Yoongi berdiri di depan kelas Jimin, menunggu pemuda manis itu menyelesaikan tugas piketnya dengan sabar.
"Duluan kak" sapa Taehyung sambil meringis. Pulang terlebih dahulu, karena mulai sekarang seorang Park Jimin akan memiliki tukang antar jemput pribadi.
Alias pacar.
Atau bisa juga dipanggil Min Yoongi.
Jimin mengenakan jaketnya dengan tergesa dan segera menyampirkan tasnya di bahu. Segera menghampiri pacarnya
"Ayo kak, mampir ke kedai dulu?"
Yoongi mendecak pelan.
Tangannya segera mengaitkan resleting jaket Jimin dan menaikkannya.
"Nanti masuk angin"
Jimin tersenyum penuh. Lalu keduanya berjalan beriringan keluar sekolah. Dengan Yoongi yang diam-diam memasangkan kembali gantungan kunci milik Jimin yang sempat diambil Chanyeol.
Kepribadian keduanya memang kontras, bahkan tak jarang para guru maupun staf yang masih ada di lingkungan sekolah mempertanyakan ada hubungan apa diantara keduanya.
Yoongi lebih memilih mengabaikan atau menjawab singkat, sedangkan Jimin lebih ekspresif dengan bumbu malu-malu. Membuat Yoongi gemas ingin menculik pemuda yang telah resmi menjadi pacarnya dan mengurungnya untuk dinikmati sendiri.
Ah. Pacarnya ya?
Yoongi selalu geli sendiri mendengar kata tersebut. Perutnya selalu terasa digelitiki oleh ribuan tangan tak kasat mata, membuat pipinya ingin tersenyum lebar.
Kan menyebalkan. Yoongi jadi harus mati matian menahan senyumnya saat membayangkan pemuda manis itu
"Jeng jeng! Jadi ini kak kedainya, memang kecil sih. Tapi mantap!" Ujar lelaki di samping semangat
Yoongi masuk kedalam, keduanya duduk di dekat kasir.
"Jimin ya? Wah, kamu mengajak teman?" Sapa seorang perempuan muda. Jika Yoongi tebak, mungkin sekarang sudah kuliah atau punya anak
"Hehe, iya kak Wendy. Kakak kelasku"
"Pesan seperti biasa?"
Jimin mengangguk semangat, yang dibalas acungan jempol dari seseorang bernama Wendy
Yoongi mendekat, berbisik pelan.
"Wendy itu siapa?"
"Dia anaknya yang punya kedai ini, karena aku sering mampir dan selalu memesan menu yang sama jadi dia hafal"
Yoongi mengangguk.
Namun mulutnya menceletuk pelan
"Sudah punya pacar belum?"
Jimin menengok cepat, menatap seniornya
"Hah? Kakak naksir?"
Yoongi hampir mau menjawab, saat pesanan keduanya telah diantar ke meja. Jimin mengucapkan terimakasih dengan riang, sedangkan Yoongi hanya menggumam tak niat
"Aku takutnya malah dia yang naksir" gumamnya Yoongi setelah menyelesaikan kunyahan pertama
"Apa Kak?"
Yoongi menggeleng.
Keduanya makan dengan tenang.
Yoongi yang menghabiskan terlebih dahulu, dirinya sibuk memandangi cara makan Jimin. Pipinya penuh seperti ingin tumpah, dan bibirnya mengerucut lucu.
Dengan refleks Yoongi menusuk pipi Jimin dengan jari telunjuknya.
"Apwa?"
"Kau lucu" ujar Yoongi dengan senyum tipis.
Uhuk!
"Aku bukan pelawak kak Yoon" ujar Jimin disertai kekehan pelan.
Saat ingin membalas, terdengar suara panggilan Wendy. Sayup sayup dari bagian dalam kedai. Keduanya lantas berdiri dan menghampiri sumber suara. Padahal jelas jelas Wendy hanya memanggil Jimin.
"Kenapa kak?" Tanya Jimin setelah dekat dengan posisi Wendy berdiri
"Itu, aku tidak bisa mengangkat galon sendirian. Berat"
Jimin mengangguk paham. Segera berdiri disisi lain galon air mineral, dan mengangkatnya bersama sama dengan Wendy
Membuat Yoongi bersidekap dada. Memperhatikan interaksi keduanya
Hm. Jelas. Dugaan Yoongi kali ini pasti benar
Setelah selesai, mereka bertiga kembali ke area depan dan Yoongi membayar makanan mereka. Sebenarnya Wendy sempat menolak uang dari Yoongi, dengan alasan bonus karena hari ini banyak pembeli. Namun Yoongi dengan keras kepala tetap memaksa membuat Wendy akhirnya menerima juga.
Dengan segera Yoongi menarik Jimin keluar kedai. Keduanya menyusuri trotoar untuk pulang ke rumah Jimin terlebih dahulu.
"Jimin"
"Hm? Iya kak Yoon?"
Yoongi memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Menatap langit dengan datar
"Kau sadar tidak, perempuan bernama Wendy tadi menyukaimu?"
"Ha?" Respon Jimin. Lalu disambung dengan tawa manisnya yang mengudara
"Kak Wendy mana mungkin suka kepadaku, diakan sudah kuliah. Dan juga sudah dijodohkan oleh ibunya"
Yoongi mendesah pelan. Namun telinga Jimin dengan jelas dapat menangkapnya
"Bagaimana bisa kak Yoongi berfikir demikian?" Tanyanya karena wajah Yoongi terlihat sedikit kesal karena jawaban Jimin sebelumnya
"Aku punya mata untuk memperhatikan. Dia dengan jelas hanya menganggapmu padahal aku juga ada di depannya, bukankah itu namanya suka?"
Jimin mengangguk angguk mendengarkan penjelasan Yoongi.
Lalu senyumnya terbit.
"Mungkin saja kak Wendy memang suka kepadaku, tapi... aku sukanya dengan kak Yoongi kok" ujar Jimin seraya tersenyum manis dan menangkap kedua pipi Yoongi.
Setelah melakukan hal tersebut, Jimin tertawa lalu berlari mendahului Yoongi. Menyembunyikan pipinya yang memerah dengan tawa keras
Dadanya membuncah bahagia karena akhirnya bisa membalas ucapan 'suka' dari Min Yoongi dengan gamblang.
Jimin akan tidur nyenyak malam ini.
Tanpa tau. Seorang Min Yoongi juga sedikit tersipu karena ucapannya
Dan dalam hati sibuk mengumpat karena ucapan Jimin yang terlalu manis, dan mempertanyakan dari mana lelaki tersebut belajar rayuan seperti tadi.
**
panjang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mochi •YoonMin [END]
FanfictionKau tau Mochi? Kue bulat, yang kenyal, dan biasanya berwarna putih. Rasanya? Hm, awalnya aku tidak suka. Yah, aku tidak menyukai makanan manis Tapi. Apa kalian pernah membayangkan melihat Mochi dalam wujud manusia? Jika belum, mari ikut aku. Aku sud...