Part 18

3.8K 329 52
                                    

Ken berpikir hubungannya dengan Joey semakin intens. Setelah kejadian di rumah Joey malam itu Ken justru menjadi lebih hangat dan perhatian. Setiap weekend entah sejak pagi atau datang pada waktu yang telah ditentukan, Ken selalu meluangkan waktunya untuk Joey.

Kemarin minggu Ken menciumi tengkuk leher Joey setelah morning sex. "Hari ini kamu punya rencana apa?" Ken bertanya pada Joey.

"Mmm.. aku ingin pergi ke toko buku sama kamu, setelah itu kita bisa nonton bioskop dan makan disalah satu Restauran terkenal. Kamu ada keinginan lain, Ken?"

"Aku hanya ingin tinggal di sini, dan melakukan seks sama kamu seharian." Mendengar jawaban Ken, Joey memutar bola matanya lelah. Pria itu seperti kecanduan seks.

Mereka menjalani sesuatu yang menyenangkan dan manis, tapi siang ini ketika Ken selesai meeting, tepat di lantai dua sebelum masuk lift, ada sebuah pemandangan yang sangat menyebalkan.

Pria itu merasakan marah seolah terbakar dan nyeri di dada kirinya seperti terkena penyakit kronis yang butuh penanganan serius. Perasaan ini adalah sesuatu yang baru untuk Ken.

"Masuk."

"Ada apa Mr. Renner, anda memanggil saya?" Joey bertanya pada atasannya.

Ken menatap Joey dengan seksama dan bangkit dari kursinya. "Kenapa bicara formal, Joey?"

"Karena kamu atasan aku, jadi aku harus bersikap sopan."

"Nggak usah bersikap formal Joey, kita bicara kayak biasa aja."

Joey tertegun dan menatap Ken seperti ada yang salah. "What's wrong? Kamu kelihatan kesal, kenapa?"

Joey tidak suka ketika Ken menarik pinggangnya kasar sehingga tubuh mereka berhimpitan. Meski tidak sakit, ia kesal karena Ken berbuat seenaknya, namun tidak ada penolakan sebab suasana hati pria itu terlihat buruk.

Ken tidak menjawab sehingga Joey meneruskan. "Kamu sampai menyuruh Gilang untuk membawa ku kemari, ada masalah?"

"Joey, talk to me." Ken mempererat pelukannya. "Laki-laki yang bersama kamu di Cafetaria bawah, dia pria yang kita temui saat di D-Jack? Apa yang kalian bicarakan?"

Joey tidak suka tatapan Ken seolah dirinya berselingkuh.

Tapi Joey hanya menanggapi santai sambil tersenyum. "Jadi itu alasan kamu menjadi menyeramkan? Kamu marah?"

"Aku nggak marah," balas Ken pelan.

"Tapi cemburu," sahut Joey dengan smirk.

"Aku nggak cemburu!"

"Ya-ya, mana ada orang cemburu mau ngaku kalau lagi cemburu." Kata Joey kemudian mengarahkan telapak tangannya ke pipi Ken. "Namannya Brian, dan dia datang memang untuk menemui ku. Kami membicarakan beberapa hal untuk meluruskan kesalahpahaman. Nggak ada hal-hal berbau romantis seperti yang kamu pikirkan."

Lalu kemudian Joey menceritakan semuanya kepada Ken, sambil mengamati raut tidak suka di wajah Ken, dan perlahan mulai membaik setelah Joey membuka satu persatu kartunya.

Ken tidak bisa bohong kalau ia mulai serakah dan ingin memopoli Joey untuk diri sendiri. Dia takut.

Joey ingin Ken mengerti. "Jadi, tolong jangan marah lagi karena aku dan Brian tidak akan pernah menjalin hubungan seperti itu. Sekarang aku milik kamu, Ken. Jangan bodoh."

Cup!

Bibir lembut Joey mendarat tepat di bibir Ken, melumat beberapa detik.

"Apa yang kamu lakukan?" Ken membeku untuk kesekian kalinya. Setelah hatinya dibuat tidak karuan, sekarang ia merasakan sesuatu yang hangat merasukinya.

"Mencium kamu, apa lagi?" Joey tersenyum, "Sudah merasa lebih baik? Harusnya kamu nggak usah cemburu karena pembicaraan kami sangat serius dan penuh masa lalu yang sedih. Aku bahkan nggak tebar pesona kayak seseorang."

Ken mengerutkan kening. "Nyindir nih ceritanya?"

"Siapa yang nyindir?" Joey angkat bahu, pura-pura tidak merasa. Menggoda Ken itu lucu.

Biasanya saat menjalin hubungan dengan seorang wanita, ketika Ken melihat satu celah di antara mereka, maka Ken akan membuatnya sebagai alasan kuat untuk mengakhiri hubungan. Sangat brengsek.

Tapi ini berbeda, Ken bahkan tidak berniat untuk menyudahi apapun dengan Joey, apa lagi bosan. Ken ingin Joey ada di sampingnya sedikit lebih lama. Bukankah aneh karena ini bukan gaya seorang Kennan Renner.

"Joey, mau pergi ke pesta malam ini? Aku tau ini mendadak, karena aku sendiri juga lupa dengan pesta yang Daddy slengarakan."

"Sorry Ken, kayaknya aku nggak bisa. Malam ini ada syuting yang sangat penting, semua akan kacau tanpa aku."

"Baiklah, aku akan pergi sendiri. Kalau begitu beri aku ciuman untuk permintaan maaf?" Kata Ken dengan smirk nakal.

Sebelum Joey menjawab Ken sudah terlebih dahulu membungkam bibir wanita itu seperti kelaparan. Mereka berciuman cukup lama, lalu di menit berikutnya Joey sudah terhanyut dan membuka pahanya lemah.

"Joey, I want to hear your voice, also your laugh, and this beautiful aroma..."

"Shit.."

Ken tersenyum ketika mendengar umpatan Joey. Itu terdengar seksi.

"Ken, p-please... move."

"Say it again, my name. Then me.. driving you crazy." Ken berbisik dileher Joey ketika ereksinya yang besar ada di dalam sana.

~🍎~

Siapa yang habis baca part in terus senyum-senyum nggak jelas kayak orang gila?

Kalo kalian suka part ini kasih love ungu yang banyak ya 💜💜💜

I FEEL YOUR TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang