Kasih like dan komen dong yang banyak kalau mau cerita ini lanjut besok!!!
Yang binggung mau komen apa, terserah deh lu mau ikut baper atau marah-marah sama fuck boy kitaaa, Ken. yang penting komen (*)
~🍎~
Malam yang suram. Pada akhirnya Joey tidak bisa menutup mata hingga pukul tiga dini hari. Banyak hal yang terus terlintas dibenaknya, mirip kubus rubik yang pecah berantakan, dan sebagian besar memang berbumbu negatif. Kejadian yang ia saksikan kemarin malam benar-benar mengusik kewarasannya. Lalu memutuskan meneguk beberapa kaleng beer sebagai pegalihan, ditemani semangkuk seblak, plush beberapa camilan yang sengaja ia pesan melalui aplikasi pesan antar.
Joey butuh memejamkan mata sejenak, tapi tak bisa meski kepalanya luar biasa pusing. Berusaha untuk mengistirahatkan tubuhnya, juga air matanya yang terus mengambang panas, untuk tetap waras. Namun nyatanya sulit, karena ia sedang kacau tidak karuan, kalau bahasa gaulnya, lagi galau.
Akhirnya setelah mencari berbagai cara untuk tidur dari Internet, Joey bisa tertidur sambil mengompres matanya menggunakan air hangat. Meski hanya dua jam, tapi itu cukup untuk memulihkan tenaganya yang habis terkuras.
Hari ini Joey memilih mengenakan blouse merah muda, setidaknya warna merah muda akan membuatnya nampak lebih cerah dan tidak terlalu menyedihkan. Memoleskan lipstik dan blush on berwarna senada, tak lupa concealer untuk menyamarkan mata pandanya.
Joey masih menatap cermin; Apa sekarang aku sudah terlihat seperti manusia? Make up jaman sekarang memang luar biasa, seperti sihir, aku yang tadinya mirip zombie bisa disulap seperti ini.
Lalu kemudian Joey menuju lobi Apartemen untuk menunggu taksi pesanannya, karena ia merasa akan membahayakan pengemudia lain jika nekat menyetir sendiri. Namun rupanya semesta telah megatur skenario baru. Dari kejauhan nampak seorang pria dengan setelah rapi tengah menunggu Joey dengan sabar, sesekali mengecek arloji mahalnya. Dan ketika menyadari kehadiran Joey, pria itu segera menghampiri Joey buru-buru.
"Beauty, sayang!" Ken memanggil Joey dengan cara yang sama, panggilan kesayangan.
Kalau itu dulu, pasti Joey sudah berlari kearah Ken dengan senyum sumringah, kemudian memeluk pria itu. Tapi saat ini, Joey merasa asing. Semua menjadi menyebalkan ketika kelopak matanya bergetar mencoba menahan air mata agar tidak tumpah.
Ken berbicara lebih dulu tanpa berusaha menyentuh Joey. "Kita ke kantor sama-sama ya?" Nada suara Ken terdengar berbeda, terasa sangat lembut dan hati-hati. Atau itu hanya perasaan Joey saja?
"Sorry Mr. Renner, there's a cab waiting for me," Joey berkata dingin kepada Ken. Berusaha tegar dengan memasang topeng.
"Oh Joey, I know I did wrong to you. I sincerely apologize. Please give me change, okay?" Ken tampak ragu dan gelisah, "we can talk all right, Joey."
Joey tersenyum sinis sambil menatap Ken dingin. "We can't talk Mr. Renner!"
Ken menatap dengan sorot terluka, menahan kesal ketika Joey berlaku formal, "Aku ingin memperbaiki semuanya, kita mulai kembali dari nol. Aku janji, akan bersikap lebih baik dan nggak akan melirik wanita lain. Kita perbaiki, ya?"
Joey menutup mata perlahan sebelum menatap Ken, terasa sesak.
"Untuk apa? Kamu pikir saya bakalan terima dan jadi wanita bodoh yang bisa seenaknya kamu permainkan?" Sindir Joey. Perasaan Joey sedang tertekan, capek, lelah, karena luka yang terlanjur mengangga tidak mungkin hilang dalam semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I FEEL YOUR TOUCH
Storie d'amore"Ken, aku mau bicara." "Ngomong aja, Joey." "Kamu sayang gak sama aku?" Tanya Joey kepada Ken, partner seksnya. "Sayang." "Ken, aku sayang sama kamu," ucap Joey tenang, Ken masih sibuk mengunyah nasi goreng. "Bukan sebagai partner, perasaan aku jauh...