menit mencari akhirnya Ito menemukan folder file tersebut.
"Ito pernah hubungan apa sama Kak Austin dan Kak Aksa?"
Kali ini Ito diam. Ia menolehkan kepalanya pada Atta. Seluruh suaranya seolah tertahan dan tak mampu dikeluarkan.
"To?" Suara Atta menyadarkan Ito dari bengong yang cukup lama.
"Bukan apa-apa. Cuma satu organisasi." Ito kembali fokus pada laptopnya.
"Terus sekarang masih dekat juga?"
Ito diam lagi. Ia mengalihkan pandangannya pada Atta.
"Katanya mules, kok bacot?" sindir Ito sukses membuat Atta tutup mulut.
Atta langsung mencubit lengan Ito dengan gemas. Padahal ya, niatnya mau kasar tapi jatuhnya malah lucu. Pria itu pun hanya tertawa ringan dan menunjukkan toilet yang terletak di ujung kamarnya.
Atta melangkahkan kaki untuk berjalan ke kamar mandi. Ruangan yang cukup besar dengan bath tub dan shower yang bersih bin kinclong.
Di depan wastafel terdapat kaca besar yang ditempeli catatan kecil berwarna kuning. Isinya seputar beberapa rumus dan afalan-afalan pelajaran. Tak dipungkiri lagi mengapa pria seperti Ito bisa jenius. Rupanya usahanya pun tidak main-main.
Atta tersenyum iseng. Kemudian mengambil sebuah lembar kertas lalu menuliskan sesuatu hal yang membuat bibirnya tak berhenti melengkung ke atas. Ia menempelkan kertas tersebut sambil membayangkan bagaimana terkejutnya Ito saat membacanya nanti.
*tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTERITO - On Going
Teen Fiction"Cinta pertama itu bukan orang pertama yang kamu pacari, tapi orang pertama yang mampu melihatmu tanpa jaim dengan nyaman." -Austin Nicholas - Gara-gara menyatakan perasaan secara terang-terangan, Atta jadi buronan gengster SMA Tjraka. Selain diinca...