9-Ini Gila!

1.7K 223 11
                                    

"Tidak ada angin, tidak ada hujan tapi tiba-tiba saja mendapatkan pertanyaan yang mengerikan. Ini lebih ngeri dari pertanyaan di alam kubur."

-Adara Mikhayla Siregar-

•••

Menjadi seorang mahasiswa, pengalaman yang paling berkesan biasanya terasa pada awal semester dan akhir semester perkuliahan. Bagaimana tidak? Pada awal semester kita mengikuti kegiatan orientasi mahasiswa baru yang seru.

Sementara pada akhir semester kuliah kita harus menyelesaikan skripsi sebagai pembuktian bahwa kita telah layak mendapatkan gelar sarjana. Kedua kegiatan ini merupakan kegiatan yang harus kita jalani dan selesaikan dengan penuh semangat serta motivasi positif.

Otakku rasanya mau pecah memikirkan tugas akhir itu. Bagaimana tidak? Aku harus kocar-kacir ke kampus hanya untuk menemui dosen pembimbing agar menyetujui judul skripsi, yang selalu ditolak mentah-mentah dan berakhir di tempat sampah.

Belum selesai masalah pendidikan, permintaan Mamah kemarin malam semakin membuatku malas untuk terbangun lebih awal. Sepertinya hari ini akan kuhabiskan dengan berdiam diri di kamar dan bersantai-santai ria di atas pembaringan.

"Adara ayo turun sarapan dulu!" teriak Mamah di depan kamar dengan gedorannya yang memekakkan telinga. Aku tak menyahut dan malah menutup kedua telingaku dengan bantal.

"Adara!" Nada suara Mamah lebih kencang dari sebelumnya membuatku semakin terganggu dan mau tak mau menjalankan tungkaiku ke arah pintu untuk memberikan beliau akses masuk.

"Ya Allah Adara jam segini kamu baru bangun tidur?! Gak salat Subuh pasti!" omel Mamah pada saat menjumpai keadaanku yang masih dengan muka bantal dan rambut acak-acakkan.

"Adara lagi halangan, Mah," terangku dengan sesekali menguap. Memasuki masa tamu bulanan memang selalu kuhabiskan dengan bermalas-malasan dan tentunya bangun siang.

"Ya sudah bersih-bersih sana terus sarapan. Kamu ngampus kan?" titahnya dengan tangan yang berusaha mendorongku menuju kamar mandi.

"Adara gak ke kampus, Mah." Gerakkan Mamah langsung terhenti sejenak.

"Kamu yah makin ke sini makin males saja pergi ke kampus. Kerjaannya cuma keluyuran doang ngabisin uang. Kapan kamu lulusnya kalau kaya gitu terus?"

Silakan keluarkan semuanya Mah. Silakan, aku akan menerimanya dengan hati lapang. Buatlah anak gadismu ini stres berkepanjangan.

"Tenang aja, Mah nanti juga lulus kalau sudah waktunya," sahutku malas-malasan.

Mendapat buly-an di kampus karena skripsi yang tak kunjung menemukan titik terang, dan di rumah juga sama tidak ada perubahan. Kalau tahu kuliah kaya begini ribet dan susahnya, mending tak usah kuliah saja sekalian.

"Gimana mau lulus kalau tuh skripsi gak dikerjain-kerjain," sela Mamah dengan tampang garang.

"Belum, Mah bukannya gak," belaku menyela.

Kedua mata Mamah melotot seraya berkacak pinggang. "Mandi sana!" Aku tak bisa menyahut lagi, bisa bahaya kalau sampai perdebatan ini tak dihentikan. Aku khawatir akan ada perang lempar-lempar barang.

"Iya... iya... sudah ah sana Mamah ke luar," kataku dengan maksud mengusir beliau secara halus.

Aku menatap sendu ranjang yang terlihat seperti melambai-lambai minta diperhatikan, terlebih lagi selimut tebal yang sangat ingin kugunakan dan bergelung di bawahnya. Mamah selalu saja mengacaukan rencana indah yang sudah kususun dengan matang.

Matrealistis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang