Part 30

9.3K 597 61
                                    

Hai guys, jangan lupa like dan komennya buat mengapresiasi ini, dan gue nggak males ngelanjutin~~💗

~🍎~

Ken masih diam, berdiri di belakang Joey, menunggu wanita itu menutup Cafe. Ken hanya sanggup menatap punggung dingin yang tak berani ia raih, dan tak bisa berkata-kata setelah pernyataan menohok Joey.

Sebetulnya, Ken ingin mengatakan apa yang telah ia lalui selama empat tahun terakhir, berantakan tanpa Joey, ingin Joey kembali. Utuh menjadi milik Ken.

Tapi, semua seolah tertahan dikerongkongan Ken. Rasa bersalah dan wajah Joey yang terlihat sangat lelah membuat Ken mengurungkannya dan memilih waktu yang tepat.

Joey selesai mengunci Cafe ketika berbicara, "aku akan pulang sekarang sebelum salju semakin lebat. Selamat tinggal," ucap Joey seolah berusaha menghindari Ken.

Ken dengan cepat menghalangi langkah Joey dengan tubuh besarnya, berdiri di depan wanita itu.

"Kalau gitu aku akan mengantar kamu pulang," kata Ken dengan suara memohon.

Sebelum terbang ke Jepang, setelah Kellani memberi tahu dimana Joey berada, Ken telah berjanji tidak akan melewatkan kesempatan walau hanya sedetik untuk mendapatkan hati Joey kembali.

Joey, please teach me, how to make you belive me again?

"Nggak perlu, aku akan naik bis seperti biasa," balas Joey singkat. Joey harus buru-buru mengejar bis terakhir.

"Kalau gitu aku akan naik bis bersama kamu," meski Ken berkata dengan lembut, namun konotasi dari kalimatnya seperti sesuatu yang tak ingin dibantah.

"Kamu masih belum berubah rupanya," Joey berkata dengan nada sindiran. "Kamu akan benci naik bis, tuan Renner. Kursinya tidak senyaman mobilmu, ada banyak penumpang, dan harus berdesak-desakan." Joey mencoba menakut-nakuti Ken agar tidak keras kepala.

"Aku tidak membenci kendaraan umum Joey. Saat awal kuliah dulu, aku pernah naik bis dan kereta bawah tanah sebelum mobil yang aku pesan datang," Ken masih menatap Joey seolah wanita dihadapannya akan mencair menjadi butiran salju jika ia mengalihkan pandangannya. "Ayo kita naik bis bersama," ujar Ken sambil tersenyum.

Joey berpikir sebentar, ekspresi tidak yakin terbit di wajahnya. "Oke, kamu boleh ikut. Tapi jangan coba-coba untuk berbuat hal aneh," kata Joey tegas.

Ken hanya menampilkan seulas senyum seolah ada tanduk di kepalanya, "aku tidak akan melakukan sesuatu yang akan membuat kamu marah Joey, aku bersumpah." Ken bersungguh-sungguh.

Sebenarnya Ken memahami perasaan Joey saat ini, tidak nyaman dengan kehadirannya. Setelah bertahun-tahun menghindari Ken, Joey harus bertemu dengan pria yang mati-matian ingin ia lupakan. Pria egois yang tergila-gila padanya, pria egois yang akan mati tanpa Joey disisinya, seorang pria yang akan mengejarnya sampai ke benua Antartika.

Setelah turun dari bis, Ken mengantar Joey dengan berjalan kaki menuju depan Apartemennya. Tapi, salju yang turun justru semakin lebat dan tak terkendali, hampir seluruh jalanan mulai tertutup kabut dan salju. Parahnya, suhu dingin sudah ada diangka -12'derajat, dan mungkin bisa lebih dingin lagi. Dalam cuaca seperti ini siapapun bisa mati kedinginan jika tidak segera pulang ke rumah.

"Kalau begitu aku pergi dulu, aku akan menemui kamu besok. Sweet dream, Joey," ucap Ken berpamitan.

Ken ingin pergi, tapi kali ini justru Joey yang menatapnya.

"Masuklah," kata Joey, dengan sadar.

"Apa?" Ken mengerutkan kening, matanya berhenti berkedip, ia pikir telah mendengar sesuatu yang salah.

I FEEL YOUR TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang