.
Masih dicafe.
Minho menatap Hyunjin dan piringnya bergantian. Dia heran kenapa Hyunjin jadi sediam ini. Dengan sedikit ragu, Minho membuka mulutnya dan bersuara."Jin.."
Hyunjin mendongakkan kepalanya dan menatap Minho dengan senyumnya.
"Tumben lo diem aja."
"Lagi males aja."
Ting
Suara ponsel Minho.
Dilihatnya pesan yang baru saja masuk itu. Kemudian diletakkan kembali ke meja tanpa dibalas.
"Siapa?" tanya Hyunjin.
"Jisung." jawab Minho santai.
"Kenapa nggak dibales?"
"Nggak papa ih udah makan." Minho seakan mati kutu sekarang.
"Bales aja sekarang daripada lo bikin dia nunggu. Toh sekalian gue bisa tau. Daripada lo harus chattingan dibelakang gue terus lo hapus." Hyunjin menaruh sendoknya ke piring dan menutup acara makannya.
"Hyunjin.."
"Kenapa hm? Bener kan?"
Minho terdiam. Diam sampai mereka sampe dirumah. Diam sampai Hyunjin menutup buku pelajarannya.
Sekitar 8 jam lebih mereka saling diam.
Bahkan saat ini, mereka berdua sudah berada di ranjang dan terbalut selimut yang sama. Hyunjin sama sekali tidak mendengar jawaban Minho.
Minho berjalan keluar kearah balkon. Menutup pintu kaca dan memegang ponselnya. Hyunjin melihatnya dari dalam. Minho sedang menelfon seseorang.
"Jisung, kakak nggak bisa ngelanjutin lagi. Maaf."
"......."
"Kakak minta maaf Sung. Lagian kakak tau kamu sama Felix lagi ngejar Chan. Kakak cuma nggak mau nanti akhirnya sia-sia"
"......"
"Kakak tau semua Sung. Udah ya. Maafin kakak. Selamat tidur Icungnya kakak."
Tut.
Kalimat terakhir Minho jadi penutup telfon.
Minho mulai berjalan kembali ke ranjangnya dan melihat Hyunjin udah tertidur.
Belum bisa memejamkan mata, Minho memiringkan badannya menatap punggung lebar Hyunjin.
Minho membawa tangannya memeluk pinggang Hyunjin.
"Gue udah berhenti sama masalalu gue. Dan gue mau lo yang jadi masa depan gue nanti. Maaf, gue nggak maksud nyembunyiin Jisung dari lo. Gue sepenuhnya milik lo. Good night dear." kata Minho yang mengusakkan wajahnya di punggung Hyunjin.
Tak butuh waktu lama, Hyunjin segera membalikkan badannya. Jadi sekarang mereka berdua berpelukan.
"Gue tau lo bakal milih gue." senyum mengejek terpampang di wajah Hyunjin.
Minho segera melepaskan pelukannya tapi gagal.
"Brengsek banget sih lo. Bodo amat awassss gue mau pindah."
"Setelah pengakuan itu lo mau pergi? Enak ajaaaaa." Hyunjin semakin mengeratkan pelukannya.
Sedangkan pipi Minho semakin merona.
"Nih kaca. Apa iya seme mukanya kaya gitu kalo lagi salting?" Hyunjin nyodorin kaca kecil di nakasnya.
"BODO AMAT HYUNJING LEPASIN GUEEEEEEE" berontak Minho.
"GAKLAH ENAK AJA. DAPETINNYA SUSAH MAU DILEPASIN."
"NGESELIN BANGET SIH LO AH."
"GAUSAH TERIAK KOCHENG. KUPING GUE BEBAL DENGERNYA."
"YA TAPIKAN LO JUGA TERIAAK."
Guk guk guk
Meong meongg meeeeonggggg
Guk
Meongg
Minho sama Hyunjin auto keluar ngedenger suara kkami sama anak-anak Minho.
Sungguh buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kkami dan Dongie sedang rebutan bola karet kecil.
" ANAK LO SINGKIRIN SANA. AWAS SAMPE NGELUKAIN 3 ANAK GUE BAKAL GUE TONGSENG TU."
"EH NGGAK BERPERI KEKKAMIAN YA LO MASA UWU UWU GINI MO DITONGSENG."
"BODO AMAT PENTING ANAK GUE TENTRAM."
Kembali lagi, Minho dan Hyunjin adu bacot diselingi suara Kkami dan Dongie. Sungguh rumah yang sangat harmonis untuk dihuni.~
.
dek lino ketawanya bisa biasa aja nggak? nggak usah bertabur gula gitu. takutnya nanti yang liat pada diabetes ~
KAMU SEDANG MEMBACA
ĸeвaвlaѕan ✔
Fanfictionhyunknow area. Mengenai perdebatan sengit antara seme kubu biru dan seme kubu hijau ~