Part 23

8.3K 543 70
                                    

Kalau kalian suka cerita ini dan pengen gue terus rajin update, please like dan komennya jangan sampai ketinggalan ya. Xoxo 💜💜💜

Siapa yang mau lihat Ken merana tunjuk tangan?! Hahaha

~🍎~

Biasanya Joey akan mengirim pesan lebih dulu jika ingin mengujungi Apartemen Ken. Namun malam ini ia sengaja datang sebagai kejutan, menenteng sebotol wine dan sekotak kue strawbery. Joey bermaksud menghabiskan malamnya bersama Ken setelah selesai bekerja. Melakukan kegiatan yang biasa mereka lakukan, berendam bersama, menonton film, ngobrol di balkon, lalu kemudian berlanjut dengan kegiatan menyenangkan di atas ranjang.

Tapi detik ini, Joey bahkan lupa dengan rencana yang sudah ia susun di kepalanya. Apa yang ia percaya, yang ia jaga, menjadi berantakan.

Wanita itu hanya bisa berdiri seperti patung. Wine dan kue strawbery yang semula akan mereka habiskan bersama sekarang malah berserakan di atas lantai yang dingin, pecahan kristal kaca dan pekat aroma wine bercampur menjadi satu. Astaga, kue strawbery itu juga terlihat tak kalah menyedihkan.

Sementara, kedua bola mata Joey yang menatap nanar tidak dapat beralih pada apa yang ia saksikan detik ini.

Pakaian berserakan, dua orang manusia yang sedang berciuman hebat dan hampir setengah telanjang. Mereka berpelukan dengaan napas di bibir yang masih menggebu. Suasana panas itu adalah neraka bagi Joey Joceline.

Joey hancur ketika dunianya berhenti berputar. Merasa apa yang telah ia perjuangkan selama ini sia-sia. Membeku, binggung, kecewa, marah, dan sangat marah.

Wanita itu menyaksikan pemandangan yang selalu ia takutkan. Pria yang selama ini bersamanya, yang berjanji akan membuatnya bahagia, mereka akan saling mengerti satu sama lain, dan menjadi lebih baik bersama-sama... sukses menghancurkan hatinya dalam sekali hantam. Lebur, remuk redam.

Definisi terluka tapi tak berdarah.

Joey sedang menatapnya lirih. "Ken?"

Kini pandangan mereka saling bertemu. Ken tidak berkutik, lupa cara bernapas, tenggorokannya kering, ia mengutuk dirinya sendiri. Kemudian reflek membanting tubuh Millie ke sofa, dan tanpa perduli dengan rengekan Millie, Ken segera berlari ke arah Joey yang terlihat muak dengan pemandangan menjijikan itu.

Joey sudah tidak tahu harus berkomentar apa karena satu kata pun tidak dapat keluar dari mulutnya. Dia menjadi bisu dalam sekejap, terkhianati, merasa tak berarti. Joey ingin marah, mengamuk, menghancurkan apa yang ada di hadapannya. Tapi ia bukan wanita seperti itu, Joey yang sangat baik hati.

Tidak ada pertanyaan, tidak ingin penjelasan, tanpa drama. Katakan, apa yang harus dijelaskan?

Apakah Joey harus bertanya 'kenapa Ken mencium wanita lain?' Untuk apa? Supaya Joey mengerti kalau ia tidak berarti apa-apa bagi Ken? Supaya Joey makin merasa sakit?

Tidak, terimakasih. Apa yang ia lihat sudah cukup menjadi sebuah penjelasan.

Sekarang Joey hanya ingin segera meninggalkan tempat yang dipenuhi karbondioksida itu. Membuatnya sangat sesak.

Tapi, ketika sampai diambang pintu Ken lebih cepat meraih tangan Joey. Meski Joey lelah, ia berusaha untuk tidak mengamuk, apa lagi menangis dihadapan Ken.

"Jangan sentuh saya!" Joey berkata kepada Ken penuh suara penekanan. Muak. Melepaskan tangan Ken dengan tatapan sarkas, seolah memberi peringatan untuk tidak berbuat berlebihan. Lalu berjalan cepat menuju lift karena perasaannya cukup kacau sekarang.

Ken buru-buru mengenakan kaosnya, menyusul Joey segera. Sepanjang lorong Ken terus memanggil nama Joey sambil berlari sekuat tenaga.

Joey yang sudah di dalam lift menekan tombol turun, tapi tiba-tiba tangan seseorang menahan pintu lift untuk memaksa masuk. Tentu saja Ken akan melakukan segala cara untuk mengejar wanitanya itu.

I FEEL YOUR TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang