Part 10

18.7K 740 17
                                    

Like sebelum baca, komen&follow setelah baca.

~🍎~

Dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca, Brian akhirnya meninggalkan meja itu dan berpamitan. Pergi begitu saja karena merasa gagal mengatakan apa yang seharusnya di katakan, bahkan Joey tidak memberinya kesempatan sama sekali.

Setelah kepergian Brian, Ken langsung ikut bergabung di meja tanpa dipersilahkan. Pria itu masih merangkul pundak Joey, dan tubuh mereka menempel dekat, membuat aroma orris dari kolonge yang Ken semprotkan semakin terasa hangat dan seksi.

Ken masih memperhatikan wajah Joey yang memerah karena mabuk. "Mau apa kamu kesini? Dasar penguntit!" Ujar Joey dengan suara sinis.

Kemudian melepaskan tangan Ken yang ada di pundaknya.

"Hey, bicara yang manis pada kekasih kamu." Goda Ken, menekankan kalimatnya.

Ken bukan hanya pria yang narsis karena menyadari jika dirinya sangat tampan, namun ia juga pria gigih bermuka tebal yang akan terus mengejar targetnya sampai di dapatkan.

"Kekasih! Sejak kapan?" Suara Joey terdengar meninggi.

"Baru saja, dan kamu tidak boleh lupa sweetie. Kamu telah mengakui aku sebagai kekasih."

Ken tersenyum, menikmati saat-saat ketika menggoda Joey.

Ya Tuhan kenapa wajah wanita ini begitu mengemaskan.

Spontan Cecil mengatakan. "Ehem... Aku disini cuman jadi nyamuk kayaknya." Ken mencari asal suara itu, kemudian memperhatikan wajah Cecil lekat-lekat.

"K—kamu Rose? Roseme Cecilia, bukan?" Tanya Ken dengan ekspresi penasaran bercampur kaget.

Cecil justru balik bertanya. "Anda kenal saya?"

"Aku Kennan Renner. Kamu ingat pada anak laki-laki yang memecahkan kaca jendela rumahmu menggunakan bola basket?" Terlihat raut wajah Cecil yang masih berusaha mengingat kejadian tersebut.

Ken meneruskan, "Aku pernah ngerjain kamu pakai kostum Pennywise saat Hallowen party? Anak laki-laki yang sering main PS di rumah Gio?"

"Ken? Ah, ya aku ingat." Jawab Cecil pelan, dengan ekspresi wajah yang berubah total.

Kenapa harus menyebut nama itu lagi, Giordano Page.

"Kalian saling kenal?" Tanya Joey binggung.

"Ya, kami tinggal di komplek yang sama saat masih tinggal di New York. Setahun sebelum aku pindah ke Singapore, Ken pindah ke lingkungan tempat tinggal ku. Waktu itu dia adalah anak kecil yang nakal dan menyebalkan, Joey." Jelas Cecil.

"Oh.. kamu ternyata berondong." Joey menekankan kalimat terakhirnya sambil menatap Ken.

"Ken, sorry." Cecil berkata ragu. "Bisa kita bicara empat mata?" Ajak Cecil tiba-tiba. Kemudian berdiri, dengan Ken yang mengikutinya dari belakang.

Setelah beberapa menit Ken dan Cecil kembali ke table, seperti tidak terjadi apa-apa. Namun ekspresi Cecil tidak bisa disembunyikan. Terlihat jika pembicaraan barusan berjalan tidak menyenangkan.

"Jadi, pria tampan yang kau temui di Milan adalah Ken yang ini." Cecil mulai memprovokasi Joey dengan gurauannya. "Dan sekarang kalian akan sering bertemu karena dia Direktur di Kantormu." Cecil tertawa mengejek. Sifat konyolnya memang kadang-kadang jadi sangat menyebalkan.

"Cil, aku peringatkan, tutup mulutmu!" Joey memperingatkan dingin, menekan kalimat terakhirnya dengan sedikit membentak.

Sontak membuat suasana di meja itu menjadi tidak nyaman.

I FEEL YOUR TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang