Part 14

11.4K 572 26
                                    

Double update!!!

Yuk Ramaikan, dengan bintang dan komen perline ya guys :)

~🍎~

"Ok, cut! Nice job all! Thanks for today. Syuting kita selesai sampai di sini." Setelah memimpin jalannya syuting di studio lima, Joey segera mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan studio menuju ke lobi, sambil memeriksa ponsel.

Roseme Cecilia: Joey aku akan menjemput kamu jam 3.

Roseme Cecilia: Pesawat Yuna berangkat pukul 8, kita masih ada waktu buat nongkrong bentar di Starbucks Bandara.

Joey Joceline: Ok, aku ngikut aja. Take care,

Jam tangan Joey sudah menunjukan pukul tiga kurang lima menit, ia semakin mempercepat langkahnya. Beberapa saat kemudian Cecil tiba dengan sedan kesayangannya. Joey yang baru sampai di lobi segera masuk ke mobil untuk berangkat ke Bandara.

Setelah bermacet-macetan akhirnya mereka tiba di Soekarno Hatta, dan menuju tempat janjian. Rupanya Yuna dan sang-suami sudah menunggu disejak tadi. Berinisiatif memesan moccacino kesukaan Cecil dan Americano untuk Joey, dia sangat hafal kegemaran para sahabatnya.

"Joey cantik ya hari ini..." Yuna berkata spontan dengan tatapan menilai. Membuat Joey mengerutkan kening, binggung dengan komentar mendadak Yuna.

"Bukannya sama aja. Dia malah keliatan lusuh setelah kelar syuting." Ceplos Cecil yang tidak peka.

"Bukannya malah makin cantik," Yuna melirik lagi. "Coba perhatiin Joey baik-baik, auranya kayak ada yang beda gitu..." Mata Yuna menjadi makin menyebalkan.

Memang benar di antara dua sahabatnya Yuna lah yang paling peka, wajar jika wanita itu sekarang berkarir sebagai psikolog profesional.

"Yuna, please jangan keypoh." Kata Joey.

Cecil tetap tidak peka meskipun sudah berfikir keras. "Apaan sih, gue nggak paham ibu psikolog. lo langsung ngomong aja kenapa sih."

Yuna tersenyum jahil menatap Joey. "Ehem.. boleh dong sharing ke kita Joey?" Minta Yuna.

"Sial, aku emang nggak bisa menyembunyikan apapun dari kamu, mungkin warna daleman yang aku pakai sekarang diam-diam kamu tahu" Jawab Joey sambil tertawa kecil, membuang napas pelan untuk mulai bercerita karena agak gugup. "Emm.. aku sama Ken memutuskan untuk... bersama. Intinya, kami sepakat untuk saling mengenal lebih dekat." Joey mengatakan dengan tenang.

"What? Bocah itu! Kapan!?" Cecil yang tidak bisa mengontrol suaranya otomatis membuat semua orang menatap ke table mereka.

"Tepatnya beberapa minggu yang lalu setelah kita pulang dari Club. Ken mengatakan maksudnya, dia merayuku dengan berbagai cara, lalu kami memutuskan untuk menjalin.. may be commitment." Joey tersenyum, ragu. Mengerti jika komitmen yang dimaksud mungkin bukan sesuatu yang penting di mata Kennan Renner, namun ia rasa tidak perlu menceritakan lebih jauh supaya Yuna dan Cecil tidak cemas.

"Dan?" Kalimat Yuna menggantung, sementara Cecil yang terlihat masih syok hanya bisa bengong.

"Dan... dan apa lagi, Yuna?" Tanya Joey pura-pura bodoh.

"Dan gimana rasanya mengabiskan malam dengan pria seperti Ken?" Yuna bertanya tanpa bosa-basi, tapi matanya terlihat berbinar menunggu kejujuran Joey.

"Bukan malam, tapi pagi." Kini Joey tertawa geli, wajahnya merah padam. "Mmm... Rasanya ya? Seperti coklat mungkin, manis. Dia melakukannya perlahan, lembut, dan aku ingin meledak. Dia masih muda, aku yang udah hampir expride ini seperti mendapat mainan yang menyenangkan." Joey tertawa dengan kalimatnya sendiri. Pertanyaan sahabatnya benar-benar membuat Joey merasa keki.

I FEEL YOUR TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang