3

3.3K 244 7
                                    

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

.

Hyunjin sudah 1 minggu tidak keluar dari rumah pribadinya. Hyunjin pulang ke rumah keluarga Hwang. Setidaknya disana dia masih bisa bersahabat dengan makanan meskipun tak selalu teratur.

Tubuhnya semakin mengurus. Pikirannya juga sudah meliar kemanapun. Tapi satu hal yang tidak pernah lepas dari pikiran Hyunjin. Seorang Lee Minho.

Sampai saat ini Hyunjin masih menatap layar ponselnya dan terus mengirim chat ke Minho meskipun jelas tidak ada balasan. Hyunjin hanya bisa menuangkan keresahannya di room chat itu.

Ceklek.

Pintu kamar Hyunjin terbuka. Tampak Yeji berjalan dengan membawa nampan makanan.

"Makan dulu." katanya pelan.

"Taruh aja disitu."

"Kalo lo nggak mau makan sekarang, gue nggak bakal kasih lo info tentang kak Minho"

Mendengar nama Minho keluar dari mulut Yeji, mata Hyunjin langsung menyorot tajam.

"Maksud lo apa?"

"Gue kasian sama lo harus ngerasa bersalah terus ke kak Minho. Jadi gue inisiatif sedikit tanya-tanya ke sahabat lo. Mereka bilang Minho ke London. Dia akhirnya dapet beasiswa baru buat kuliah disana setelah mengundurkan diri dan pingsan diruang ujian. Udah kan, sekarang gue mau liat lo makan."

Hyunjin langsung ngerebut makanan dari tangan Yeji dan memakannya dengan lahab.

"Pelan-pelan aja." Yeji sedikit menyunggingkan senyum karna kakak nya ini bisa makan banyak hari ini.

.

Malam harinya, Hyunjin langsung mencari penerbangan ke London. Selesai masalah tiket, dia langsung mengemasi barangnya.

Yeji masuk lagi membawa makan malam.

" Lo mau kemana?"

"Gue mau ke London."

"Ngapain?"

"Gue mau nyari Minho. Lo tau dimana Minho kuliah?"

"Kalo itu gue gatau.. Mereka nggak ada yang kasih tau gue."

"Yaudah. Mungkin emang gue harus berjuang sendiri. Thanks lo udah mau bantuin gue disaat semua orang benci sama gue."

"Gimana pun lo tetep abang gue Jin."

Yeji memeluk Hyunjin. Begitu sebaliknya.

.

Paginya Yeji mengantar Hyunjin ke airport dan melepaskan kakaknya berjuang sendiri atas kesalahannya.

"Tunggu gue Ho. Gue bakal berjuang buat lo."

Pesawat udah menuju ke London. Hyunjin menatap awan dari jendela. Pikiran bahagianya menyeruak.

Hatinya menghangat lagi seperti awal mereka memulai kisah absurd itu.

"Gue rindu Ho.. Tunggu gue disana."

.
.

.
Hyunjin sudah sampai di airport London. Dia mencari taxi dan menuju ke berbagai universitas favorite disana. Dari satu universitas ke yang lainnya. Sudah 3 universitas besar dia datangi dan semua tidak mempunyai informasi tentang Minho.

Hyunjin memilih beristirahat di cafe. Dia duduk sendirian disana. Memandang orang-orang asing berlalu lalang. Ah. Hyunjin yang orang asing disini.

Setelah cukup, Hyunjin berjalan keluar dengan membawa 1 cup Americano.

Bugh.

"Ahh. Sorry."

Hyunjin menatap orang yang tidak sengaja menabraknya sehingga Americano tumpah di lengan dan sepatunya.

"Sorry. Ah kamu pendatang?" tanya gadis yang menabraknya itu.

"Iya." jawab Hyunjin singkat.

"Kamu bahkan mengerti bahasaku. Sepertinya kita satu daerah. Lenganmu kotor dan sepatumu juga basah. Apa aku harus menggantinya? Aku punya sepatu cadangan di mobilku. Tapi milik kekasihku. Kau bisa memakainya sebentar untuk perjalanan pulangmu."

"Tidak usah. Terimakasih."

"Tapi-- Kenapa by?" suara gadis itu terpotong oleh suara laki-laki yang baru saja datang.

"Nggak, tadi gue nabrak dia. Sepatunya basah. Tadinya mau gue pinjemin sepatu lo."

Hyunjin mendengar suara yang tidak asing. Wajahnya yang tadi tertunduk melihat sepatunya terangkat.

Matanya beradu. Lee Minho. Mata yang ditatapnya saat ini adalah manik indah milik Lee Minho.

"Eh. Sorry." kata Minho.

"Hemm. Gapapa."

"Yaudah ya kita duluan. Maaf udah basahin sepatumu." kata gadis itu.

Hyunjin menatap kepergian Minho yang menggandeng jemari lentik gadisnya.

"Lo beneran udah bahagia Ho.." gumam Hyunjin.

Hyunjin berjalan tanpa arah sekarang. Dengan menenteng ransel besarnya, tubuhnya terasa melemas. Pertemuannya tadi adalah hal yang membuat Hyunjin selemah ini.

"Gue pantes Ho dapetin ini. Gue pantes sakit lebih dari apa yang lo rasain."

Hyunjin terus menggumam sepanjang jalan.

Makin lama, tubuhnya semakin melemas. Dia menepi dan duduk dipinggir jalan yang agak teduh. Hyunjin mengistirahatkan semua lelahnya.

Hyunjin tertidur disana.

.

.

.





(":

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(":

ĸeвaвlaѕan  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang