Intersection - 4

2.1K 240 8
                                    

Arloji di pergelangan tangannya masih menunjukkan pukul enam pagi ketika Risya memarkir motor maticnya di depan pagar tempat kost Alan berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arloji di pergelangan tangannya masih menunjukkan pukul enam pagi ketika Risya memarkir motor maticnya di depan pagar tempat kost Alan berada. Perempuan itu sedikit keheranan karena hari masih sangat pagi tetapi pagar besi setinggi dua meter itu sudah dibuka lebar dengan mobil Alan yang terparkir di seberang jalanan perumahan tersebut.

Tetapi yang lebih mengejutkan lagi, Risya menemukan pacarnya dengan Rania—si sekretaris himpunan mahasiswa teknik mesin—duduk berhadapan pada kursi kayu di depan kostan laki-laki itu. Mereka tampak menikmati sarapannya masing-masing, membuat dada Risya seperti tercubit. Risya yang telah dengan semangat menyiapkan sarapan untuk Alan dan datang pagi-pagi sekali ke tempat kost pacarnya, namun malah mendapati laki-laki itu melakukannya dengan orang lain.

"Loh, Ris, kok nggak bilang kalau mau kesini?"

"Emang Ray nggak bilang sama kamu kalau aku bakal bawain sarapan buat kalian?"

Alan mengangguk dengan raut wajah bersalah. Laki-laki itu segera beranjak menghampiri Risya yang memasuki teras dan meninggalkan sarapannya saja. "Bilang, tapi aku kira kamu bakal datang agak siang soalnya kamu kuliah siang,"

"Aku datang sepagi ini aja kamu udah beli sarapan sendiri,"

Risya menyapa Rania dengan kasual sembari meletakkan dua rantang yang dibawanya di atas meja. Kemudian beralih menatap Alan yang masih berdiri di sampingnya. "Yaudah deh, makanannya buat Ray aja. Ray udah bangun belum?"

"Belum, aku bangunin Ray dulu ya? Mau aku ambilin piring sekalian?"

Risya mengangguk tanpa menatap Alan karena sibuk membuka rantang yang dibawanya dari rumah. "Sekalian bawa air minum, Al,"

"Ris, maaf ya, aku yang ngajak Alan beli makan," ujar Rania beberapa detik setelah Alan meninggalkan keduanya.

Sekilas, diliriknya Rania dan tersenyum kecil pada teman satu UKMnya itu. "Nggak apa-apa, santai aja, Ran. Kamu sama Alan abis dari mana pagi-pagi gini?"

"Kita abis midnight meeting, Ris. Awalnya Alan nggak mau dan minta rapat presidium ditunda pagi aja, tapi temen-temen himpunan masih pada di sekre jadi sekalian kita rapat dadakan,"

Mendengarnya, Risya hanya mampu berdecak. Kebiasaan Alan dalam menforsir tenaganya adalah sebuah hal yang sangat tidak Risya sukai. Menjadi ketua himpunan mahasiswa serta mendapat predikat mahasiswa berprestasi pada jurusannya membuat Alan nyaris tidak memiliki waktu senggang untuk beristirahat. Banyak sekali proker dan kajian yang menunggu untuk diselesaikan, belum lagi berbagai macam lomba dari kampus hingga nasional yang nyaris tidak pernah Alan lewatkan. Risya bangga dengan berbagai rentetan prestasi yang Alan ukir, tetapi tidak jarang ia khawatir ketika Alan seolah lupa bahwa ia juga bisa sakit karena terlalu lelah.

"Wah, kita mau hajatan nih, Ris? Tumben banyak banget masaknya,"

Rayyan dengan wajah setengah mengantuk meskipun sudah cuci muka itu langsung mencomot udang krispi pada salah satu wadah. Tidak lama, Alan muncul dari dalam kamarnya sembari membawa tiga buah piring lengkap dengan sendok dan dua botol air mineral.

Intersection ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang