Setelah lomba pada hari kedua yang juga menjadi hari terakhir Alan dan timnya di Jakarta, laki-laki itu memutuskan untuk menemui Mamanya lebih dulu. Regan dan Yudha—teman satu timnya—sedang mengunjungi temannya yang ada di Universitas Indonesia, sedangkan Rania tidak memiliki pilihan lain, selain mengikuti Alan.
Pagi tadi, Alan sempat protes ketika Mamanya meminta untuk pulang ke rumah lebih dulu sebelum kembali ke Bandung nanti sore. Jalanan menuju rumahnya tentu saja akan macet, tidak peduli weekdays, maupun weekend. Sehingga Alan memberi opsi untuk bertemu di mall dan mencari tempat makan siang yang cozy untuk mereka menghabiskan waktu bersama.
Maka siang ini, sesuai permintaan Mamanya, Alan menyetujui untuk bertemu di Central Park. Rasa lelah pada pikiran dan fisiknya tidak begitu ia hiraukan, pun terjebak macet ketika akan menuju salah satu mall di Jakarta itu tidak membuat Alan kesal, karena ia akan bertemu keluarga kecilnya.
"Al, aku tunggu kamu di Burger King aja ya? Nanti kalau mau balik, telepon aja."
"Yakin nggak mau ikut? Mama sama Dennis nggak bakal masalah kok. Lagian kita nggak bakal sebentar, nanti kamu bosen sendirian." Alan memberi pilihan pada Rania ketika keduanya menaiki eskalator yang menghubungkan dengan lantai tiga. Mencari restoran bernama Urban Kitchen yang menjadi akan tempat Alan menghabiskan waktu bersama keluarganya.
"Nanti malah ganggu, lagian—"
"Alan!"
Rania tersentak ketika mendengar seseorang yang meneriaki nama temannya itu. Kemudian seorang wanita paruh baya berparas cantik muncul dari balik punggung Alan, diikuti dengan seorang laki-laki yang terlihat seumuran dengannya.
"Aduh, Mama telepon kamu kenapa nggak diangkat sih?! Kirain kamu nggak jadi nemui Mama. Mama udah mau shopping kalau Dennis nggak lihat kamu, Lan."
Alan tersenyum mendengarnya. Kemudian dengan gestur santai, Alan memeluk Mamanya singkat. Beruntung mereka tidak berhenti di tengah jalan, sehingga tidak menjadi pusat perhatian dan menghalangi lalu-lalang pengunjung Central Park.
"Assalamualaikum, Mama."
Wanita dalam pelukan Alan tersenyum lembut dan mengusap lengan Alan dengan pelan. "Waalaikumsalam. Langsung aja yuk, Mama—Bentar, Mbak ini temen kamu?"
Alan mengangguk. Menoleh pada Rania yang berdiri canggung, Sontak Alan merangkul bahunya singkat. "Ini Rania, Ma. Partner lombaku."
Rania langsung menyalami wanita yang Alan panggil Mama itu dan melempar senyum manis. "Selamat siang, Tante. Saya Rania."
Friska—Mama Alan—membalas uluran tangan Rania dan ikut tersenyum lembut. Membuat Rania diam-diam terpukau dengan wanita paruh baya itu.
"Mbak Rania ikut kita makan siang yuk? Atau udah punya acara lain disini?"
"Oh saya—"
"Rania tadi rencananya mau makan sendiri di Burger King, Ma. Katanya nggak mau ganggu kita," lapor Alan, membuat Rania ingin sekali menjitak kepala laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intersection ✔
RomanceBagi Risya, Rayyan adalah satu-satunya orang yang paling mengerti dirinya, lebih daripada siapa pun. Bagi Risya, segala hal lebih mudah dilakukan ketika Rayyan berada disampingnya. Bagi Rayyan, Risya adalah satu dari segelintir orang yang pendapatny...